34
mm 95 x 15 mm. Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Kekuatan tekan beton yang dihasilkan agregat ini adalah buruk.
e. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuranukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat
panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 35 ukuran rata-ratanya.
f. Agregat Pipih dan Panjang
Pada agregat ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.
2.3.2.4 Jenis Agregat Berdasarkan Ukuran Butir Nominal
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat buatan pecahan. Agregat alam dan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan
beratnya, asalnya, diameter butirnya gradasi, dan tekstur permukaannya. Dari ukuran butirannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat kasar dan agregat halus.
6
i. Agregat Halus
Agregat halus pasir adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm
atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200. Agregat halus pasir berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang
dihasilkan dari alat pemecah batu stone crusher. Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh ASTM. Jika
35
seluruh spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka barulah dapat dikatakan agregat tersebut bermutu baik. Adapun spesifikasi tersebut adalah :
• Susunan butiran Gradasi Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik,
karena akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh material lain sehingga menghasilkan beton yang padat disamping untuk mengurangi
penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus tersebut. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine Modulus.
Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu : -
Pasir Kasar : 2.9 FM 3.2 -
Pasir Sedang : 2.6 FM 2.9 -
Pasir Halus : 2.2 FM 2.6
• Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ayakan No.200, tidak boleh melebihi 5 terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur
melampaui 5 maka agregat harus dicuci. • Kadar liat tidak boleh melebihi 1 terhadap berat kering.
• Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang akan merugikan beton, atau kadar organik jika diuji di laboratorium tidak menghasilkan
warna yang lebih tua dari standar percobaan Abrams-Harder dengan batas standarnya pada acuan No 3.
• Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah
basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan di
36
dalam mortar atau beton dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari 0.60 atau dengan penambahan yang bahannya dapat mencegah pemuaian.
• Sifat kekal keawetan diuji dengan larutan garam sulfat: -
Jika dipakai Natrium-Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10. -
Jika dipakai Magnesium-Sulfat, bagiam yang hancur maksimum 15.
ii. Agregat Kasar
Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari butiran yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat
ukuran yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau penggunaan semen yang minimal.
Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Susunan butiran gradasi Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam batas-batas seperti
yang terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Susunan Besar Butiran Agregat Kasar
10
Ukuran Lubang Ayakan mm
Persentase Lolos Kumulatif
38,10 95 – 100
19,10 35 – 70
9,52 10 – 30
4,75 0 – 5
37
2. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam
semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berklebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap alkali dapat dipakai untuk
pembuatan beton dengan semen yang kadar alkalinya tidak lebih dari 0.06 atau dengan penambahan bahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian.
3. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak
berpori atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari atau hujan.
4. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ayakan
No.200, tidak boleh melebihi 1 terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 1 maka agregat harus dicuci.
5. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban
penguji 20 ton di mana harus dipenuhi syarat berikut: -
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5-19.1 mm lebih dari 24 berat.
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19.1-30 mm lebih dari 22 berat.
- Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles
di mana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50.
2.3.2.5 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan
6
Umumnya jenis agregat dengan permukaan kasar lebih disukai. Karenapermukaan yang kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
38
permukaan agregat yang licin. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kasar
Agregat ini dapat terdiri dari batuan berbutir halus atau kasar yang mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas melalui
pemeriksaan visual. 2.
Berbutir granular Pecahan agregat jenis ini memiliki bentuk bulat dan seragam.
3. Agregat licinhalus glassy
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan permukaan kasar. Agregat licin terbentuk akibat dari pengikisan oleh air,
atau akibat patahnya batuan rocks berbutir halus atau batuan yang berlapis-lapis. Dari hasil penelitian, kekasaran agregat akan menambah kekuatan gesekan antara
pasta semen dengan permukaaan butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat ini cenderung mutunya akan lebih rendah.
4. Kristalin cristalline
Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal tampak dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
5. Berbentuk sarang labah honeycombs
Agregat ini tampak dengan jelas pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui pemeriksaan visual kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.
39
2.3.3 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton.
Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan. Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran
yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut dengan Faktor Air Semen water cement ratio. Air yang berlebihan akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai
seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh
kurang dari 90 jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standarsuling.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut:
6
a. Tidak mengandung lumpur benda melayang lainnya lebih dari 2 gramliter. b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton asam, zat
organik, dan sebagainya lebih dari 15 gramliter. c. Tidak mengandung klorida Cl lebih dari 0.5 gramliter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gramliter.
40
Untuk mendapatkan beton yang berkualitas baik, air tidak cukup harus memenuhi syarat. Jumlah air yang akan dicampurkan ke dalam pasta semen pun
harus diperhitungkan. Jumlah air tersebut dapat diperhitungkan melalui perbandingan yang ditentukan antara berat air dan berat semen portland pada
campuran beton, yang dikenal dengan istilah faktor air semen fas.
2.4 Serat
Penambahan serat memiliki arti yakni memberi tulangan pada beton yang disebar merata ke dalam adukan beton dengan orientasi acak dengan maksud
untuk mencegah terjadinya retakan micro pada beton di daerah tarik akibat pengaruh pembebanan, pengaruh susut atau pengaruh panas hidrasi.
11
Keuntungan penambahan serat pada beton adalah:
12
1. Serat terdistribusi secara acak di dalam beton pada jarak yang relative
sangat dekat satu dengan yang lainnya akan member tahanan terhadap tegangan berimbang ke segala arah dan member keuntungan material
struktur yang disiapkan untuk menahan beban dari berbagai arah. 2.
Perbaikan perilaku deformasi seperti ketahanan terhadap impak, daktilitas yang lebih besar, kuat lentur, dan kapasias torsi yang lebih baik.
3. Serat meningkatkan ketahanan beton terhadap formasi dan pembentukan
retak. 4.
Peningkatan ketahanan pengelupasan spalling dan retak pada selimut beton akan membantu pada penghambatan korosi besi tulangan dari
serangan kondisi lingkungan yang berpotensi korosi.
41
Adapun jenis-jenis serat yang sering digunakan dalam campuran beton, yaitu: 1.
Serat Alami Serat ini berasal dari alam. Persyaratan dasar serat alami ketika digunakan
sebagai perkuatan pada beton adalah meningkatkan kuat tarik dan modulus elastisitas, ikatan yang wajar antar permukaan dengan beton, sifat kimia yang
baik, stabilitas geometris dan daya tahan. Beberapa jenis serat alami yang telah diteliti sebagai bahan perkuatan beton adalah serat kelapa, ijuk, sisal, serat ampas
tebu, serat bamboo, serat rami, serat kayu, dan beberapa serat sayuran. Berikut contoh gambar-gambar serat alami :
20
Gambar 2.11 Serat Kelapa Gambar 2.12 Serat Ampas Tebu
Gambar 2.13 Serat Kayu
42
2. Serat Asbestos
Serat ini memiliki harga yang relatif murah, tahan terhadap panas sehingga sering digunakan dalam pembuatan asbes lembaran, pipa maupun genteng.
Gambar 2.14 Serat Asbestos
20
3. Serat Baja
Dari semua jenis serat, serat baja memiliki kekuatan dan modulus yang paling tinggi, tetapi serat ini sangat korosif.
Gambar 2.15 Serat Baja
20
4. Serat Polypropelene
Serat polypropelene merupakan salah satu jenis serat plastic. Serat ini tidak menyerap air semen, memiliki modulus elastisitas yang rendah, mudah
terbakar, kurang tahan lama, dan memiliki titik leleh yang rendah.
43
Contoh gambar serat Polypropelene :
Gambar 2.16 Serat Polypropelene
20
5. Serat Kaca
Serat ini memiliki berat jenis yang rendah, kurang mampu menahan pengaruh alkali, dan modulus elastisitas rendah.
Gambar 2.17 Serat Kaca
20
6. Serat Kevlar
Serat ini memiliki modulus elastisitas dan kuat tarik yang besar, namun harganya mahal sehingga jarang digunakan.
Gambar 2.18 Serat Kevlar
20
44
7. Serat Karbon
Serat ini pun memiliki harga yang relatif mahal. Serat ini biasa dipakan pada beton yang mempunyai ketahanan terhadap retak yang tinggi.
Gambar 2.19 Serat Karbon
20
8. Serat Kawat
Serat ini banyak tersedia di Indonesia dan memiliki harga yang relatif murah.
Gambar 2.20 Serat Kawat
20
2.4.1 Perilaku Mekanis Beton Serat
Beton memiliki kelemahan pada gaya tarik. Untuk meningkatkan kuat tarik, dapat dilakukan dengan suatu perancangan khusus yang mampu menahan
tegangan tarik tanpa mengalami retakan daktail, yakni melalui penambahan serat, sehingga menjadi bahan komposit yakni beton dan serat
45
Serat pada campuran beton diharapkan dapat menjadi tulangan mikro, dimana retak-retak yang mungkin akan terjadi pada daerah beton tarik akibat
tegangan tarik, ditahan oleh serat-serat tambahan, sehingga kuat tarik pada beton serat lebih tinggi dibanding kuat tarik beton biasa.
1
Selain perbaikan sifat mekanis di atas, ada beberapa perilaku mekanis lainnya pada beton serat, diantaranya:
13
1. Kuat Lentur
Seperti halnya dengan kuat tarik, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kuat tekan beton juga akan berpengaruh terhadap kuat lenturnya. Pada waktu
beton menerima beban lentur maka beban tadi ditahan oleh kekuatan tarik pada daerah tarik, dan juga akan ditahan oleh kekuatan tekan di daerah tekan. Sehingga
apabila kuat tekan dan tariknya meningkat, maka kuat lentur juga akan meningkat. 2.
Regangan Susut Susut adalah perubahan volume akibat perubahan waktu tanpa dilakukan
pembebanan pada suhu kamar. Pada beton yang kuat tekannya besar maka regangan akibat susut akan kecil, dikarenakan pada beton yang kuat tekannya
besar maka water cement ratio faktor air semen kecil sehingga penguapan yang terjadi juga kecil
3. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah kuat tekan beton. Semakin tinggi kuat tekan beton maka modulus
elastisitas juga semakin besar, dimana perubahan panjang yang terjadi akibat pembebanan tekan akan semakin kecil. Penambahan serat pada beton secara
46
umum akan meningkakan kuat tekan beton. Dengan demikian maka modulus elastisitasnya juga akan meningkat.
4. Poisson’s Ratio
Poisson’s ratio adalah perbandingan antara perubahan regangan arah tegak lurus beban dengan perubahan regangan searah beban. Akibat penambahan serat
maka regangan yang terjadi baik longitudinal maupun transversal juga mengecil.
2.4.1.1 Perilaku Tegangan-Regangan Beton
Tegangan yang terjadi pada beton dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
� =
� �
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
2.5
Dimana: � = Tegangan Beton MPa
P = Beban N A = Luas Penampang mm
2
Regangan yang terjadi pada beton dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
� =
∆� �
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
2.6
Dimana: � = Tegangan Beton MPa
∆� = Beban N � = Luas Penampang mm
2
2.4.2 Tebu
Tebu Saccharum Officinarum merupakan tanaman sumber pemanis alamiah yang dapat tumbuh disetiap jenis tanah, dari dataran rendah hingga
47
dataran tinggi pada pada ketinggian 5.500 meter diatas permukaan laut mdpl pada daerah beriklim panas dan lembab dengan kelembapan 70, hujan yang
merata setelah tanaman berumur 8 bulan dan suhu udara berkisar antara 28-34 ˚c.
14
Tanaman tebu selama masa pertumbuhan membutuhkan banyak air, akan tetapi ketika tebu akan menghadapi waktu masak keadaan keringlah yang dikehendaki
tebu sehingga pertumbuhannya terhenti. Dan apabila hujan turun terus menerus dapat menyebabkan rendahnya rendemen tanaman tebu tersebut. Jadi inilah alasan
tanaman tebu bukan hanya memerlukan daerah yang beriklim panas, tanaman tebu juga memerlukan adanya perbedaan antara musim hujan dan musim
kemarau. Tebu dapat hidup dengan baik dan ditanam secara meluas di daerah yang beriklim tropis. Perkebunan tebu di Indonesia memiliki luas areal + 232 ribu
hektar, yang tersebar diberbagai kawasan di Medan, Lampung, Semarang, Solo, dan Makassar. Dari seluruh perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50 di
antaranya adalah perkebunan rakyat, 30 perkebunan swasta, dan hanya 20 perkebunan negara
Gambar 2.21 Pohon Tebu 2.4.3
Sejarah Tebu
48
Nama saccharum pada tanaman tebu diberikan oleh Linnaeus pada tahun 1753. Dalam bahasa sansekerta disebut Karkara atau Carkara yang berarti kristal
gravel. Ketika itu Saudi Arabia mengenal tebu dari India melalui Persia ke Timur Tengah maka kata karkara diubah menjadi sakkar atau sukkar, sedangkan
bangsa Yunani mengenal tebu dari Asia dengan mengambil bahasa Yunani kuno sebagai sakchar atau Sakcharon dan diperkenalkanlah dari bahasa Romawi
menjadi Saccharum. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh The Brandes- Jeswiet ekspedition pada tahun 1928 di Papua Nugini diketahui bahwa Saccharum
Officinarum ditempat tersebut dikenal dengan nama Saccharum Robustun. Selanjutnya Brandes-Jeswiet menyimpulkan bahwa asal-usul tebu berasal dari
Papua Nugini. Masyarakat kepulauan Pacific selatan menyebarkan tanaman tebu ke
seluruh Kepulauan Pasifik dan dari sanalah selanjutnya menyebar ke India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
2.4.4 Komoditas Klasifikasi Tebu
Komoditas tebu di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang dan dapat berubah-ubah. Sentrum penanaman tebu di Indonesia pada awalnya berpusat di
pulau Jawa yang dirintis pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Pada masa itu penanaman tebu diberlakukan secara paksa dan
perdagangan gulanya pun dimonopoli oleh Belanda. Pasca penjajahan Belanda, pengembangan tebu secara umum dalam bentuk perkebunan swasta yang
didominasi oleh penduduk Tionghoa di Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir pengembangan tanaman tebu semakin meluas keberbagai daerah,
49
termasuk dikeluarkannya kebijakan Pemerintah untuk pengembangan industri gula di Indonesia.
Fase pertumbuhan tanaman tebu jatuh pada umur 3 sampai 8 bulan dan fase pemasakan pada umur 9 sampai 12 bulan yang ditandai dengan tebu
mengeras dan berubah warna menjadi kuning pucat. Pengolahan tanah untuk penanaman tebu di lahan kering pada umumnya dilakukan pada musim kemarau
sampai akhir musim hujan. Dan penanaman pun dilakukan di awal musim kemarau sampai menjelang musim hujan.
15
Melalui sistem taksonomi tumbuhan, kedudukan tebu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
15
Divisi :
Plantae tumbuh-tumbuhan Subdivisi
: Spermatophyta tumbuhan berbiji
Ordo :
Angiospermae berbiji tertutup Kelas
: Monocotylidonae biji berkeping satu
Famili :
Graminae poaceae Subfamili
: Andropogonae
Genus :
Saccharum Spesies
: Saccharum Officinarum Tebu
Tanaman tebu Saccharum officinarum di Indonesia dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam perindustrian gula. Tebu merupakan salah satu
tanaman pengumpul silikon Si yaitu tanaman yang serapan Si-nya melebihi serapannya terhadap air dan selama pertumbuhan 1 tahun, tebu menyerap Si
sekitar 500-700 kgha lebih tinggi dibanding unsur-unsur lainnya. Sebagai
50
pembanding, dalam kurun waktu yang sama tebu menyerap antara 100-300 kg K, 40-80 kg P, dan 50-500 kg Nha .
16
Komposisi kimia yang lebih kompleks dari tanaman tebu dapat dilihat
pada Tabel 2.5. Tabel 2.5 Komposisi Kimia Tanaman Tebu
17
Secara morfologi tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu batang, daun, akar, dan bunga. Masing-masing bagian memiliki ciri-ciri tertentu,
yakni :
18
a. Ciri-ciri batang
• Tumbuh tegak, sosoknnya tinggi kurus dan tidak bercabang. • Tinggi mencapai 3,5 meter.
• Memiliki ruas dengan panjang ruas 10,30 cm.
Komponen Presentase
Air 73- 76
Serat ampas 11- 16
Zat kering terlarut 10- 16
Komposisi zat kering terlarut adalah: Sukrosa
Glukosa Fruktosa
Garam organik bebas Zat- zat lain
70- 86 2- 4
2- 4 0,5- 2,5
0- 10
51
• Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya.
b. Ciri-ciri daun
• Merupakan daun tidak lengkap • Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling
• Pelepah memeluk batang, semakin keatas semakin menyempit, terdapat bulu-bulu daun dan telinga daun.
• Pertulangan daun sejajar • Helaian daun berbentuk garis dengan ujung meruncing, bagian tepi
bergerigi dan permukaan daun kasar. c.
Ciri-ciri akar • Akar serabut
• Panjang mencapai 1 Meter d.
Ciri-ciri bunga • Merupakan bunga majemuk
• Panjang bunga majemuk 70-90 cm • Setiap bunga mempunyai 3 daun kelopak, 1 daun mahkota, 3 banang
sari dan 2 kepala putik
Adapun varietas tebu terbagi beberapa jenis dengan ciri-ciri sebagai berikut :
19
1. Tebu raturaja adalah tebu yang paling besar ukurannya, batangnya kuat berwarna kekuningan dan banyak mengandung air. Diameter batang dapat
mencapai 6 cm.
52
2. Tebu tiying adalah tebu yang kulit batangnya keras dan kaku menyerupai tiyingbambu. Batang berwarna agak kuning, diameter batang 3-5 cm, panjang
ruas 5-11 cm dan tingginya dapat mencapai + 5m. 3. Tebu kuningarjuna adalah tebu yang menyerupai tebu tiying batangnya
berwarna kuning mulus, licin, airnya banyak, dan rasanya paling manis. 4. Tebu tawartabah adalah tebu yang perawakannya mirip dengan tebu tiying
dengan kulit batang berwarna kuning kehijauan. Batang mengandung banyak air dan rasanya tawartabahblangsah.
5. Tebu swat adalah tebu yang mirip dengan tebu kuning, namun pada ruas terdapat garis-garis hijau memanjang swatgaris dan rasanya kurang manis.
6. Tebu selem irenghitamcemeng adalah tebu yang kulit batangnya berwarna coklat kehitaman. Diameter batang 2-4 cm, tinggi 4-5 m. Perawakannya besar
mirip tebu ratu. Batangnya banyak mengandung air dan rasanya kurang manis. 7. Tebu malem adalah tebu yang mirip dengan tebu ratu, hanya saja ruas
batangnya lebih pendek, lebih keras, kadar airnya lebih sedikit dan lebih manis. 8. Tebu salah adalah tebu yang perawakannya mirip gelagah Saccharum
spontaneum. Batang berwarna kuning keputihan, berdiameter 2-3,5 cm dan panjang ruas 7-11 cm. Kadar airnya lebih banyak dan rasanya lebih manis.
Di dalam batang tebu, selain air H
2
O dan sukrosa C
12
H
22
O
11
1. Serat atau baggase adalah selulosa yang tidak mengandung gula.
juga terkandung 9 macam unsur lain yaitu :
19
2. Dekstrosa atau glukosa adalah kerusakan sukrosa akibat tebu terlalu masak
atau over ripe sehingga terjadi fermentasi.
53
3. Levulosa atau fruktosa akibat tebu yang belum masak atau yang terlalu
masak. 4.
Asam organik seperti glycolic, malic, succinic, tannic dan acetic acid yang terkandung pada tebu yang terlalu masak. Acetic acid timbul pada tebu yang
mati dan unsur tersebut mengakibatkan kristal gula mudah menjadi basah dan leleh.
5. Unsur nitrogen banyak pada daun atau hijuan. Pada tebu yang masak,
kandungannya sedikit sekali yaitu hanya pada bakal tunas pada ruas tebu. 6.
Zat warna, yaitu chlorophyll yang berasal dari kulit dan serat tebu. Bila kulit batang tebu yang berwarna hijau maka nira tebu juga berwarna hijau. Serat
tebu berwarna putih tapi apabila terkena cairan alkali akan berubah menjadi kuning.
7. Lilin tebu, umumnya berwarna putih menempel pada kulit tebu.
8. Pektin, berbentuk semacam jelly, tidak larut dalam air.
9. Abu atau ash, yang mengandung sisa mineral seperti potash, kapur, soda,
magnesia dan lain-lain. Unsur-unsur non-sukrosa tersebut harus dipisahkan agar sukrosa-nya dapat diolah menjadi gula untuk dikonsumsi.
Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :
18
1. Perkecambahan
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
54
3. Pemanjangan Batang
Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan. 4.
Kemasakan, merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang
tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase inidisebut juga fase penimbunan rendaman gula.
5. Kematian
2.4.5 Ampas Tebu Baggase
Ampas tebu baggase adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah diekstraksi niranya dengan jaringan parenkim yang lembut dan memiliki
tingkat higroskopis yang tinggi yang dihasilkan dari proses penggilingan tebu serta tidak tahan disimpan karena mudah terserang jamur. Karena ampas tebu
merupakan hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu di pabrik dan dari suatu pabrik dapat dihasilkan sekitar 35-40 dari berat tebu yang digiling. Umumnya
tanaman tebu menghasilkan 24-36 ampas tebu baggase dan ampas tebu sendiri mengandung air 48-52, gula 2.5-6, serta serat 44-48.
17
Ampas tebu baggase memiliki komposisi yang hampir sama dengan komposisi kimia kayu daun lebar, kecuali kadar airnya dan ampas tebu merupakan
limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula setelah tebu diambil niranya.
Proses pengumpulan sampel ampas tebu dimulai dari pengambilan ampas tebu di pabrik gula sei semayang yang terletak di jalan Medan, Km 10
55
Binjai. Ampas tebu yang diambil belum sepenuhnya kering dan memiliki panjang yang tidak beraturan. Ampas tebu kemudian dikeringkan secara alami
melalui sinar matahari, dan di potong dengan panjang ± 50mm agar sesuai dengan metode penelitian yang digunakan.
Gambar 2.22 Serat Ampas Tebu dan Material
Setelah proses pemotongan, dilakukan pengecoran di Laboratorium Beton Universitas Sumatera Utara dengan metode mix design yang telah
ditetapkan. Pada proses pengecoran, ampas tebu dimasukkan perlahan- lahan secara acak untuk menghindari penggumpalan pada daerah tertentu.
Kemudian beton dituangkan ke dalam cetakan silinder dan dibiarkan hingga mengering selama 24 jam.
Beton yang sudah kering dari cetakannya kemudian direndam selama 28 hari agar dapat dilakukan pengujian absorbsi, kuat tekan, dan
elastisitas.
2.4.6 Struktur Ampas Tebu
Baggase terdiri atas tiga komponen, yakni :
56
1. Kulit rind yang meliputi epidermis, kortek, dan perisikel,
2. Ikatan serat pembuluh
3.
Jaringan dasar parenkim atau pith dengan ikatan yang tersebar tidak teratur.
Gambar 2.23 Batang Tebu Saccharum officinarum
20
Serat ampas tebu memiliki struktur pembentuk yang dapat dilihat pada Tabel 2.5. Tabel 2.5
Struktur Pembentuk Serat Ampas Tebu
23
No. Komponen
Berat Kering
1. Cellulosa
26-43 2.
Hemicellulosa 17-23
3. Pentosans
20-33 4.
Lignin 13-22
57
2.4.7 Karakteristik Ampas Tebu
Berdasarkan penelitian terhadap ampas tebu basah, dari ampas tebu diperoleh rapat total bulk density sekitar 0,125 grcm3, kandungan kelembaban
moisture content sekitar 48.
21
Ampas tebu mempunyai berbagai macam kegunaan, dibeberapa negara limbah pabrik tersebut untuk keperluan diberbagai bidang industri, misalnya
ampas tebu dibuat menjadi plastik, kertas serta dapat dibuat papan partisi. Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan
bakar bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan.
22
58
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian meliputi : a.
Tahap persiapan Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan dibutuhkan dalam
penelitian dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian yang akan dilakukun dapat berjalan dengan lancar.
b. Pemeriksaan Bahan
Tahap ini dilakukan penelitian terhadap agregat kasar, agregat halus, serat ampas tebu, semen, dan air yang akan digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
sifat dan karakteristik bahan tersebut. Selain itu juga untuk mengetahui apakah bahan uji tersebut memenuhi syarat atau tidak,bila bahan tidak memenuhi syarat
maka bahan disortir. Hasil dari pengujian ini nantinya juga sebagai data rancang campur adukan beton.
c. Pembuatan Benda Uji
Pada tahap ini dilaksanakan pekerjaan sebagai berikut :
59
i. Penetapan campuran adukan beton normal dan beton normal berserat. ii. Pembuatan adukan beton normal dan beton normal berserat.
iii. Pemeriksaan nilai slump. iv. Pembuatan benda uji.
Pembuatan benda uji dapat dilihat melalui Tabel 3.1. Tabel 3.1
Distribusi Pembuatan Benda Uji Silinder
d. Tahap Perawatan Benda UjiCuring
Pada tahap ini benda-benda uji beton yang sudah jadi selanjutnya dilakukan perawatan curing. Perawatan ini dilakukan dengan merendam benda uji di bak
perendaman di laboratorium sampai umur pengujian yaitu 28 hari. Selanjutnya benda uji tersebut dikeluarkan dan dapat langsung diuji.
e. Tahap Pengujian Benda Uji
Pada tahap ini dilakukan pengujian sebagai berikut : • Pengujian slump SK SNI 1972 : 2008, untuk mengetahui tingkat kemudahan
pengerjaan workability.
Variasi Serat Ampas tebu
Aborbsi Elastisitas
Kuat Tekan Jumlah
15
5 5
10
20 5
5 10
25 5
5 10
30 5
5 10
35 5
5 10
40 5
5 10
Total = 60
60
• Pengujian absorbsi beton SK SNI 03-6433-2000. • Pengujian kekuatan tekan beton SK SNI 03-1974-1990.
Pengujian dilakukan setelah umur beton mencapai 28 hari. f.
Analisis Data Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil pengujian lalu dianalisis untuk
mendapatkan hubungan antara variable-variabel yang teliti dalam penelitian. g.
Kesimpulan Pada tahap ini dibuat suatu kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis,
yakni : a.
Berhubungan langsung dengan tujuan penelitian. b.
Perencanaan campuran beton Mix Design. c.
Pembuatan benda uji. d.
Pemeriksaan nilai slump. e.
Pengujian absorbsi beton setelah umur 28 hari f.
Pengujian kuat tekan beton setelah umur 28 hari g.
Pengujian elastisitas beton umur 28 hari.
61
Tahapan penelitian dapat dirangkum melalui diagram alir pada gambar 3.1.
62
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
3.2. Bahan-bahan penyusun beton