mitra usaha. Dalam hal ini bank dapat ikut serta dalam manajemen usaha tersebut.
2.5.6 Pembiayaan Al-Murabahah
Yaitu suatu perjanjian pembiayaan dimana bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan.
2.6. Bank Perkreditan Rakya Syariah 2.6.1. Pengertian
Bank Perkredita Rakyat BPR menurut Undang-Undang UU Perbangkan No. 7 tahun 1992, adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dlam bentuk deposito derjangka tabungan dan atau bentuk lainya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Sedangkan pada UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2.6.2. Sejarah Bordirnya BPR Syariah
Status hukum BPR diakui kali dalma Pakto tanggal 27 Oktober 1988, sebagian dari dalam Paket Kebijakan Keuangan, Moneter, dan Perbankan. Secara
historis, BPR adalah penjelmaan dari banyak lembaga keuangan, seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari LPN,
Lembaga Perkreditan Desa LPD, Badan Kredit Desa BKD, Badan Kredit Kecamatan BKK, Kredit Usaha Rakyat Kecil KURK, Lembaga Perkreditan
Kecamatan LPK, Bank Karya Produksi Desa BKPD dan atau lembaga lainya yang dapat dipersembahkan dengan itu
4
. Sejak dikeluarkannya UU No. 7 tahun
Universitas Sumatera Utara
1992 tentang Pokok Perbankan, keberadaan lembaga-lembaga keuangan tersebut diperjelas melalui ijin dari Menteri Keuangan.
Berdirinya BPR syariah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh berdirinya lmbaga-lembaga keuangan sebagaimana disebut di atas. Lebih jelasnya
keberadaan lembaga keuangan tersebut dipertegas munculnya pemikiran untuk mendirikan bank sariah yang dimaksud adalah Bank Muamalat Indonesia BMI
yang berdiri tahun 1992. Namun jangkauan BMI terbatas pada wilayah-wilayah tertentu, misalnya di kabupaten, kecamatan dan desa. Oleh karenanya peran BPR
syariah diperlukan untuk menangani masalah keuangan masyarakat di wilayah- wilayah tersebut.
Sebagai langkah awal, ditetapkan tiga lokasi berdirinya BPR syariah. Ketiga BPR syariah tersebut adalah :
1
PT. BPR Dana Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung.
2
PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec. Padalarang, Bandung.
3
PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran, Bandung. Tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR syariah tersebut telah mendapatkan ijin,
prinsip dari Menteri Keuangan RI. Selanjutnya, dengan technica assistance dari Bank Bukopin cabang Bandung yang memperlancar penyelenggaraan pelatihan dan pertemuan
para perbankan, pada tanggal 25 Juli 1991, BPR Dana Mardhatillah, BPR Berkah Amal Sejahtera, dan BPR Amanah Rabbaniyah terebut masing-masing mendapatkan ijin usaha
dari Menteri Keuangan RI. Untuk mempercepat proses berdirinya BPR-BPR syariah yang lain dibentukah
lembaga-lembaga penunjang, antara lain
5
: 1
Institute For Syariah Economic Development ISED.
Universitas Sumatera Utara
ISED bertugas melaksanakan program pendidikan pemberian bantuan teknis pendirian BPR syariah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah berpotensi. Hasil
yang telah dicapai ISED, antara lain : -
BPR Harcukat di Provinsi Aceh -
BPR Amanah Umah, kec Leuweliang, Bogor -
BPR Pembangunan Cikajang Raya, kec Cikajang, Garut -
BPR Bina Amwalul Hasanah, Kec Sawang, Bogor 2
Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah YPPBS. YPPBS membantu perkembagan BPR syariah di Indonesia dengan melakukan
kegiatan-kegiatan :
-
Pendidikan, baik tingkat dasar untuk sarjana baru maupun tingkat menengah untuk para prakis yang berpengalaman minimal 2 tahun di
perbankan.
-
Membantu proses pendirian dan memberikan techinacal asistance.
2.6.3. Tujuan BPR Syariah