Kendala Perkembangan BPR Syariah

syariah, tdak diperkenankan untuk mengubah status menjadi BPR konvensional. BPR syariah yang telah mendapatkan izin usaha dari Direksi Bank Indonesia wajib melakukan kegiatan usaha selambat-lambatnya 60 enampuluh hari perhitungan sejak tanggal izin usaha dikeluarkan. Sedangkan laporan pelaksana kegiatan usaha wajib disampaikan oleh Direksi BPR syariah kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 sepuluh hari setelah tanggal dimulainya kegiatan operasional. Apabila dalam waktu melakukan kegiatan Direksi Bank Indonesia mebatalkan, izin usaha yang telah dikeluarkan.

B. Pembukaan Kantor Cabang

BPR syariah dapat membuka kantor cabang hanya dalam wilayah provinsi yang dengan kantor pusatnya. Pembukaan kantor cabang BPR syariah dapat dilakukan hanya dengan ijin Direksi Bank Indonesia. Rencana pembukaan kantor cabang wajib dicantumkan dalam rencaa kerja tahunan BPR syariah. BPR syariah yang akan membuka kantor cabang wajib memenuhi persyaratan tingkat kesehatan selama 12 duabelas bulan terakhir tergolong sehat. Dan dalam pembukaan kantor cabang BPR syariah wajib menambah modal disetor sekurang-kurangya sebesar jumlah untuk mendirikan BPR syariah untuk setiap kantor.

2.6.7. Kendala Perkembangan BPR Syariah

Dalam prekteknya BPR syariah mengalami kendala, kendala tersebut di antaranya adalah : Universitas Sumatera Utara 1 Kiprah BPR syariah kurang dikena masyrakat sebagai BPR yang berprinsipkan syariah, bahkan beberapa pihak menganggap BPR syariah sama dengan BPR konvensional. Oleh karena itu, BPR syariah perlu menegaskan dan meneguhkan indentitasnya sebgai BPR yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. 2 Upaya untuk meningkatkan profesional kadang terhalang rendahnya sumber daya yang dimilii oleh BPR syariah sehingga proses BPR syariah dalam melakukan sktivitasnya cenderung lambat dan respon terhadap permasalahan ekonomi rendah. Maka upaya untuk meningkatakan SDM perlu diarahkan di semua posisi, baik di posisi pemegang kebijakan ataupun berposisi di lapangan. 3 Kurang adanya koordinasu di antara BPR syariah, demikian juga dengan bank syariah dan BMT, sebagai lembaga keuangan yang mempunyai tujuan syair Islam tentunya langkah koordinasi dalam rangka mendapatkan strategi yang terpadu dapat dilakukan guna mengangkat ekonomi masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan franework yang bisa dijadikan acuan di antara lembaga keuangan di tingkat kabupaten, kecamatan, desa ataupun pasar dalam melangsungkan aktivitasnya tanpa mengeyampingkan keberadaan lembaga keuangan yang lain. 4 Sebagai lembaga keuangan yang memiliki konsep Islam tentunya juga bertangung jawab terhadap nilai-nilai keislaman masyarakat yang ada disekitar BPR syariah tersebut. Aktivitas BPR syariah di bidang keuangan sering kali tidak “menyisahkan” waktu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan syair Islam, artinya aktivitas keuangan BRS syariah Universitas Sumatera Utara termasuk syair Islam di bidang keuangan, tetapi aktivitas keislaman yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat secara umum perlu juga diperhatikan. BPR syariah perlu memprakarsai terbentuknya majelis-majelis taklim dan semacamnya. 5 Nama Bank Perkreditan Rakyat Syariah, masih menyisahkan kesan sistem BPR syariah menggunakan sistem BPRS konvensional. Kata “perkreditan” tidak ada dalam terminologi bank dan lembaga keuangan syariah. Oleh karenanya, baik kiranya nama BPR syariah diganti.

2.6.8. Strategi Pengembangan BPR Syariah