17
bahwa bagian bukan karet sangat berpengaruh terhadap mutu produksi akhir. M. tampubolon
2.3 Karet alam
Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah mejadi bahan-bahan bersifat elastis rubberiness.
Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya, kekuatan tensil, daya alur makisimum, daya lentur resilience dan terutama pada proses pengolahannya
serta prestasinya sebagai barang jadi. Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan
hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur
tinggi, kekuatan tensil, dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap beturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam tidak
begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin,
minyak tanah, bensol, pelarut lemak degreaser, pelarut, pelumas sintesis, dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahanannya, karena alam dipakai untuk produksi-
produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendraan dan
produksi-poduksi teknik lain yang memerlukan daya tahan sangat tinggi. Secara tradisional, karet alam diperdagangkan dalam bentuk lembaran yang
mutunya dinilai dan diawasi secara visual. Ada enam tingkat yang berbeda dari lembaran karet asapan bergelombang: yaitu RSS1 hingga RSS6. Tingkat I RSS1
adalah lembaran karet dagangan dengan jenis mutu tertinggi, dikuti oleh RSS2, RSS3, dan seterusnya. Menurut sejarah, jenis karet RSS1-lah yang paling banyak
Universitas Sumatera Utara
18
diperdagangkan. Namun, dalam dua dasawarsa terakhir pasaran RSS1 lenyap, terutama bila dibandingkan dengan RSS3 yang merupakan jenis karet alam standar
untuk membuat ban-ban. Selain diperdagangkan dalam bentuk lembaran, karet alam juga diperdagangkan dalam bentuk karet krep atau lembaran tipis crepe. Ada enam
bentuk standar karet krep: berwarna pucat pale, coklat tanah estate brown, tipis coklat muda thin brown, lembaran tebal thick blanket, rata tebal flat bark, dan
lembaran tebal diisap pure smoked blanket. Tiap jenis lembaran kecuali yang terakhir, dapat dibagi menjadi tingkatan yang berbeda. Semua karet krep seperti juga
karet lembaran lain dinilai secara visual. Karet lembaran tebal dan karet lembaran tipis yang yang berwarna pucat pale crepe dihasilkan dari gumpalan lateks ladang.
Sedangkan estate brown, thin brown, thick blanket, dan flat bark crepes dihasilkan dari karet lembaran yang diproses yang diproses lagi.
Karet cetakan diperkenalkan oleh Malaysia pada pertengahan tahun 1960-an. Mutu karet cetakan teersebut ditentukan oleh uji coba secara teknis yang lebih teliti.
Mutu karet catakan diistimewakan dan dijamin tidak seperti karet lembaran dan karet tipis. Contoh yang dibuat oleh Malaysia diikuti oleh negara-negara lain, yaitu
Singapura, Indonesia, dan baru-baru ini Srilanka, Muangthai, Liberia, Nigeria, Pantai Gading, dan Kamerun. Pada tahun 1977 ekspor karet yang diistimewakan secara
teksnis berjumlah 39 dari jumlah keseluruhan ekspor dunia. Menurut skema Standar Karet Malaysia SMR, ada empat tingkatan dasar
karet cetakan, yaitu SMR5, SMR10, SMR20M, dan SMR50, dan dua tingkatan khusus, yaitu SMR5L dan MSREQ. Untuk setiap tingakatan, kadar kotoran, kadar
abu, kadar uap, kadar nitrogen, tingkat kekenyalan, dan warna dikhususkan secara teliti. Besarnya angka menunjukkan persentase kadar kotoran maksimum yang dapat
di perbolehkan. Tingkatan dalam semua sifat khusus tersebut dipekenalkan untuk
Universitas Sumatera Utara
19
memberikan cara pengolahan yang lebih seragam. Bahan-bahan mentah untuk setiap tingkatan dikhususkan dan disesuaikan dengan skema karet tersebut telah dibatasi
dengan teliti. Spesifikasi karet yang bermutu tinggi mencakup tambahan pengasapan pada karet tersebut sehingga lebih berguna bagi pemakaiannya memperkenalkan suatu
tingkatan terbaru dari SMR, yaitu karet serba guna atau karet GD. Tingkatan ini akan mengkhususkan bahan-bahan mentah termasuk lateks, karet lembaran, field coagulum
lump dengan kadar kotoran yang rendah, tingkat kekentalan Mooney yang terkontrol dan ciri-ciri vulkanisasi yang nyata.
Spillance,J. 1989 Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan resiliensi daya
pegas atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat. Sebagian besar mempunyai struktur jaringan. Akhir-akhir ini, beberapa jenis
elastomer bukan jaringan yang penting direferensikan sebagai elastomer termoplastik dan telah dikembangkan. Bahan-bahan ini yang sifat-sifat elastomeriknya ditimbulkan
oleh adanya gaya-gaya ikatan ion sekunder. Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari
sudut industri. Ia dipakai selama berabad-abad oleh bangsa Maya di belahan bumi barat sebelum diperkenalkan ke Eropa oleh Columbus. Orang-orang Maya
memperoleh bahan tersebut dari suatu pohon yang mereka namakan Caoutchouc “pohon menangis”, suatu istilah yang masih dipakai untuk menyatakan polimer
tersebut dibanyak negara. Akan tetapi, Joseph Priestley yang telah menciptakan istilah rubber ketika mencatat bahwa caoutchouc bisa dipakai untuk menghapus to rub out
tulisan pensil. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon Hevea Brasiliensis
yang tumbuh liar di Amerika Selatan dan ditanam dibagian dunia yang lain. Ia juga ditemukan dalam berbagai semak dan tumbuhan kecil, termasuk rumput milkweed dan
Universitas Sumatera Utara
20
dandelion. Salah satu diantara semak-semak terpenting adalah guayule yang tumbuh dengan baik di iklim kering sebagaimana yang ditemukan di Meksiko Utara dan
Amerika Serikat Barat Daya. Karena diperkirakan guayule merupakan sumber yang hidup dari karet tipe Hevea untuk masa depan, varitas-varitas yang mempunyai hasil
tinggi tengah dikembangkan dengan memakai teknik kultur jaringan. Hampir semua karet alam dipereloh sebagai lateks yang terdiri dari sekitar 32-
35 karet dan sekitar 5 senyawa lain, termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester, dan garam. Karet guayule merupakan kekecualian, yang panen selulosik
bagasse merupakan sumber alkohol fermentasi yang potensial. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi rata-rata sekitar 1 juta dan amorfus,
meskipun menjadi terkristalisasi secara acak pada suhu rendah. Lateks bisa dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti
oleh vulkanisasi. Sarung tangan karet dan bola biasanya dibuat dengan mengkoting lateks diatas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar lateks dikoagulasikan
misalnya, dengan asam asetat dan dipakai dalam bentuk padat. Sebagian besar karet Hevea sekitar 60 digunakan dalam pembuatan ban, tetapi juga ditemukan
sekelompok produk-produk komersial termasuk alas kaki, segel karet, Weather stripin, shock absurver, insulasi listrik, aksesoris olah raga, dan lain-lain. Semuanya
memakai karet dalam bentuk yang tervulkanisasi. Salah satu diantara beberapa aplikasi karet ketahanan abrasinya istimewa, dipakai untuk tapak sepatu.
Satu bentuk lain dari karet alam adalah getah perca gutta-percha, yang juga diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan misalnya, Palaquium oblongifolium
dan pohon-pohon serupa terutama berasal dari Asia Tenggara. Gutta-percha memiliki struktur trans-1,4-polisoprena. Ia jauh lebih keras dan kurang dapat larut dari pada
karet Hevea dan eksis dalam bentuk kristal.
Universitas Sumatera Utara
21
Bentuk-bentuk lain dari karet yang strukturnya berkaitan dengan gutta-percha adalah balata dan chicle, yang diperoleh dari pohon-pohon di Meksiko dan Amerika
Selatan dan Tengah. Pemakaian gutta-percha dan polimer-polimer terkait mencakup koting kawat, impregnan untuk textile belting, dan pernis. Hingga ionomer-ionomer
merebut pasar, gutta percha merupakan bahan yang dipilih untuk cover bola golf.
2.4 Pengaruh Komponen bukan Karet Non Rubber dan Pengaruh Struktur Kimia Lateks