Prinsip Operasional Perbankan Syariah Pengertian Promosi

berarti akan terjadi akumulasi kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Bukti lain bahwa Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan investasi adalah bahwa dalam berbagai aturan Islam dalam mengelola harta membawa implikasi positif pada tabungan dan investasi ini, misalnya larangan terhadap penumpukan harta, pengenaan zakat pada harta yang menganggur melebihi batas waktu tertentu dan penghapusan bunga. Hal terakhir ini kemudian dijadikan alternatif sistem bagi hasil yang diperoleh melalui kerjasama investasi mudharabah dan musyarakah. Fadhila, 2004.

2.2 Prinsip Operasional Perbankan Syariah

Bank Syariah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus melaksanakan mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana secara seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan perbankan yang berlaku. Untuk itulah harus ada kejelasan sistem operasional perbankan. Secara umum, konsep sistem operasional bank syariah adalah: 1. Bank syariah sebagai penghimpun dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan dikelola sesuai hukum syariah. Dana yang dimaksud adalah dana dari pihak pertama dan pemegang saham, dana pihak kedua pinjaman dari bank dan bukan bisnis atau pinjaman dari Bank Indonesia, dan dana pihak ketiga nasabah. Universitas Sumatera Utara 2. Bank syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan, baik berupa kredit atau pembiayaan. Secara umum, pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah maupun tiga kerangka aqad, yaitu pembiayaan yang beraqad syarikah kerjasama atau kongsi dan pembiayaan yang beraqad hasan kebijakan. Muhammad, 2000 dalam Ghafur, 2003; 13.

2.3 Pengertian Promosi

Promosi adalah suatu perusahaan dalam kegiatan pemasarannya mengusahakan agar produknya dapat diperoleh dengan mudah oleh konsumen tetapi juga perusahaan perlu merancang dan menyebarkan informasi tentang kehadiran produk dan terjadinya produk, ciri-cirinya, kondisinya, serta manfaat yang dapat dinikmati oleh konsumen. Sebagai dasar pengembangan kegiatan promosi adalah komunikasi pemasaran. Istilah promosi di komunikasi pemasarana sering dianggap sama padahal mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana perbedaan itu terletak pada arah penyampanan informasi. Menurut Basu Swastha DH 1 “Kegiatan pemasaran dapat didefinisikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan agar lebih memuaskan dengan menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik” Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi pemasaran merupakan pertukaran informasi dua arah antara pihak-pihak 1 Basu Swastha, Pengantar Bisnis Modern Edisi Ketiga, Cetakan ketujuh, Liberty, Yogyakarta, 1999 hal 179 Universitas Sumatera Utara lembaga produsen, distributor dan pembeli yang terbuat dalam pemasaran secara langsung, sedangkan promosi dipandang menurut Basu Swasta DH 4 adalah : “Arus infromasi satu arah yang dibatu untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”. Berikut menurut pendapat Basu Swasta, DH dan Irawan L. Bell, “Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan”. Kedua pengertian tentang promosi tadi pada dasarnya sama saja, pengertian pertama menitikberatkan pada penciptaan pertukaran sedangkan pertukaran kedua menitikberatkan kepada pendorongan permintaan dan penawaran. Karena kegiatan promosi sangat penting dilakukan dalam setiap perusahaan, sebab pada hakekatnya, bahwa betapa pun besarnya manfaat produk bagi suatu konsumen namun produk tersebut tidak akan mencari sendiri pembelinya. Oleh karen aitu produsen harus menciptakan sendiri permintaan terhadap produknya. Setelah tercipta permintaan maka permintaan itu perlu dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana. Untuk dapat menciptakaan permintaan, terlebih dahulu perlu diberitahukan kepada konsumen bahwa produk tersebut telah beredar di pasar dan konsumen perlu diyakinkan atau dapat memenuhhi kebutuhan mereka sehingga mereka disarankan untuk memilihnya. Dalam dunia perbankan jasa-jasa yang dipasarkan cukup banyak dan sejalan dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha serta aktivitas masyarakat. Universitas Sumatera Utara Belum ada defenisi secara umum tentang jasa yang digunakan oleh para pemasar. Kenyataan memangsulit di satukan tentang batas-batas yang jelas antara organisasi atau unit usaha yang menjadi bagian dari pengaturan dengan organisasi yang menawarkan jasa. Menurut Philip Khotler suatu jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dasarnya tanpa wujud atau tidak menyebabkan pemilikan sesuatu juga dapat berupa dalam bentuk berwujud atau tidak. Jasa itu tidak berwujud, karena ia dapat berupa pelayanan, rasa senang, fasilitas tidak berwujud dan sebagainya. Jasa yang diperjual belikan di pasar disebut pertukaran Exchange service. Sedangkan menurut Murti Sumarni Jasa adalah : setiap kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan seseorang memiliki sesuatu. Suatu unsur yang penting dalam defenisi tersebut adalah jasa merupakan suatu produk yang tidak kentara jadi pertukaran uang dengan sesuatu yang tidak kentara berarti telah membeli jasa. 2.4 Bagi Hasil Profit Loss Sharing Bagi hasil atau profit loss sharing adalah prinsip pembagian laba yang diterapkan dalam kemitraan kerja, dimana posisi bagi hasil ditentukan pada saat akad kerjasama. Jika usaha mendapatkan keuntungan, porsi bagi hasil adalah sesuai dengan kesepakatan, namun jika terjadi kerugian maka prosi bagi hasil disesuaikan dengan kontribusi model masing-masing pihak. Dasar yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil adalah berupa laba bersih usaha, setelah dikurangi dengan biaya operasional. Fadhila, 2004. Universitas Sumatera Utara Pengertian lain menyatakan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip bagi hasil ini adalah mudharabah dan musyarakah, lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan tabungan dan deposito maupun pembiayaan, sedangkan musyawarah lebih banyak untuk pembiayaan. Muhammad, 2000. Besarnya bagi hasil Profil – Sharing ini ditentukan di awal perjanjian. Berbeda dengan bunga, prosentase bagi hasil ini belum tentu sama tiap bulannya. Sedangkan nominal yang diterima tentunya menyesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh peminjam itu sendiri. Konsekuensi dari konsep ini adalah adanya untung dan rugi. Jika hasili usaha peminjam menunjukkan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan besar dan sebaliknya jjika keuntungan kecil atau bahkan merugi maka pihak peminjam harus ikut pula menanggung kerugian tersebut. Berdasarkan hasil penelitian center for Business and Islamic Economic Studies, 1999 dalam Muhammad, 2002 : 125 menunjukkan bahwa 17,7 nasabah BPR Syari’ah mengatakan bahwa bagi hasil bank Syari’ah adalah tidak pasti dan bagi hasil yang diberikan bisa lebih rendah bila dibanding dengan sistem bunga sehingga berpengaruh pada volume simpanan mudharabah. Tidak diketahuinya berapa tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh bank syari’ah, akan menimbulkan pertanyaan apakah perilaku para nasabah di bank syariah itu juga mengacu pada perilaku ekonomis secara umumnya, yaitu Universitas Sumatera Utara lebih mengutamakan keuntungan. Jika perilakku tersebut mengacu pada keuntungan, dengan adanya tingkat keuntungan yang sama antara bank syariah dan bank konvensional maka sikap nasabah akan dihadapkan pada dua pilihan, apakah nasabah memilih menabung di bank syariah atau bank konvensional. Dalam situasi dunia perbankan yang masih didominasi oleh sistem perbankan konvensional, maka ktingkat bunga masih menjadi rujukan bench – mark bagi nasabah bank. Tetapi tidak bagi sebagian orang yang tidak mau berhubungan dengan bank konvensional, karena adanya riba. Dalam kondisi perekonomian yang mengalami krisis, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan sektor riil yang kecil, berarti bagi hasil yang diperoleh bank syariah pun akan kecil, jauh lebih kecil dari tingkat bunga. Akibatnya menabung di bank syariah dianggap tidak menarik bagi masyarakat yang masih memiliki sikap bermotif keuntungan ekonomi Karim, 2000 dalam Khoirunnisa, 2002:129. Pada dasarnya, bank syariah selalu bersaing dengan perbankan konvensional. Jika bank syariah tidak mampu memberikan tingkat keuntungan yang memadai, maka berdasarkan perhitungan opportunity cost, orang tidak bersedia menaruhkan uangnya di bank syariah. Hal ini bergantung pada tingkat suku bunga Muhammad, 2002:.

2.5 Konsep Dasar kegiatan Bank Syariah