ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA MAQASHID SYARIAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia 2012-2015)

(1)

ANALYSIS OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE INFLUENCE TOWARD MAQASHID SYARIAH PERFORMANCE OF ISLAMIC BANK IN

INDONESIA AND MALAYSIA

(Empirical Study on Islamic Commercial Bank in Indonesia and Malaysia 2012-2015)

Oleh

ANNISA YUNI NOOR INDAH 20130420220

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA MAQASHID SYARIAH PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN

MALAYSIA

(Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia 2012-2015)

ANALYSIS OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE INFLUENCE TOWARD MAQASHID SYARIAH PERFORMANCE OF ISLAMIC BANK IN

INDONESIA AND MALAYSIA

(Empirical Study on Islamic Commercial Bank in Indonesia and Malaysia 2012-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ANNISA YUNI NOOR INDAH 20130420220

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

MOTTO

Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariah,atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang soleh yang berdoa untuknya." (H.R. Muslim)

“Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Dan alangkah bodohnya jika kamu mendapatkan kijang (binatang buruan) namun kamu tidak mengikatnya hingga akhirnya binatang buruan itu lepas di tengah-tengah manusia.”(Imam Syafi’i)


(5)

Dengan penuh rasa syukur dan suka cita, saya persembahkan skripsi ini kepada orang-orang yang tak henti-hentinya memotivasi dan mendoakan saya hingga skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

 Allah SWT Tuhan Maha Esa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas rahmat dan kemudahan-Mu yang luar biasa ini saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

 Sholawat serta salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai panutan umat islam yang selalu memberikan suri tauladan yang baik abgi umat-Nya.

 Terimakasih yang amat sangat luar biasa kepada kedua orang tuaku yang saya cintai, yang sudah merawat, mendidik dan mencurahkan kasih sayangnya padaku hingga saat ini. Untuk ibuku yang tercinta yang selalu memberikan doa, perhatian dan semangatnya, juga untuk bapakku yang selalu memberikan dorongan serta motivasi untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan studi ini. Tanpa kalian aku tidak akan sampai pada titik ini. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

 Kepada teman spesialku khususnya Muhammad Kusuma Aji yang selalu menemani, membimbing serta menyemangatiku sampai saat ini. Semoga kamu selalu diberi kelancaran dalam menyelesaikan studi profesi dan


(6)

diberikan kesuksesan atas apa yang kamu usahakan. Amiin doaku selalu untukmu bih.

 Kepada sahabatku terbaikku Dewi Puspita Sari yang sedang berjuang meraih cita-citanya semoga selalu diberikan kelancaran dan sesuai rencana amiin. Terimakasih atas kekonyolanmu, canda tawamu yang membuatku merasa bahagia dan beruntung karena telah mengenalmu.

Selain itu terimakasih untuk teman-temanku yang berada di Bogor khususnya D’edans (Dewi, Fadilah, Fitri, Cindy dan Lita) juga TKJ B Abstrak yang selalu aku rindukan.

Terimakasih juga untuk Bu Endang Astuti wali kelasku saat menempuh studi SMK di Bogor, karena sudah membimbing dan selalu memberikan perhatian kepada murid-muridnya yang beraneka ragam keunikannya.  Kepada sahabat terbaikku Sarjana Rumpi (Ekta, Endah, Riska, Ira, Hasna)

yang telah banyak membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Aku akan kangen kalian guys, tanpa kalian kelas sepi, kampus sepi, hatipun sepi. Semoga kalian menjadi manusia yang sukses dunia dan akhirat guys aamiin (sayang kalian).

Selain itu kepada Marissa Putri Cameliani sahabatku yang selalu ceria dan baik hati. Semoga apa yang kamu cita-citakan tercapai amiin. Juga, untuk anak kos yuppy yang selalu memberikan hiburan dikala lelahnya mengerjakan kewajiban kuliah (Lilis, Riska, Laras, Alfa, Intan, Neni, Nura, Vania, dan Mbak Ika). Dan untuk teman-teman KKN 21 semoga


(7)

pihak yang memberikan motivasi dan dukungan secara langsung maupun tidak langsung. Terimakasih banyak.

Yogyakarta, April 2017


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN . ... vi

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Teori Keagenan ... 11

2. Bank Syariah ... ... 12

3. Maqashid Syariah ... 14

4. Corporate Governance ... 16


(9)

B. Penelitian Terdahulu Dan Penurunan Hipotesis ... 21

1. Dewan Komisaris terhadap Kinerja Maqashid Syariah ... 21

2. Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Maqashid Syariah ... 22

3. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Maqashid Syariah ... 23

4. Komite Audit terhadap Kinerja Maqashid Syariah ... 25

5. Rapat Komite Audit terhadap Kinerja Maqashid Syariah ... 26

6. Perbedaan Kinerja Maqashid Syariah Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia ... 28

C. Model Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Obyek/Subyek Penelitian ... 31

B. Jenis Data ... 31

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

1. Maqashid Syariah ... 32

2. Dewan Komisaris ... 38

3. Dewan Pengawas Syariah ... 38

4. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah ... 39

5. Komite Audit ... 39

6. Rapat Komite Audit ... 39

F. Uji Kualitas Instrumen Data 1. Analisis Statistik Deskriptif ... 39


(10)

a. Uji Normalitas ... 40

b. Uji Autokorelasi ... 40

c. Uji Multikolinearitas ... 41

d. Uji Heteroskedastisitas ... 41

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 42

1. Koefisien Determinasi (R²) ... 43

2. Uji Simultan (Uji F) ... 43

3. Uji Parsial (Uji t) ... 43

4. Uji Chow ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 46

1. Uji Statistik Deskriptif ... 46

2. Uji Asumsi Klasik ... 49

a. Uji Normalitas ... 49

b. Uji Autokorelasi ... 51

c. Uji Multikolonearitas ... 52

d. Uji Hetroskedastisitas ... 54

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 56

1. Uji Koefisien Determinasi (R2). ... 56

2. Uji Signifikan Nilai F. ... 58

3. Uji Chow ... 59

4. Uji Nilai t ... 61

5. Analisis Regresi Linier Berganda ... 63

D. Pembahasan ... 66

1. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Maqashid Syariah ... 66

2. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Maqashid Syariah ... 67

3. Pengaruh Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah terhadap Maqashid Syariah ... 68


(11)

PENELITIAN ... 73

A. Simpulan ... 73

B. Saran ... 74

C. Keterbatasan ... 74 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

3.1. Penerapan Maqashid Syariah ... 33

3.2. Bobot Masing-masing Tujuan dan Elemen . ... 34

4.1. Proses Pemilihan Sampel Bank Syariah Indonesia ... 45

4.2. Proses Pemilihan Sampel Bank Syariah Malaysia ... 46

4.3. Uji Statistik Deskriptif Indonesia ... 47

4.4. Uji Statistik Deskriptif Malaysia ... 47

4.5. Hasil Uji Normalitas Indonesia ... 50


(13)

4.9. Hasil Uji Multikolinearitas Indonesia ... 53

4.10. Hasil Uji Multikolinearitas Malaysia ... 53

4.11. Hasil Uji Heterokedastisitas Indonesia ... 55

4.12. Hasil Uji Heterokedastisitas Malaysia ... 55

4.13. Hasil Uji Adjusted R2 Indonesia ... 56

4.14. Hasil Uji Adjusted R2 Malaysia ... 57

4.15. Hasil Uji F Indonesia ... 58

4.16. Hasil Uji F Malaysia ... 58

4.17. Hasil Uji F Indonesia ... 59

4.18. Hasil Uji F Malaysia ... 60

4.19. Anova ... 60

4.20. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Indonesia ... 62

4.21. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Malaysia ... 62


(14)

(15)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Kerangka Konseptual ... 29


(16)

(17)

(18)

ix

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis good corporate governance yang meliputi dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit, dan rapat komite audit pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia pada tahun 2012-2015. Faktor-faktor yang diteliti adalah dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit, dan rapat komite audit. Sampel pada penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Sampel yang diperoleh dari dua puluh enam perusahaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia dengan pengamatan selama empat tahun, sehingga sampel yang terpilih sebanyak 104 sampel.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji regresi berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa maqashid syariah di Indonesia secara signifikan dipengaruhi oleh variabel independen. Dan nilai adjusted R2 untuk Perbankan Indonesia sebesar 20,7% dan untuk Perbankan Malaysia sebesar 49,1% dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit dan rangkap komite audit mampu menjelaskan variabel maqashid syariah.

Kata kunci: maqashid syariah, dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit, rapat komite audit.


(19)

x

of Sharia Supervisory Board, audit committee, and the audit committee meeting on Islamic banking in Indonesia and Malaysia in 2012-2015. Factors examined are the Board of Commissioners (DK), syariah Supervisory Board (DPS), a duplicate post of Sharia Supervisory Board (RJDPS), the audit Committee (KA). The samples on this research was selected based on the method of purposive sampling. Samples obtained from twenty-six companies of Islamic banking in Indonesia and Malaysia with four years of observation, so that the selected sample as much as 104 samples.

Analysis of the method used is descriptive analysis, test the assumptions of classical, and multiple regression test. Multiple regression test results indicating that the Islamic trends in Indonesia significantly influenced by independent varriabel. And adjusted R2 values for 20.7% of Indonesia's banking and Banking for Malaysia of 49.1% of those results can be concluded that the Board of

Commissioners, Board of Trustees, a duplicate post of Sharia Supervisory Board, audit committee and audit Committee was able to explain the double variable trends.

Keywords: Islamic trends, Board of Commissioners, Board of Trustees, a duplicate post of Sharia Supervisory Board, audit committee, meetings of the audit committee.


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Sektor perbankan adalah satu sektor yang mempunyai pengaruh yang penting dalam ekonomi Islam. Sektor perbankan merupakan instrument penting yang memiliki pengaruh pada kemajuan ekonomi Islam itu sendiri. Pada dasarnya perbankan syariah adalah sistem perbankan yang dalam usahanya berdasarkan pada prinsip hukum syariah Islam dan mengacu pada Al-Quran dan Al-Hadist. Perbankan syariah memiliki tujuan yang dapat diukur, didefinisikan, dioperasikan dan berkontribusi kepada tujuan khusus atau umum (Jazil, 2013).

Pendirian bank syariah yaitu memiliki tujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip Islam. Prinsip utama yang harus dimiliki pada setiap bank syariah yaitu dalam setiap bentuk transaksi apapun tidak mengandung riba, memperoleh keuntungan yang sesuai pada setiap kegiatan usaha, serta menyisihkan keuntungan untuk berzakat (Kholid dan Bachtiar, 2015). Bank syariah sebagai lembaga keuangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah tidak diperkenankan untuk menggunakan bunga kepada pihak ketiga.

Abdurrahim (2013) mengatakan bahwa dalam mendirikan lembaga keuangan syariah memiliki motivasi yang semakin beragam, salah satunya


(21)

didasari pada orientasi keuntungan ekonomis semata dan terlepas dari nilai ajaran Islam. Apabila hal tersebut terjadi kemungkinan besar lembaga keuangan syariah tidak lagi sesuai dengan hukum syariah (maqashid syariah).

Maqashid Syariah secara istilah adalah tujuan-tujuan syariat Islam yang terkandung dalam setiap aturannya. Imam Asy-Syathibi mengungkapkan tentang syariah dan fungsinya bagi manusia seperti ungkapannya dalam kitab al-Muwwafaqat:

نيدلا يف م حلاصم مايق يف ع اشلا دصاقم قيقحتل تعض .... ةعي شلا ه ه

اعم ايندلا

”Sesungguhnya syariat itu ditetapkan bertujuan untuk tegaknya (mewujudkan) kemashlahatan manusia di dunia dan Akhirat”.

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomidan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Jumansyah dan Syafei, 2013).

Menurut Kaihatu (2006) Krisis ekonomi yang menghantam Asia telah berlalu lebih dari sepuluh tahun. Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia yaitu, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi, tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan


(22)

3

komisaris, inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal, dan ketidakmemadainya pengawasan oleh para kreditor.

Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang diawal tahun 2005 diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2001. Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk komisaris independen di tahun 2004. Semua publikasi ini dipandang perlu untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG (Kaihatu, 2006).

Pengukuran kinerja pada era modern saat ini tidak hanya diukur dari aspek keuangan saja, namun dapat dilihat juga pada aspek non keuangan seperti halnya Corporate Governance, Intangible Assets, Economic Value Added dll (Ramadhan, 2016). Seperti halnya Pada bank Indonesia pengelolaan bank mengacu pada prinsip Good Corporate Governance (GCG). Dalam penerapan good governance diperlukan prinsip–prinsip yang dijadikan pedoman agar penerapan tersebut berjalan seperti yangdiinginkan. Adapun prinsip–prinsip good governance menurut Putusan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 dalam Umam (2009) yaitu: (a) Pertanggungjawaban (Responsibility), (b) Pertanggungjelasan


(23)

(Accountability), (c) Keadilan (Fairness), (d) Keterbukaan (Transparancy), (e) Kemandirian (Independency).

Indikator good corporate governance secara tidak langsung ikut berperan dalam pengawasan kepatuhan bank syariah salah satunya adalah dewan komisaris, komite audit, dan dewan pengawas syariah. Penelitian sebelumnya yang menggunakan corporate governance pada perbankan syariah antara lain Khoirudin (2013), Kholid dan Bachtiar (2015), serta Romdhoni (2015), sedangkan yang menggunakan maqashid syariah sebagai penilaian kinerja yaitu penelitian Antonio (2012), Jumansyah dan Syafei (2013), serta Kholid dan Bachtiar (2015).

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam hal melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi. Penelitian Eka Hardikasari (2011) yang meneliti tentang corporate governance terhadap kinerja keuangan pada industri perbankan yang terdaftar di BEI menyatakan adanya pengaruh positif dewan komisaris terhadap kinerja keuangan.

Keberadaan dewan pengawas syariah adalah untuk memonitoring kepatuhan bank syariah terhadap syariah islam yang diharapkan dapat menekan masalah agensi yang pada akhirnya akan menjadikan kinerja bank syariah kearah yang lebih baik. Penelitian Muamar dan Arief (2014)


(24)

5

menyatakan bahwa dewan pengawas syariah berpengaruh positif pada kinerja maqashid syariah.

Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas untuk membantu dewan komisaris melakukan pengawasan dalam mengawasi direksi dan tim manajemen, untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Kholid dan Bachtiar (2015) pada penelitian Al-Baidhani (2013) yang meneliti bank konvensional dan bank syariah islam di Yaman menemukan bahwa jumlah komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank. Sedangkan penelitian Listyo dan Khafid (2013) menyatakan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perbankan.

Adapun penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kinerja bank dan diukur dengan maqashid syariah yaitu penelitian Antonio (2012) yang meneliti tentang kinerja maqashid syariah pada bank Indonesia dan bank pada Negara Jordania. Objek penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM), Islamic International Arab Bank Jordan (IIABJ), dan Jordan Islamic Bank (JIB) pada periode 2008-2010. Selain itu penelitian dari Kholid dan Bachtiar (2015) yang meneliti maqashid syariah sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja perusahaan sedangkan variabel yang digunakan adalah corporate governance yang diproksikan pada jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan pengawas syariah dan jumlah anggota komite audit.


(25)

Sistem perbankan Malaysia dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: bank-bank komersial, perusahaan pembiayaan dan bank dagang. Dari mereka semua, sektor perbankan komersial dianggap sebagai tulang punggung dari sektor perbankan Malaysia, karena memainkan peran nyata dalam menyediakan dana bagi perekonomian (Dao Thanh dan Dao Minh, 2013). Untuk mencapai perkembangan yang signifikan, sistem perbankan komersial Malaysia telah mengalami banyak perubahan struktural dan reformasi, terutama dalam tata kelola perusahaan sejak krisis keuangan. Setelah kegagalan banyak perusahaan dalam krisis keuangan tahun 1987, 1996 dan 2008, tata kelola perusahaan di Malaysia telah menerima perhatian lebih dari sebelumnya. Menurut sebuah studi tentang tata kelola perusahaan di beberapa negara berkembang di Asia yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB), ada beberapa faktor yang menyebabkan Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya menghadapi masalah berat ekonomi mereka dan sistem keuangan selama krisis keuangan. Faktor-faktor ini terdiri dari dewan direksi yang tidak efektif, pengendalian internal longgar, audit yang lemah, pengungkapan yang tidak memadai dan kurangnya penegakan hukum (Kaihatu, 2006). Beberapa upaya telah dilakukan Malaysia untuk meningkatkan tata kelola perusahaan untuk pembangunan berkelanjutan dari sistem keuangan secara keseluruhan pada umumnya dan sistem perbankan komersial pada khususnya.


(26)

7

Penelitian ini menarik untuk diteliti karena negara Indonesia dan Malaysia memiliki kesamaan sumber daya alam dan manusia yang dimiliki oleh kedua negara tersebut dan juga berkaitan dengan kebijakan negara-negara tersebut dalam upaya proses penumbuhkembangan perekonomiannya khususnya dalam menilai kinerja pada sektor perbankan. Negara Malaysia merupakan negara yang serumpun dengan negara Indonesia, namun demikian dalam perkembangan perekonomiannya pada saat ini memiliki kemampuan potensial yang sangat baik di kawasan ASEAN. Hal ini terbukti dengan relatif singkatnya dalam memulihkan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997.

Berdasarkan uraian yang telah diatas maka penelitian akan menguji “ANALISIS GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA MAQASHID SYARIAH PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA” (Srudi Empiris pada Bank Syariah di Indonesia dan Malaysia)

Penelitian ini merupakan replikasi serta pengembangan dari penelitian Kholid dan Bachtiar (2015). Adapun perbedaan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu membandingkan kinerja bank di Indonesia dan Malaysia yang diukur dengan maqashid syariah. Selanjutnya penelitian ini menggunakan data laporan keuangan bank syariah periode 2012-2015 untuk memperbaharui hasil penelitian terdahulu.


(27)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis akan membahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi maqashid syariah dengan good corporate governance sebagai variable independen, diantaranya dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit, dan rapat komite audit.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap maqashid syariah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia? 2. Apakah dewan pengawas syariah berpengaruh positif signifikan

terhadap maqashid syariah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia?

3. Apakah rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif signifikan terhadap maqashid syariah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia?

4. Apakah komite audit syariah berpengaruh positif signifikan terhadap maqashid syariah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia? 5. Apakah rapat komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap


(28)

9

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji apakah dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia

2. Untuk menguji apakah dewan pengawas syariah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia

3. Untuk menguji apakah rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia

4. Untuk menguji apakah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia

5. Untuk menguji apakah rapat komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, manfaat dari penyusunan penelitian ini sebagai berikut :


(29)

1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta perkembangan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya, dan juga bagi pembaca pada umumnya. Wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pencapaian perbankan syariah di Indonesia terhadap Maqashid Syariah. Manfaat lain yaitu dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktisi

Bagi praktisi, dapat bermanfaat untuk evaluasi dalam pencapaian maqashid syariah yang dipengaruhi oleh beberpa faktor antara lain dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit, dan rapat komite audit.


(30)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Definisi teori keagenan menurut Rebecca (2012) yaitu hubungan yang timbul dari adanya kontrak yang ditetapkan antara dua pihak, yaitu pihak pemilik modal (principal) sebagai pihak yang mendelegasikan pekerjaan, dan agen (agent) adalah sebagai pihak yang menerima pendelegasian pekerjaan, yang berarti terjadi antara kepemilikan dan kontrol perusahaan.

Implikasi teori keagenan terhadap penelitian ini dipertimbangkan dapat menjelaskan bahwa manajemen sebagai agent tidak terlepas atas setiap tidakannya kepada principal.

Bank syariah lebih mengetahui informasi-informasi tentang pengelolaan dana dari pada nasabah. Hal ini lah yang sering disebut sebagai asymetric information. Dengan adanya asymetric information memungkinkan akan timbul masalah agensi. Adanya kemungkinan masalah agensi tersebut maka diperlukan good corporate governance. Kaitannya dengan perbankan Good corporate governance merupakan suatu sistem pengelolaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja bank serta, melindungi kepentingan stakeholder, dan meningkatkan ketaatan terhadap perundang-undangan serta nilai-nilai etika secara


(31)

umum (Faozan, 2013). Berkaitan dengan kemungkinan masalah agensi dimana bank tidak menjalankan operasional usahanya tidak sesuai syariah Islam, maka perlu dibentuk mekanisme corporate governance dengan pembentukan Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Good Corporate Governance yang berkaitan dengan perbankan diantaranya sebagai suatu sistem dalam hal pengelolaan dan digunakan untuk tercapainya peningkatan kinerja bank, serta melindungi kepentingan stakeholder, selain itu untuk meningkatkan nilai etika dan kewajiban untuk patuh terhadap perundang-undangan. Berkaitan dengan hal tersebut tidak dipungkiri akan timbul adanya masalah agensi yang menimbulkan biaya keagenan seperti biaya monitoring, bonding expenditure dan residual loss Jensen dan Meckling (1976). Bank Syariah

Bank syariah adalah bank yang didirikan atas prinsip-prinsip islam yang berasal dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan hukum islam yang melarang bunga pada seluruh aktivitas yang dilakukannya.

Pendirian bank syariah harus memenuhi beberapa syarat dalam permodalan. Untuk bank umum syariah harus menyetorkan modal paling sedikit Rp. 1 trilyun, sama halnya dengan bank asing yang ingin membuka cabang syariah harus menyetorkan modal sebesar Rp. 1 trilyun dalam bentuk rupiah maupun mata uang asing. Sumber modal harus jelas dan tentu saja sesuai dengan ketentuan syariah. Pendirian unit usaha syariah harus mendapat izin dari Bank Indonesia.


(32)

13

Hal ini yang membedakan perbankan syariah dengan bank konvensional yang dilihat dari pelaksanaanya. Pada aktivitas pendanaan misalnya, bank syariah menerapkan kontrak bagi hasil keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing) seperti mudharabah, wakalah dan wadiah.

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 menjelaskan mengenai Perbankan Syariah. Adapun asas, tujuan dan fungsi perbankan syariah dijelaskan pada Bab III pasal 2, pasal 3 dan pasal 4 sebagai berikut: a. Asas Perbankan Syariah

Kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah didasarkan pada asas prinsip-prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian.

b. Tujuan Perbankan Syariah

Tujuan pendirian perbankan syariah adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan keadilan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan.

c. Fungsi Perbankan Syariah

1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menjalankan fungsi operasional dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat.

2. Bank Umum syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial


(33)

lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

3. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dapat melakukan penghimpunan dana sosial yang berasal dari wakaf kemudian menyalurkannya sesuai dengan kehendak pemberi wakaf. 4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 2

dan ayat 3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Maqashid Shariah

Fungsi dari bank syariah adalah sebagai perantara keuangan yang memiliki tujuan yang harus dicapai. Bank akan mencapai tujuan dengan menjalankan fungsi yang telah ditetapkan, dan tujuan bank akan tepat jika diambil dari maqashid shariah (Mohammed et al, 2008). Maqashid syariah mengalami perkembangan besar melalui tiga tokoh utama, yaitu Imam al-Haramayn Abu al-Ma’ali ‘Abd Allah al -Juwayni (w. 478 H), Abu Ishaq al-Syatibi (w.790 H), dan Muhammad al-Thair ibn ‘Asyur (w. 1379 H/1973 M). Kemudian, di era modern muncul Jasser Auda (2008) dimana beliau lebih komprehensif dalam menjelaskan dan membagi setiap elemen maqashid syariah serta mengembangkannya. Pemenuhan maqashid syariah dirasa penting agar perbankan syariah dapat lebih syariah dengan memenuhi kriteria tujuan syariah dan terhindar dari transaksi haram. Bank dikatakan


(34)

15

memiliki fungsi keuangan yang baik apabila menjalankan tujuan yang hendak dicapai oleh bank itu sendiri.

Secara etimologi, Maqashid As-Syariah berarti maksud dan tujuan disyariatkannya hukum Islam. Menurut Istilah Maqashid Syariah identik dengan istilah filsafat hukum Islam. Menurut Wahbah al Zuhaili, Maqasid Al Syariah berarti nilai-nilai dan sasaran syara’ yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran-sasaran ini dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariah, yang ditetapkan oleh al-Syari’ dalam setiap ketentuan hukum.Adapun yang menjadi bahasan utama maqashid as-syariah adalah hikmat dan illat ditetapkannya suatu hukum. Menurut para ulama yaitu al-Juwaini seseorang tidak dapat dikatakan mampu menetapkan hukum dalam Islam sebelum memahami benar tujuan Allah menetapkan perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya.Menurut Al-Ghazali mashlahat adalah memelihara maksud al-Syari’ (pembuat hukum). Maqashid as-syariah adalah maksud atau tujuan disyariatkan hukum Islam. Menurut pendapat ulama secara umum bahwa tujuan tersebut adalah maslahah bagi umat manusia dalam dua dimensi yaitu al-wujud dan al-adam (Nursidin, 2012).

Untuk dapat mencapai maqashid syariah ada 5 elemen yang harus dipenuhi oleh bank syariah, yaitu al-aql (pikiran), addien (agama), nafs (jiwa), nasl (keturunan) dan maal (harta) (Capra, 2001). Sesuai Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah


(35)

juga dijelaskan bahwa kegiatan perbankan syariah harus mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan.

Dari kelima elemen tersebut lalu dituangkan dalam suatu tabel kriteria kinerja perusahaan dalam perspektif maqashid syariah yang disertai indikator yang diformulasi oleh Mohammed, Razak, Omar dan Taib (2008) dalam bentuk indeks maqashid syariah.

3. Corporate Governance

Corporate governance telah menjadi sorotan dari berbagai entitas seluruh dunia karena dapat menjadi suatu sumber permasalahan yang berpengaruh pada kinerja perusahaan dan bukan merupakan fenomena baru dalam dunia bisnis. Berthelot, Morris, dan Morrill (2010) memiliki pendapat bahwa manajer juga harus dikontrol dan diawasi dengan seksama untuk mencegah kerugian bagi perusahaan. Selain itu Iskander dan Chamlou (2000) menyampaikan bahwa krisis ekonomi yang pernah melanda Asia Tenggara dan negara-negara lain bukan hanya terjadi akibat faktor ekonomi makro, namun juga karena lemahnya corporate governance di negara-negara yang terkena krisis contohnya seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan kontrol audit yang masih belum aplikatif, lemahnya pengawasan komisaris, pasar modal yang masih under-regulated, serta terabaikannya hak minoritas. Hal tersebut menunjukkan bahwa praktik corporate governance yang baik tidak hanya akan berdampak positif bagi


(36)

17

pemegang saham, namun juga masyarakat secara luas. Mekanisme corporate governance yang ada pada perusahaan perbankan terlihat lebih penting daripada sektor industri karena perbankan berperan penting sebagai pengatur utama dalam perekonomian. Buruknya Corporate governance pada perusahaan perbankan bukan hanya akan membuat pasar kehilangan kepercayaan namun juga pada kemampuan bank untuk mengelola asset dan kewajiban termasuk deposit yang dapat memicu krisis likuiditas dan membawa krisis ekonomi pada suatu negara (Marco dan Fernandez, 2008). Pada penelitian ini peneliti mengukur coporate governance dengan menggunakan dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit dan rapat komite audit.

4. Dewan Komisaris

Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Dewan komisaris memiliki tugas untuk memberikan saran dan melakukan pengawasan terhadap tugas dan tanggung jawab direksi terkait dengan opersional bank. Dewan komisaris juga memiliki kewajiban memastikan bahwa direksi telah


(37)

menindaklanjuti temuan maupun rekomendasi yang diberikan oleh dewan pengawas syariah terkait kepatuhan operasional bank syariah terhadap syariah Islam.

5. Dewan Pengawas Syariah

Dewan pengawas syariah yaitu jumlah dari anggota Dewan Pengawas Syariah dalam suatu perusahaan yang dihitung atau diukur dengan jumlah dari dewan pengawas syariah yang ada pada laporan tahunan perusahaan.

Dewan Pengawasan Syariah merupakan pihak terafiliasi dan bagian dari Bank. DPS adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap Prinsip Syariah yang dipakai dalam menjalankan kegiatan usaha Bank Syariah secara independen. Setiap Bank Umum Syariah atau Bank Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah harus memiliki setidaknya 2-5 orang sebagai anggota Dewan Pengawasan Syariah. Sedangkan untuk Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) setidaknya memiliki 1-3 orang anggota DPS. Jika anggota DPS di setiap lembaga keuangan syariah memiliki lebih dari satu anggota maka salah satu dari anggota tersebut harus menjadi ketua DPS dilembaga Keuangan Syariah tersebut. Tugas, Wewenang dan Tanggungjawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) antara lain;

1. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional Bank terhadap fatwa yang telah ditetapkan oleh DSN-MUI.


(38)

19

2. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional. Dan produk yang dikeluarkan Bank.

3. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional Bank secara keseluruhan dan laporan publikasi Bank. 4. Mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk

dimintakan fatwa kepada DSN-MUI.

5. Menyampaikan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap 6 bulan kepada Direksi, Komisaris, DSN-MUI dan Bank Indonesia.

6. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah

Dewan pengawas syariah merupakan suatu fungsi dalam suatu organisasi bank syariah yang secara internal merupakan badan pengawas syariah dan secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (Murwaningsari, 2009). Seorang dewan pengawas syariah diperbolehkan untuk merangkap pada lembaga keuangan yang lain. Selain itu pada peraturan Bank Indonesia PBI 11/10/2009Pasal 11disebutkan bahwa dewan pengawas syariah dapat merangkap jabatan paling banyak pada 4 lembaga keuangan lain.

7. Komite Audit

Komite audit memiliki tugas pokok menurut Peraturan Bank Indonesia no.11/33/PBI/2009 pasal 42 ayat 1 adalah melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern dalam rangka menilai kecukupan


(39)

pengendalian intern dan kecukupan proses pelaporan keuangan. Pada pasal 43 ayat 1 komite audit melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan. Dengan kata lain komite audit secara tidak langsung mempunyai wewenang dalam mengawasi kepatuhan bank syariah untuk mencapai aturan syariah yang ditetapkan. Selain itu, komite audit juga wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada dewan komisaris untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.

8. Rapat Komite Audit

Komite audit menyelenggarakan rapat internal secara berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. Dalam menjalankan fungsi, tugas, dan tanggung jawab, komite audit dapat mengadakan rapat secara berkala sebagaimana yang ditetapkan oleh komite audit sendiri. Rapat komite audit bertujuan untuk mendiskusikan masalah yang signifikan yang telah dibahas sebelumnya dengan manajemen. Frekuensi rapat komite audit dapat menunjukan tingkat kerajinan anggota komite audit dalam melakukan pengawasan. Pada rapat komite audit keputusan dari hasil rapat tersebut harus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Setiap rapat komite audit serta hasil dalam pengembalian keputusan akan disampaikan kepada


(40)

21

dewan komisaris. Jumlah rapat komite audit juga dianjurkan dalam tata kelola perusahaan sehingga dapat digunakan untuk menilai efektivitas komite audit (Yin et al, 2012).

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Dewan Komisaris terhadap Kinerja Maqashid Syariah Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia

Kemunculan masalah agency disebabkan karena adanya asimetri informasi yang mengharuskan pengadaan good corporate governance (Kholid dan Bachtiar, 2015). Salah satu bagian dari good corporate governance adalah dewan komisaris. Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris yaitu melakukan pengawasan serta memberikan saran kepada dewan direksi yang berkaitan dengan operasional bank selain itu dewan komisaris juga mengawasi serta memastikan temuan-temuan ataupun rekomendasi yang disampaikan oleh dewan pengawas syariah yang berkaitan pada kepatuhan operasional bank syariah yang sesuai dengan syariah Islam. Penelitian yang dilakukan Yermack (1996) menyimpulkan bahwa dewan komisaris yang berukuran kecil akan lebih efektif dalam melakukan tindakan pengawasan dibandingkan yang berukuran besar. Berbeda dengan pendapat Lehn, Patro dan Zhao (2004) ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan memperoleh informasi yang lebih banyak yang berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi perusahaan seperti teknologi, peraturan-peraturan yang terkait pelaksanaan monitoring serta pemberian nasihat oleh dewan komisaris.


(41)

Penelitian Kholid dan Bachtiar (2015) menyatakan bahwa jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia, yang artinya hal tersebut menandakan bahwa semakin besar jumlah dewan komisaris maka kinerja maqashid syariah bank syariah menjadi lebih baik.

Dengan demikian, penelitian ini merumuskan hipotesis

H1a : Dewan Komisaris memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah perbankan syariah di Indonesia H1b : Dewan Komisaris memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah perbankan syariah di Malaysia

2. Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Maqashid Syariah Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia

Penyebab masalah agensi dikarenakan adanya asimeti informasi antara pemilik dana dengan manajemen sehingga akan memicu bank untuk tidak bertindak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati antara pemilik dana dengan bank syariah. Dengan adanya Dewan Pengawas Syariah dapat meningkatkan kinerja maqashid syariah bank syariah karena apabila bank memiliki pengawasan yang baik maka dapat diharapkan bank syariah juga dapat mematuhi ketentuan-ketentuan syariah yang telah disepakati

Menurut Muttakin dan Ullah (2012) semakin banyak anggota dewan pengawas syariah maka kinerja dewan akan lebih baik karena dewan memiliki pengalaman, kepakaran, keahlian, dan jaringan


(42)

23

professional serta sosial yang tinggi. Semakin banyak anggota dewan pengawas syariah juga akan meningkatkan tingkat kepatuhan bank sendiri kearah yang lebih baik. Selain itu, pengawasan yang lebih baik akan menunjukan penurunan masalah agensi yang dilakukan oleh manajemen bank. Sehingga dengan berkurangnya masalah agensi maka kinerja maqashid bank shariah menjadi lebih baik Kholid dan Bachtiar (2015).

Dewan Pengawas Syariah bertugas untuk memonitoring kepatuhan bank syariah terhadap aturan syariah islam, maka dari itu diharapkan bank syariah dapat menekan masalah agensi yang pada akhirnya menjadikan kinerja bank syariah menjadi lebih baik. Hal ini didukung pada penelitian Mollah dan Zaman (2015)menemukan bahwa ukuran dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank syariah.

Dengan demikian, penelitian ini merumuskan hipotesis

H2a : Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif signifikan terhadap Maqashid Shariah perbankan syariah di Indonesia

H2b : Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif signifikan terhadap Maqashid Shariah perbankan syariah di Malaysia

3. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Maqashid Syariah Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia

Dewan pengawas syariah merupakan bagian dari good corporate governance yang memiliki fungsi dalam suatu organisasi bank syariah yang secara internal merupakan badan yang mengawasi kepatuhan syariah


(43)

dan secara eksternal dapat menjaga serta meningkatkan kepercayaan masyarakat (Murwaningsari, 2009).

Pada peraturan Bank Indonesia PBI 11/10/2009 Pasal 11 dewan pengawas syariah dapat merangkap paling banyak pada 4 (empat) lembaga keuangan lain.

Hasil dari penelitian Kholid dan Bachtiar (2015) menyebutkan bahwa rangkap jabatan berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah, artinya dewan pengawas syariah yang melakukan rangkap jabatan ataupun yang tidak melakukan rangkap jabatan pada lembaga keuangan lain memiliki tingkat kualitas pengawasan yang sama.

Dewan pengawas syariah yang melakukan rangkap jabatan telah menunjukan kepakarannya dalam pengawasan syariah, namun pengawasannya harus terbagi pada lembaga keuangan lain. Sedangkan dewan pengawas syariah yang tidak merangkap jabatan pada lembaga keuangan lain tidak terlalu menunjukan kepakarannya dalam pengawasan syariah, yang artinya dewan pengawas syariah yang merangkap jabatan ataupun yang tidak memiliki tingkat kualitas pengawasan yang sama.

Lain halnya dengan penelitian Usamah (2010) yang menunjukan hasil penelitian rangkap jabatan dewan pengawas syariah berpengaruh negatif terhadap kinerja kepatuhan syariah atas pembiayaan, yang artinya jumlah rangkap jabatan dewan pengawas syariah yang terbatas akan lebih fokus dan professional dalam pengawasan syariah. Selain itu semakin sedikit rangkap jabatan dewan pengwas syariah diharapkan dapat


(44)

25

melakukan pengawasan yang lebih baik serta masalah agensi dapat ditekan, sehingga dapat meningkatkan kinerja bank syariah.

Dengan demikian, penelitian ini merumuskan hipotesis

H3a : Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah perbankan syariah di Indonesia.

H3b : Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja maqashid syariah perbankan syariah di Malaysia.

4. Komite Audit terhadap Kinerja Maqashid Syariah Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia

Menurut Al-Matari, et al. (2012) Komite audit juga memiliki tugas untuk memonitoring terhadap pengendalian internal perusahaan dan menyediakan informasi yang reliabel bagi stakeholder. Informasi yang reliabel dan transparansi dalam laporan keuangan ini penting karena hal tersebut merupakan salah satu usaha untuk dapat mencapai tujuan keadilan yang merupakan salah satu tujuan dari maqasid syariah Kholid dan Bachtiar (2015). Sehingga dengan adanya komite audit ini tingkat transparansi dan keandalan laporan keuangan diharapkan akanmenjadi lebih baik dan tercipta keadilan sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kinerja maqasid syariah bank syariah. Menurut Bouaziz (2012) Perusahaan dengan jumlah anggota komite audit yang lebih banyak


(45)

menyediakan sumber daya yang lebih banyak pula untuk melakukan pengawasan terhadap proses pelaporan akuntansi dan keuangan. Selain itu pada penelitian Al-Matari, et al. (2012) menyatakan bahwa banyaknya jumlah anggota komite audit dapat meningkatkan pengetahuan yang digunakan untuk melakukan pengawasan.

Kholid dan Bachtiar (2015) pada penelitian Al-Baidhani (2013) yang meneliti bank konvensional dan bank syariah islam di Yaman menemukan bahwa jumlah komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank. Dengan hal ini maka diadakannya komite audit dapat membantu kinerja perusahaan menjadi lebih baik.

Dengan demikian, penelitian ini merumuskan hipotesis

H4a: Komite Audit berpengaruh positif signifkan terhadap kinerja Maqashid Shariah perbankan syariah di Indonesia.

H4b : Komite Audit berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Maqashid Shariah perbankan syariah di Malaysia.

5. Rapat Komite Audit terhadap Kinerja Maqashid Syariah Perbankan Syariah di Indonesia dan Malaysia

Komite audit bertugas untuk memonitor pengendalian internal di perusahaan juga menyediakan informasi kepada stakeholder.

Hasil dari penelitian Kholid dan Bachtiar (2015) menyebutkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja maqashid syariah yang artinya adanya kemungkinan ketidakefektifan para komite audit pada saat


(46)

27

menjalankan rapat, ketidakefektifan tersebut dikarenakan tidak semua anggota komite audit hadir pada saat rapat. Sehingga kontribusi pengetahuan dari komite audit dalam memonitoring dirasa kurang.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Haque, Islam dan Ahmed (2012) dengan hasil jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, artinya semakin meningkatnya rapat komite audit maka dapat meningkatkan monitoring yang lebih efektif juga meningkatkan kinerja keuangan.

Secara logika, semakin aktif rapat komite audit dengan auditor internal maka dalam memberikan informasi ataupun pengawasan akan semakin lebih baik dan masalah auditing ataupun akuntansi diharapkan akan semakin berkurang karena adanya waktu yang lebih banyak dalam melakukan pengawasan pelaporan keuangan juga pengendalian internal, oleh sebab itu semakin tinggi rapat komite audit maka dapat menekan masalah agensi terutama yang terkait dengan kecurangan keuangan.

Dengan demikian, penelitian ini merumuskan hipotesis

H5a : Rapat Komite Audit berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Maqashid Syariah perbankan syariah di Indonesia.

H5b : Rapat Komite Audit berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Maqashid Syariah perbankan syariah di Malaysia.


(47)

6. Perbedaan kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia

Berdasarkan pada telaah teori dan penelitian sebelumnya bahwa pengukuran kinerja perbankan syariah tidak hanya dapat diukur oleh rasio-rasio keuangan saja, maka suatu konsep baru untuk mengukur kinerja perbankan syariah dikembangkan oleh para peneliti muslim dari seluruh dunia. Konsep pengukuran yang dirumuskan tersebut menggunakan konsep Al-Maqashid Al-Syariah.

Indonesia dan Malaysia memiliki kesamaan sumber daya alam dan manusia yang dimiliki oleh kedua negara tersebut dan juga berkaitan dengan kebijakan negara-negara tersebut dalam upaya proses penumbuhkembangkan perekonomiannya khususnya dalam menilai kinerja pada sektor perbankan. Negara Malaysia merupakan negara yang serumpun dengan negara Indonesia, namun sangat berbeda dalam perkembangan perekonomiannya pada saat ini Malaysia memiliki kemampuan potensial yang sangat baik di kawasan ASEAN

Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

H6 : Terdapat perbedaan pengaruh maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia


(48)

29

C. Model Penelitian

Model penelitian ini menunjukan hubungan antara variabel independen (dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit, rapat komite audit) terhadap variabel dependen (Maqashid Syariah)

H1+ H2+ H3-

H4+ H5+

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Rapat Komite Audit

Komite Audit Dewan Pengawas Syariah

Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah

Dewan Komisaris


(49)

Gambar 2.2

Terdapat perbedaan kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia dan Malaysia

Kinerja maqashid syariah bank syariah di Malaysia Kinerja maqashid syariah


(50)

31

BAB III

METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai variabel dependen yaitu maqashid syariah yang dipengaruhi oleh variabel independen dewan komisais, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit dan rapat komite audit. Adapun obyek yang menjadi penelitian ini adalah perusahaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia pada periode 2012 sampai dengan 2015

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang bersifat historis yaitu laporan keuangan tahunan yang telah diterbitkan oleh bank yang bersangkutan selama empat tahun berturut-turut yaitu selama tahun 2012-2015. Sumber data diperoleh dengan menelusuri media internet yaitu website bank yang menjadi sampel. Sumber lain seperti jurnal merupakan penunjang dalam penelitian ini. C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive Sampling dimana adanya penentuan dalam pengambilan sampel, sehingga ada kriteria tertentu dalam penentuan sampel. Adapun kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut:


(51)

1. Lembaga keuangan perbankan syariah yaitu Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan Malaysia

2. Bank Umum Syariah tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan pada periode 2012-2015 secara konsisten dan telah dipublikasikan pada website masing-masing bank syariah tersebut

3. Bank syariah memiliki data yang dibutuhkan terkait pengukuran variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian selama periode 2012-2015

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, dimana metode ini menggunakan data dari dokumen-dokumen yang sudah ada yaitu laporan keuangan tahunan periode 2012-2015. Data dalam penelitian diambil dari website masing-masing bank yang menjadi sampel penelitian. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Maqashid Syariah

Kinerja maqashid syariah bank syariah pada penelitian ini mengambil pengukuran Indeks Maqashid syariah dan kriteria yang dikembangkan oleh Mohammed, Razak dan Taib (2008). Adapun langkah-langkah dalam pengukuran kinerja maqashid syariah adalah sebagai berikut:


(52)

33

Tabel 1. Penerapan Maqashid Shariah pada Bank Syariah Konsep

(tujuan)

Dimensi Elemen Rasio Kinerja Mendidik

Individu Kemajuan Pengetahuan

Bantuan Pendidikan R1. Bantuan

pendidikan/total biaya Penelitian R2. Biaya penelitian/total

biaya Peningkatan

Keahlian

Pelatihan R3. Biaya pelatihan/total biaya

Meningkatkan Kesadaran akan

Bank Syariah Islam

Publikasi R4. Biaya promosi/total biaya

Membangun Keadilan

Kontrak yang Adil

Fair Return R5. Laba bersih/total pendapatan

Jasa dan Produk yang terjangkau Harga yang terjangkau R6. Pembiayaan mudharabah&musyaraka h/total pembiayaan Menghilangkan Ketidakadilan Produk Bebas Bunga

R7. Pendapatan bebas bunga/total pendapatan Kepentingan

Publik

Profitabilitas Rasio Laba R8. Laba bersih/total asset Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Pendapatan Individu

R9. Zakat/laba bersih

Investasi dalam Sektor Riil

Rasio investasi di sector riil

R10. Total investasi sector riil/total asset Sumber: Mohammed, Razak dan Taib (2008)


(53)

Tabel 2. Bobot Masing-Masing Tujuan dan Elemen

Tujuan Bobot

Tujuan (%)

Elemen Bobot

Elemen (%) T1.

30

E1. Bantuan Pendidikan 24

Pendidikan E2. Penelitian 27

E3. Training 26

E4. Publikasi 23

Total 100

T2. Keadilan

41

E5. Fair Return 30

E6. Fair Price 32

E7. Produk bebas bunga 38

Total 100

T3.

29

E8. Rasio laba 33

Kesejahteraan E9. Transfer Pendapatan 30

E10. Rasio Investasi sektor riil 37

Total 100

Total 100

Sumber: Mohammed, Razak, Omar dan Taib (2008)

Tahapan Pengukuran Kinerja Maqashid syariah

Ada tiga tahap yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja maqashid syariah bank syariah, yaitu:

1) Menilai setiap rasio kinerja maqashid syariah yang terdiri dari 10 rasio kinerja.

a) Bantuan pendidikan/Total beban (R1.1) b) Biaya penelitian /Total beban (R2.1) c) Biaya pelatihan/Total beban (R3.1) d) Biaya promosi/Total beban (R4.1) e) Laba bersih / Total pendapatan (R1.2)

f) Pembiayaan mudharabah & musyarakah/ Total Investasi (R2.2) g) Pendapatan bebas bunga/Total pendapatan (R3.2)


(54)

35

h) Laba bersih Total Asset (R1.3) i) Zakat / Laba bersih (R2.3)

j) Total investasi sector riil / Total asset (R3.3)

2) Menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan Indikator Kinerja (IK)

Proses menentukan peringkat dari setiap bank syariah dilakukan melalui Indikator Kinerja (IK) setiap bank syariah. Proses tersebut menggunakan Simple Additive Weighting Method (SAW) – (Hwang and Yoon, 1981) dengan pembobotan, agregat dan proses menentukan peringkat (weighting, aggregating and ranking processes), (Omar, 2008). SAW merupakan metode Multiple Attribute Decision Making (MADM) yang dilakukan sebagai berikut:

Pengambil keputusan (Decision Maker) mengidentifikasi setiap nilai atribut dan nilai intra atribut. Dalam penelitian ini yang menjadi atribut adalah tiga tujuan maqashid syariah dan intra-atribut adalah 10 elemen dan 10 indikator kinerja (rasio) sebagaimana pada tabel sebelumnya (tabel 1).

Para decision maker menentukan bobot setiap atribut dan intra– atribut. Bobot dari 3 tujuan maqashid syariah dan 10 elemen (intra-atribut) telah diberikan bobot oleh pakar syariah sebagaimana pada tabel 1 diatas. Evaluasi dari 10 rasio kinerja diperoleh dari laporan tahunan 4 bank syariah yang menjadi objek penelitian periode 2012 – 2015.


(55)

Kemudian akan diperoleh skor total untuk setiap bank dengan cara mengalikan setiap rasio skala setiap atribut. Secara matematis, proses menentukan Indikator kinerja dan tingkat indeks maqashid syariah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahzib al-Fard (Mendidik Individu) = Tujuan 1 (T1) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 1 sebagai berikut:

IK (T1) = (W11 x E11 x R11) + (W11 x E21 x R21) + (W11 x E31 x R31) + (W11 x E41 x R41)

Atau; W11 (E11 x R11 + x E21 x R21 + x E31 x R31 + x E41 x R41)(1)

Dimana;

T1 = Tujuan pertama dari Maqashid syariah (Tahzib al Fardi) W11= Bobot rata-rata untuk tujuan pertama (Tahzib al Fardi) E11= Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan 1 (E1 Education Grant)

E21 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan 1 (E2 Research) E31 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan 1 (E3 Training) E41 = Bobot rata-rata untuk elemen ke empat tujuan 1 (E4 Publicity)

R11 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan 1 R21 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan 1 R31 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan 1 R41 = Rasio kinerja untuk elemen ke empat tujuan 1


(56)

37

Sehingga, IK (T1) = IK11 + IK21 + IK31 + IK41 (2) Dimana,

IK11 = W11 x E11 x R11 (3) IK21 = W11 x E21 x R21 (4) IK31 = W11 x E31 x R31 (5) IK41 = W11 x E41 x R41 (6)

b. Iqamah al- Adl (Menegakkan Keadilan) = Tujuan 2 (T2) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 2 sebagai berikut:

IK (T2) = (W22 x E12 x R12) + (W22 x E22 x R32) + (W22 x E32 x R32)

atau; W22 ( E12 x R12 + E22 x R32 + E32 x R32) (7) Sehingga, IK (T2) = IK12 + IK22 + IK32 (8)

Dimana,

IK12 = W22 x E12 x R12 (9) IK21 = W22 x E22 x R32 (10) IK31 = W22 x E32 x R32 (11)

c. Jalb al Maslahah (Public Interest) = Tujuan 3 (T3) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 3 sebagai berikut:

IK (T3) = (W33 x E13 x R13) + (W33 x E23 x R23) + (W33 x E33 x R33)

atau; W33 ( E13 x R13 + E23 x R23 + E33 x R33) (12) Sehingga, IK (T2) = IK13 + IK23 + IK33 (13)


(57)

IK12 = W33 x E13 x R13 (14) IK21 = W33 x E23 x R23 (15) IK31 = W33 x E33 x R33 (16)

3) Menentukan Indeks Maqashid syariah (IMS)/Sharia Maqashid Index (SMI) setiap bank syariah.

Indeks maqashid syariah (IMS) untuk setiap bank syariah merupakan total semua kinerja indikator dari 3 tujuan maqashid syariah. Sehingga IMS setiap bank syariah dapat dirumuskan sebagai berikut:

IMS = IK(T1) + IK(T2) + IK(T3) (17)

Dengan kata lain IMS untuk setiap bank syariah adalah jumlah total dari indikator kinerja maqashid syariah Tujuan 1, Tujuan 2 dan Tujuan 3.

2. Dewan Komisaris

Jumlah anggota Dewan komisaris dalam suatu perusahaan yang diukur dengan menghitung jumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan yang tercantum pada laporan tahunan perusahaan.

3. Dewan Pengawas Syariah

Jumlah anggota DPS dalam suatu perusahaan yang diukur dengan menghitung jumlah anggota DPS perusahaan yang tercantum pada laporan tahunan perusahaan.


(58)

39

4. Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah

Rangkap jabatan dapat dihitung dengan prosentase dewan pengawas syariah yang melakukan pengawasan pada lebih dari sama dengan 2 lembaga keuangan dibagi total dewan pengawas syariah. 5. Komite Audit

Komite audit diukur dengan cara menghitung jumlah keseluruhan anggota komite audit perusahaan yang tercantum pada laporan tahunan perusahaan.

6. Rapat Komite Audit

Rapat komite audit diukur dengan menghitung jumlah rapat yang diadakan perusahaan setiap tahunnya.

F. Uji Kualitas Instrumen data 1. Analisis Statistika Deskriptif

Penelitian ini menggunakan model analisis statistik deskriptif. Analisis deskriptif akan memberikan gambaran (deksripsi) tentang suatu data, meliputi rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dari masing-masing data.

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian uji asumsi klasik dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis karena merupakan syarat untuk analisis regresi serta hasil analisis regresi valid. Hal ini dilakukan agar sampel yang diolah dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini terlebih dahulu akan diuji secara keseluruhan sampel dari kedua


(59)

Negara, selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik untuk masing-masing Negara, baik di Indonesia dan Malaysia. Pengujian ini meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian noermalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel-variabel berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal kemungkinan dapat memperkecil terjadinya bias. Dalam penelitian pengujian normalitas menggunakan uji statistic Smirnov (K-S). Syarat dari pengujian Kolmogrov-Smirnov (K-S), jika variabel yang dieteliti memiliki asymp.Sig (2-tailed) > α (0,05) maka dapat diartikan bahwa data berdistribusi normal dan sebaliknya (Nazzaruddin, 2015). b. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah model dalam model regresi linear terdapat korelasi antar residual pada periode t (saat ini) dengan residual periode t-1 (periode sebelumnya). Data dikatakan baik jika data yang beregresi bebas dari autokorelasi. Pendekatan yang digunakan untuk menguji ada/tidaknya autokorelasi adalah Uji Durbin-Watson berdasarkan teori Singgih (2010). Apabila nilai signifikansi


(60)

41

berada diantara nilai -2 sampai dengan 2, maka dalam data tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Multikoloniaritas

Uji multikolinearitas pada penelitian ini untuk menunjukan adanya hubungan linear antara variabel independen sebagai peubah dalam model regresi ganda. Multikolinearitas terjadi apabila antar variabel independen terdapat hubungan yang signifikan dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Seharusnya dalam model regresi yang baik diantara variabel independen tidak terjadi autokorelasi.

Menurut Nazzaruddin dan Basuki (2015), pendeteksian multikolinearitas dapat dinilai Variance Inflation Factors (VIF) dan nilai Tolerance. Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,10 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen dan sebaliknya. d. Uji Heteroskesdastisitas

Heteroskedastisitas adalah ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas menggunakan Uji


(61)

Glejser. Data tidak mengandung adanya heteroskedastisitas jika nilai signifikansi > α (0,05) (Nazaruddin, 2015).

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan menggunakan SPSS 16. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen. Maqashid Syariah sebagai variabel dependen dengan dewan komisaris, dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, komite audit dan rapat komite audit sebagai variabel independen dengan persamaan sebagai berikut :

MAQASHID = α + β1DK + β2DPS – β3RJDPS + β4KA + β5RPTKA + ε

Keterangan :

MAQASHID = kinerja maqashid shariah bank syariah

DK = dewan komisaris

DPS = dewan pengawas syariah

RJDPS = rangkap jabatan dewan pengawas syariah

KA = komite audit

RPTKA = rapat komite audit α = konstanta

β = koefisien regresi


(62)

43

1. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Koefisien Determinasi dapat dilihat dari adjusted R2. Nilai adjusted R2 adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Jika nilai adjusted R2 kecil berarti kemampuan dari variabel independen pada penelitian ini menjelaskan variasi dalam variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan jika nilai adjusted R2mendekati satu maka variabel independen pada penelitian ini menjelaskan variasi dalam variabel dependen dengan hampir sempurna.

2. Uji Simultan (Uji F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan nilai signifikansi. Jika nilai sig < α (0,05), maka terdapat pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel independen terhadap variabel dependen.

3. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat


(63)

signifikansi 0,05 (α = 5%). Kriteria penerimaan hipotesis dilakukan jika :

a. Nilai sig.t < α (0,05)

b. Koefisien regresi searah dengan hipotesis 4. Uji Chow

Uji chow ini digunakan untuk mengetahui perbedaan level pengaruh dari kinerjamaqashid syariahdi Indonesia dan kinerja maqashid syariah di Malaysia. Adapun rumus Uji Chow (Ghozali, 2005) antara lain:

Dimana:

RSSr : Restricted Residual Sum of Square untuk regresi dengan total observasi

RSSur : Unrestcricted Residual Sum of Square untuk menjumlahkan Restricted pada bank umum syariah di Indonesia dan Malaysia

n1 : Jumlah pengamatan tahun 2012-2015 untuk bank di Indonesia

n2 : Jumlah pengamatan tahun 2012-2015 untuk bank di Malaysia


(64)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Obyek penelitian ini menggunakan perbankan yang termasuk dalam Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan Bank Malaysia yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2012 sampai 2015. Berdasarkan metode purposive sampling, maka diperoleh jumlah 11 bank umum syariah di Indonesia dan 15 bank umum syariah di Malaysia. Adapun prosedur pemilihan sampel disajikan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1

Proses Pemilihan Sampel Bank Syariah Indonesia

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia 12 2 Bank Umum Syariah yang tidak menerbitkan laporan

keuangan periode 2012-2015

(1)

3 Jumlah bank yang dijadikan sampel 11

4 Jumlah sampel periode 2012-2015 44

5 Data Outlier (0)


(65)

Tabel 4.2

Proses Pemilihan Sampel Bank Syariah Malaysia

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Malaysia 16 2 Bank Umum Syariah yang tidak menerbitkan laporan

keuangan periode 2012-2015

(1)

3 Jumlah bank yang dijadikan sampel 15

4 Jumlah sampel periode 2012-2015 60

5 Data Outlier (0)

6 Jumlah sampel penelitian periode 2012-2015 60

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 diperoleh total sampel sebanyak 44 sampel untuk Bank Syariah di Indonesia dan 60 sampel untuk Bank di Malaysia dengan total bank syariah yang menjadi sampel sebanyak 26.

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian.Analisis ini menggunakan tabel statistik deskriptif yang menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (standar deviation) dan jumlah pengungkapan.


(66)

47

Tabel 4.3

Descriptive Statistics (Indonesia)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Dewan Komisaris 40 1.00 4.00 2.7250 .75064 Dewan Pengawas

Syariah 40 2.00 3.00 2.4000 .49614 Rangkap Jabatan DPS 40 .00 1.00 .8340 .31087 Komite Audit 40 2.00 7.00 3.6500 1.21000 Rapat Komite Audit 40 3.00 25.00 11.9000 7.39646 Maqashid Syariah 40 .1728390 .3661703 .277881268 .0370024165

Valid N (listwise) 40

Sumber : Hasil Analisis Data, 2017

Tabel 4.4

Descriptive Statistics (Malaysia)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Dewan Komisaris 60 2.00 9.00 4.3667 1.44933 Dewan Pengawas

Syariah 60 4.00 9.00 5.2500 1.08339 Rangkap Jabatan DPS 60 .00 1.00 .7452 .28202 Komite Audit 60 2.00 7.00 4.0000 1.24873 Rapat Komite Audit 60 4.00 17.00 8.6000 3.64622 Maqashid Syariah 60 .0611326 .6070800 .232509110 .1196217661 Valid N (listwise) 60

Sumber: Hasil Analisis Data,2017

Tabel 4.3 memberikan gambaran statistik deskripstif di Indonesia dari setiap variabel khususnya nilai minimum, nilai maksimum, nilai


(67)

rata-rata, standar deviasi, dan jumlah pengungkapan.Jumlah data yang valid selama periode 2012-2015 adalah 44 data. Variabel maqashid syariah memiliki nilai minimum 0,17; nilai maksimum 0,36; nilai rata-rata 0,27; dan standar deviasi sebesar 0,03. Variabel Dewan Komisaris menunjukan nilai minimum 1,00; nilai maksimum 4,00; nilai rata-rata 2,72 dan standar deviasi sebesar 0,75. Variabel Dewan Pengawas Syariah memiliki nilai minimum sebesar 2,00; nilai maksimum 3,00; nilai rata-rata 2,40 dan standar deviasi 0,49. Variabel Rangkap Jabatan DPS menunjukan nilai minimum 0,00; nilai maksimum 1,00; nilai rata-rata 0,83 serta standar deviasi sebesar 0,31. Variabel Komite Audit menunjukan nilai minimum sebesar 2,00; nilai maksimum 7,00; nilai rata-rata 3,65 dan standar deviasi sebesar 1,21. Variabel Rapat Komite Audit memiliki nilai minimum 3,00; nilai maksimum 25,00; nilai rata-rata 11,90 dan standar deviasi sebesar 7,39.

Tabel 4.4 memberikan gambaran statistik deskripstif di Malaysia dari setiap variabel khususnya nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, standar deviasi, dan jumlah pengungkapan.Jumlah data yang valid selama periode 2012-2015 adalah 60 data. Variabel maqashid syariah memiliki nilai minimum 0,06; nilai maksimum 0,60; nilai rata-rata 0,23; dan standar deviasi sebesar 0,11.Variabel Dewan Komisaris menunjukan nilai minimum 2,00; nilai maksimum 9,00; nilai rata-rata 4,36 dan standar deviasi sebesar 1,44. Variabel Dewan Pengawas Syariah memiliki nilai


(68)

49

minimum sebesar 4,00; nilai maksimum 9,00; nilai rata-rata 5,25 dan standar deviasi 1,08. Variabel Rangkap Jabatan DPS menunjukan nilai minimum 0,00; nilai maksimum 1,00; nilai rata-rata 0,74 serta standar deviasi sebesar 0,28. Variabel Komite Audit menunjukan nilai minimum sebesar 2,00; nilai maksimum 7,00; nilai rata-rata 4,00 dan standar deviasi sebesar 1,24. Variabel Rapat Komite Audit memiliki nilai minimum 4,00; nilai maksimum 17,00; nilai rata-rata 8,60 dan standar deviasi sebesar3,64.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dari setiap variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah pengujian yang dilakukan berdistribusi normal, dapat dilihat pada output hasil uji normalitas data.


(69)

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Data (Indonesia)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation .03076132 Most Extreme Differences Absolute .077 Positive .056 Negative -.077 Kolmogorov-Smirnov Z .484 Asymp. Sig. (2-tailed) .973

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017 Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Data (Malaysia)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation .08161366 Most Extreme Differences Absolute .130 Positive .130 Negative -.086 Kolmogorov-Smirnov Z 1.005 Asymp. Sig. (2-tailed) .264

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

Dari Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov Z yaitu 0,484 dan Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,973 dan Tabel 4.6 menunjukan nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 1,005 dan Asymp.Sig


(70)

51

(2-tailed) sebesar 0,264.Hal ini mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas atau data berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05.

b. Uji Autokorelasi

Tujuan dilakukannya uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah model regresi linear berganda menunjukan adanya korelasi antara kesalahan penganggu periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji statistik Durbin Watson (Singgih, 2010). Hasil pengujian autokorelasi disajikan dalam Tabel 4.7 dan Tabel 4.8.

Tabel 4.7

Hasil Uji Autokorelasi (Indonesia)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .556a .309 .207 .0329456336 1.098 a. Predictors: (Constant), Rapat Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan DPS, Komite Audit, Dewan Komisaris

b. Dependent Variable: Maqashid Syariah


(71)

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokorelasi (Malaysia)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .731a .535 .491 .0853084374 1.189 a. Predictors: (Constant), Rapat Komite Audit, Dewan Komisaris, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan DPS

b. Dependent Variable: Maqashid Syariah

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

Dari Tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,098 untuk Indonesia sedangkan Tabel 4.8 menunujukan nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,189 untuk Malaysia. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi karena nilai dw berada diantara nilai -2 sampai 2.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui keadaan korelasi antar variabel independen. Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai VIF < 10 maka model regresi bebas dari multikolinearitas.


(72)

53

Tabel 4.9

Hasil Uji Multikolinearitas (Indonesia) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .366 .055 6.645 .000

Dewan Komisaris -.012 .010 -.235 -1.105 .277 .449 2.228

Dewan Pengawas Syariah -.023 .015 -.306 -1.481 .148 .476 2.103

Rangkap Jabatan DPS .005 .025 .045 .212 .834 .448 2.233

Komite Audit .001 .006 .017 .085 .932 .525 1.906

Rapat Komite Audit .000 .001 -.137 -.696 .491 .521 1.919

a. Dependent Variable: Maqashid Syariah

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

Tabel 4.10

Hasil Uji Multikolinearitas (Malaysia)

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .534 .084 6.345 .000

Dewan Komisaris .003 .008 .039 .394 .695 .876 1.141

Dewan Pengawas Syariah -.054 .011 -.485 -5.074 .000 .944 1.059

Rangkap Jabatan DPS -.158 .048 -.373 -3.276 .002 .664 1.505

Komite Audit .030 .011 .317 2.886 .006 .714 1.401

Rapat Komite Audit -.004 .003 -.136 -1.441 .155 .967 1.034


(73)

Tabel 4.9 menunjukan bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah Dewan Komisaris sebesar 2,228; Dewan Pengawas Syariah 2,103; Rangkap Jabatan DPS 2,233; Komite Audit 1,906; dan Rapat Komite Audit 1,919. Sedangkan Tabel 4.10 menunjukan nilai VIF untuk variabel Dewan Komisaris sebesar 1,141; Dewan Pengawas Syariah 1,059; Rangkap Jabatan DPS 1,505; Komite Audit 1,401; Rapat Komite Audit 1,034. Dengan demikian model pengujian ini bebas dari multikolinearitas karena nilai VIF kurang dari 10.

d. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas merupakan pengujian untuk mengetahui keadaan yang menunjukan faktor penganggu (error) tidak konstan, yaitu terjadi korelasi antara variabel penganggu dengan variabel penjelas. Pada penelitian ini deteksi heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan cara meregresikan variabel independen terhadap nilai residual yang diabsolutkan.


(1)

Tabel 4.16

Hasil Uji Signifikansi Nilai F (Indonesia)

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

Tabel 4.21

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Indonesia)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .366 .055 6.645 .000

Dewan Komisaris -.012 .010 -.235 -1.105 .277 .449 2.228

Dewan Pengawas Syariah -.023 .015 -.306 -1.481 .148 .476 2.103

Rangkap Jabatan DPS .005 .025 .045 .212 .834 .448 2.233

Komite Audit .001 .006 .017 .085 .932 .525 1.906

Rapat Komite Audit .000 .001 -.137 -.696 .491 .521 1.919

a. Dependent Variable: Maqashid Syariah

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .016 5 .003 3.039 .023a

Residual .037 34 .001

Total .053 39

a. Predictors: (Constant), Rapat Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan DPS, Komite Audit, Dewan Komisaris


(2)

Lampiran 4

Hasil Olah Data Malaysia

Tabel 4.4

Descriptive Statistics (Malaysia)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Dewan Komisaris 60 2.00 9.00 4.3667 1.44933

Dewan Pengawas

Syariah 60 4.00 9.00 5.2500 1.08339

Rangkap Jabatan DPS 60 .00 1.00 .7452 .28202

Komite Audit 60 2.00 7.00 4.0000 1.24873

Rapat Komite Audit 60 4.00 17.00 8.6000 3.64622

Maqashid Syariah 60 .0611326 .6070800 .232509110 .1196217661

Valid N (listwise) 60


(3)

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Data (Malaysia)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .08161366

Most Extreme Differences Absolute .130

Positive .130

Negative -.086

Kolmogorov-Smirnov Z 1.005

Asymp. Sig. (2-tailed) .264

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokorelasi (Malaysia)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .731a .535 .491 .0853084374 1.189

a. Predictors: (Constant), Rapat Komite Audit, Dewan Komisaris, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan DPS


(4)

Tabel 4.10

Hasil Uji Multikolinearitas (Malaysia)

Sumber: Hasil Analisis Data, 2017

Tabel 4.12

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Malaysia)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.047 .056 -.836 .407

Dewan Komisaris .002 .005 .039 .293 .771 .876 1.141

Dewan Pengawas Syariah -.007 .007 -.126 -.973 .335 .944 1.059

Rangkap Jabatan DPS .062 .032 .300 1.949 .057 .664 1.505

Komite Audit .014 .007 .292 1.965 .055 .714 1.401

Rapat Komite Audit .004 .002 .219 1.714 .092 .967 1.034

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .534 .084 6.345 .000

Dewan Komisaris .003 .008 .039 .394 .695 .876 1.141

Dewan Pengawas Syariah -.054 .011 -.485 -5.074 .000 .944 1.059

Rangkap Jabatan DPS -.158 .048 -.373 -3.276 .002 .664 1.505

Komite Audit .030 .011 .317 2.886 .006 .714 1.401

Rapat Komite Audit -.004 .003 -.136 -1.441 .155 .967 1.034


(5)

Tabel 4.15

Hasil Uji Adjusted R

2

(Malaysia)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .731a .535 .491 .0853084374 1.189

a. Predictors: (Constant), Rapat Komite Audit, Dewan Komisaris, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan DPS

b. Dependent Variable: Maqashid Syariah

Sumber: Hasil Analisis Data,2017

Tabel 4.17

Hasil Uji Signifikansi Nilai F (Malaysia)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .451 5 .090 12.402 .000a

Residual .393 54 .007

Total .844 59

a. Predictors: (Constant), Rapat Komite Audit, Dewan Komisaris, Komite Audit, Dewan Pengawas Syariah, Rangkap Jabatan DPS

b. Dependent Variable: Maqashid Syariah


(6)

Tabel 4.22

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Malaysia)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .534 .084 6.345 .000

Dewan Komisaris .003 .008 .039 .394 .695 .876 1.141

Dewan Pengawas Syariah -.054 .011 -.485 -5.074 .000 .944 1.059

Rangkap Jabatan DPS -.158 .048 -.373 -3.276 .002 .664 1.505

Komite Audit .030 .011 .317 2.886 .006 .714 1.401

Rapat Komite Audit -.004 .003 -.136 -1.441 .155 .967 1.034


Dokumen yang terkait

CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA

3 20 25

CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA

2 25 111

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL (iB-VAIC) TERHADAP KINERJA MAQASHID SYARIAH (Studi Empiris Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015)

10 13 86

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia Dan Malaysia Periode 2014.

0 3 15

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DAN MALAYSIA Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia Dan Malaysia Periode 2014.

0 2 14

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Syariah.

0 3 14

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia.

0 2 12

PENDAHULUAN Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia.

0 1 9

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia.

0 3 17

KILAS KEBIJAKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 5 14