Hukum Viskositas Metode pengukuran viskositas

34 dalam pembuatan pipa karet atau bensin dan minyak, dll. Jenis CR yang tahan terhadap nyala api banyak digunakan dalam pembuatan pipa karet, pembungkus kabel, seal, gasket dan sabuk pengangkut. Tim penulis, 1999

2.9 Viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas lain menentukan kecepatan mengalirnya suatu cairan.

2.9.1 Hukum Viskositas

Adapun hukum yang berhubungan dengan viskositas adalah sebagai berikut 1.Hukum poiseuille Yang berbunyi “Banyaknya cairan yang mengalir persatuan waktu melalui penampang melintang berbentuk silinder berjari-jari r, yang panjangnya l selain ditentukan oleh beda tekanan p ∆ pada kedua ujung yang memberikan gaya pengaliran juga ditentukan oleh viskositas cairan dan luas penampang pipa” Hubungan tersebut dirumuskan oleh Poiseuille yang dikenal dengan hukum Poiseuille sebagai: Q= l r p η π 8 4 ∆ atau l r p t V η π 8 4 ∆ = Dengan Q adalah kecepatan aliran volume volume cairan V yang melewati pipa persatuan waktu t dinyatakan dalam satuan SI m 3 s. Universitas Sumatera Utara 35 2. Hukum stokes Apabila benda padat bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medium fluida, maka benda tersebut akan mengalami hambatan yang diakibatkan oleh gaya gesekan fluida. Gaya gesek tersebut sebanding dengan kecepatan relatif gerak benda terhadap medium dan viskositasnya. Besarnya gaya gesek fluida dirumuskan sebagai berikut: F = z Av η atau F = v k v z A η η = Dimana k = koefisien yang besarnya bergantung bentuk geometrik benda. Dari hasil percobaan, untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r diperoleh F = 6 v r η π Persamaan ini dinyatakan pertama kali oleh Sir George Stokes 1845, yang kemudian dikenal dengan hukum stokes. Bila gaya F diterapkan pada partikel berbentuk bola dalam larutan, maka Stokes menunjukka n bahwa untuk aliran laminar berlaku: f = 6 η π r

2.9.2 Metode pengukuran viskositas

Secara umum, viskositas cairan ditentukan dengan dua metode yaitu: a. Viskometer Oswald Metode ini ditentukan berdasarkan hukum Poiseuille menggunakan alat viskometer Oswald. Penetapannya dilakukan dengan jalan mengukur waktu yang diperlukan untuk mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari a ke b. Gambar 2.1 viskosimeter oswald Universitas Sumatera Utara 36 Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan ke dalam viskometer yang diletakkan pada termostat. Cairan kemudian diisap dengan pompa ke dalam bola C sampai diatas tanda a ke b dicatat menggunakan stopwatch. Viskositas dihitung sesuai persamaan Poiseuille: Vl t 8 Pr 4 π η = t ialah waktu yang diperlukan cairan bervolume V, yang mengalir melalui pipa kapiler dengan panjang l dan jari-jari r. tekanan P merupakan perbedaan tekanan aliran kedua ujung pipa viskometer dan besarnya diasumsikan sebanding dengan berat cairan. b. Viskosimeter Bola Jatuh Viskositas cairan dapat ditentukan dengan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes. Gambar 2.2 viskosimeter bola jatuh Bola kelereng dengan rapatan d dan jari-jari r dijatuhkan ke dalam tabung berisi cairan yang kan ditentukan viskositanya. Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu kemudian dicatat dengan stopwatch. Sewaktu bola jatuh dalam fluida kental kecepatannya makin membesar. Selama geraknya, pada bola bekerja berat yang menyebabkan bola mengendap. Besarnya gaya tersebut sama dengan masa efektifnya kali percepatan gravitasi. Massa efektif adalah massa bola dikurangi massa fluida yang dipindahkan. Jika bola mempunyai rapatan d b dan rapatan cairan d c , maka gaya yang menyebabkan gerak sebesar: Fw = g dc db r 3 4 3 − π Universitas Sumatera Utara 37 Dimana g adalah percepatan gravitasi Selain itu juga bekerja gaya gesekan yang dikerjakan oleh fluida yang arahnya keatas, sesuai persamaan Stokes: Fg = 6 v r η π Pada saat tercapai kecepatan terminal, yaitu kecepatan pengendapan terbesar yang tetap, maka gaya-gaya yang bekerja pada bola adalah setimbang F w = F a, sehingga berlaku hubungan : g dc db r F v r w 3 4 6 3 − = = π η π atau v dc db g r 9 2 2 − = η Setiap fluida mempunyai viskositas yang berbeda-beda yang harganya bergantung pada jenis cairan dan suhu. Cairan mempunyai viskositas lebih besar dari pada gas, karena mempunyai gaya gesek untuk mengalir lebih besar. Pada kebanyakan cairan viskositasnya turun dengan naiknya suhu. Menurut teori lubang terdapat kekosongan dalam cairan dan molekul bergerak secara kontinu ke dalam kekosongan ini, sehingga memerlukan energi karena ada energi pengaktifan yang harus dipunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam kekosongan. Energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan dengan demikian cairan lebih mudah mengalir. Viskositas berbagai cairan pada suhu yang berbeda ditunjukkan pada tabel 2.2. Universitas Sumatera Utara 38 Tabel 2.2. Viskositas berbagai cairan pada suhu berbeda dengan satuan sentipoise cP Cairan Suhu o C 20 25 37 Air 1,793 1,005 0,895 - Etanol 1,77 1,194 1,009 - Benzena 0,91 0,64 0,61 - Gliserin 10590 1340 945 - Darah - - - 4,0 Plasma darah - - - 1,5 1cP = 0,01 pise Viskositas cairan naik dengan bertambahnya tekanan. Hal ini disebabkan jumlah lubang berkurang, sehingga bagi molekul lebih sukar untuk bergerak keliling satu terhadap yang lain. Kebalikan dari cairan, maka viskositas gas bertambah jika suhu naik. Viskositas gas ideal tidak bergantung pada tekanan. Untuk larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kekuatan larutan. Umumnya larutan yang berkonsentrasi tinggi, viskositasnya juga tinggi. Sebaliknya larutan yang konsentrasi rendah viskositasnya juga rendah. Estien Y, 2005 Viskositas bisa diekspresikan dalam berbagai cara atau pada tabel 2.3. sekarang ini nama-nama umum lebih banyak digunakan dari pada nama-nama yang direkomendasikan oleh IUPAC. Viskositas relatif rasio viskositas sp η adalah rasio perbandingan viskositas larutan terhadap viskositas pelarut yang proporsional dengan pendekatan pertama untuk larutan-larutan encer ke rasio waktu-waktu aliran yang sesuai. Satuan viskositas biasanya dinyatakan dalam poise atau waktu aliran Universitas Sumatera Utara 39 dibagi dalam berbagai ekspresi viskositas. Viskositas spesifik sp η merupakan kenaikan fraksi bagian dalam viskositas. Baik sp rel maupun η η keduanya tidak berdimensi. Ketika konsentrasi bertambah, viskositas pun bertambah. Oleh karena itu untuk menghilangkan efek konsentrasi, viskositas spesifik tersebut dibagi oleh dan diekstrapolasi ke konsentrasi nol untuk memberikan viskositas intrinsik. Kadang- kadang viskositas ditetapkan pada konsentrasi tunggal dan viskositas inheren inh η digunakan sebagai indikasi pendekatan dari berat molekul, viskositas inheren mengektrapolasi ke η yang sama. Konsentrasi C, dalam ekspresi diatas dinyatakan dalam gram per 100 ml pelarut atau dalam gram per sentimeter kubik, dan satuan awal yang lebih umum dipakai. Tabel 2.3. Pembagian viskositas larutan encer Nama umum Nama IUPAC Defenisi Viskositas relatif Rasio o o rel t t = =η η η Viskositas spesifik - 1 − = − = − = rel o o o o sp t t t η η η η η Viskositas reduksi Bilangan viskositas C C rel sp red 1 − = = η η η Viskositas inheren Bilangan viskositas logaritma C rel inh η η ln = Viskositas intrinsik Bilangan viskositas terbatas o c C inh c sp = =     = − η η η Universitas Sumatera Utara 40 Diantara berbagai jenis viskositas tersebut, viskositas intrinsik paling bermanfaat dan mudah dipakai karena bisa dihubungkan ke berat molekul oleh persamaan Mar- Houwink-Sakurada: [ ] a r M K = η dimana Mv adalah berat molekul rata-rata viskositas, yang didefinisikan sebagai: ∑ ∑ ∞ = ∞ = + = 1 1 1 i i i i a i i V M N M N M Malcom S. 2001

2.9.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Viskositas karet

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Tentang Komunikasi Bahaya Terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja Pada Penderes Di PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kab. Simalungun Tahun 2012

10 84 120

Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb Rubber Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

52 291 167

Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

7 54 44

Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

10 93 52

Penentuan Jumlah Amoniak Dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

4 85 51

Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

3 58 55

Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Plastisitas Karet Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2 51 50

Analisis Economic Value Added Sebagai Tolok Ukur Penciptaan Nilai Perusahaan Pada Pt Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

0 34 82

Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun

5 88 103

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83