2.3 Profil Praktek Rentenir dalam Masyarakat
Oleh karena sulitnya ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pinjaman dari pebankan, maka tidak jarang masyarakat akhirnya
meminjam uang dari rentenir. Kegiatan rentenir saat ini masih sangat banyak terjadi di daerah-daerah. Pemahaman tentang rentenir haruslah lebih diperbaiki
saat ini sebab pemahaman terdahulu cenderung memahaminya dengan negatif, padahal pada prakteknya sekarang ini praktek kerja rentenir bahkan memiliki
fungsi yang sangat penting bagi masyarakat. Bahkan tidak jarang banyak daerah yang melestarikan kegiatan rentenir tersebut.
Ada perbedaan istilah nama yang diberikan oleh masyarakat pada rentenir antara lain: tengkulak, bank titil, pelepas uang, pengijon, dll. Namun perbedaan
nama tersebut tidak membedakan cara kerja peminjaman uang yang mereka lakukan.
2.3.1 Pengertian Rentenir
Secara awam dapat didefenisikan bahwa rentenir adalah orang yang meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh profit melalui
penarikan bunga yang cukup tinggi. Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen
kapitalis yang seluruh aktivitasny untuk mencari profit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai “lintah darat”
karena menarik bunga yang tingi, tetapi sekaligus sebagai “agen perkembangan”
Universitas Sumatera Utara
pada sisi yang lain karena menopang dinamika perdagangan dan mencukupi kelangkaan uang tunai masyarakat Ridwan mohammad : 2006.
Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi para pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung ataupun tidak.
Secara langsung kredit dari rentenir itu untuk kegiatan produksi, sedangkan secara tidak langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi baik yang wajar hingga yang
konsumtif Heru Nugroho , 2001 : 18.
2.3.2 Sejarah Kegiatan Rentenir
Data Biro Pusat Statistik 2000 menunjukkan data bahwa hanya sebagian kecil usaha kecil dan rumah tangga yang memanfaatkan bank untuk menutupi
kekurangan modal usahanya. Hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan antara lembaga keuangan perbankan dengan usaha kecil. Salah satu sebab
kesenjangan tersebut adalah lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang dikelola secara modern, sedangkan usaha kecil khususnya
pedagang kecil sebagian besar dikelola secara tradisional tanpa memiliki pembukuan yang baik.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank atau non bank yang bersifat formal beroperasi di pedesaan, pada umumnya tidak
menjangkau golongan ekonomi lemah ke bawah. Ketidakmampuan tersebut terutama dari sisi penanggulangan resiko dan biaya operasi, juga dalam
identifikasi usaha dan pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha.
Universitas Sumatera Utara
Ketidakmampuan penanggulangan ini menjadi penyebab terjadinya kekosongan pada segmen pasar keuangan di daerah pedesaan. Dampaknya sekitar
70 – 90 kekosongan ini diisi oleh lembaga keuangan non formal, termasuk yang ikut beroperasi adalah para rentenir dengan pembebanan tingkat suku bunga
yang sangat tinggi dan memberatkan dalam pengembaliannya Muhammad, 2000:65.
2.3.3 Praktek Rentenir