Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.4 Perbandingan Persepsi Perawat dengan Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif Perilaku Caring Perawat Perioperatif Kelompok Responden n mean SD t Sig 2-tailed Perawat 30 190,73 3,279 10,271 0,000 Pasien 254 180,64 5,260 14,767 0,000

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana perbandingan persepsi perawat dengan pasien terhadap perilaku caring perawat perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai. 1. Persepsi Perawat tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring Johnson, 1989. Caring merupakan fenomena universal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan bersikap terhadap orang lain Hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai persepsi perawat tentang perilaku caring perawat perioperatif 100 perawat caring. Hal ini menunjukkan bahwa perawat tidak hanya paham mengenai caring tetapi berupaya untuk menerapkannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ardiana 2010 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dimensi memahami dan mendukung emosi orang lain dengan perilaku caring perawat. Hal ini didukung berdasarkan item kuesioner dari perilaku caring perawat perioperatif dimana ditemukan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai memberikan dukungan mental kepada pasien dan perawat tidak pernah mengejek pasien ataupun melakukan hal yang memalukan pasien serta perawat selalu mengajak pasien berdiskusi atau berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian sedative untuk pasien jika pasien merasa cemas di Ruang Rawat Bedah. Pasien yang akan menghadapi operasi atau yang berada pada fase pra operasi biasanya merasakan kecemasan yang lebih sehingga membutuhkan caring yang lebih dari perawat. Menurut Baradero, Dayrit, dan Siswadi 2009 tanda cemas praoperasi mungkin tidak sama untuk setiap individu. Ada yang menunjukkan kecemasan dengan bicara terlalu cepat, banyak bertanya, tetapi tidak menunggu jawaban pertanyaannya, mengulang pertanyaan yang sama, atau mengubah pembicaraan. Ada yang mengatakan tidak merasa cemas, tetapi tingkahnya menunjukkan kecemasan atau ketakutan. Ada juga pasien yang tidak mau membicarakan pembedahannya, menjawab pertanyaan dengan satu atau dua kata. Ada pasien-pasien yang mengekspresikan kecemasan dengan menangis atau marah. Forrest 1989, dalam Morrison Burnard, 2009 memberikan analisis fenomenologis mengenai pengalaman perawat dalam caring terhadap pasien. Pendekatan fenomenologis dikarakteristikkan dengan penekanannya pada pengalaman hidup. Pendekatan tersebut berupaya memahami fenomena caring terhadap orang lain dari perspektif individu yang sedang diteliti. Dua kategori mayor teridentifikasi, yaitu: definisi dan apa yang mempengaruhi caring menurut perawat. Caring didefinisikan sebagai keterlibatan dan interaksi oleh perawat. Ada lima faktor yang mempengaruhi caring yaitu diri sendiri, pasien, frustasi, koping, dan kenyamanan, serta dukungan. Selain itu, berdasarkan item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai menciptakan rasa nyaman dalam melakukan setiap tindakan, bersama pasien selama prosedur tindakan, perawat memanggil pasien dengan namanya yang kelihatannya sederhana tapi berarti bagi pasien dan perawat memiliki keahlian tehnik dalam setiap melakukan tindakan serta perawat bekerja secara profesional. Selain itu hasil penelitian dari Tarida, dkk. 2011 menunjukkan bahwa ada tiga aspek pendorong yang membuat perawat melakukan caring ialah aspek kontrak keterikatan dengan pekerjaan, etika dan spiritualitas keagamaan. Berdasarakan pada item kuesioner bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai bekerja sama dengan perawat lain ataupun tenaga kesehatan lain untuk kesembuhan pasien, memberikan pasien cukup informasi tentang hal yang terkait perawatan pasien, dan perawat memberikan ketepatan dan kecepatan asuhan keperawatan terhadap pasien. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang pembedahannya dapat ditanyakan langsung oleh pasien. Pengetahuan pasien mengenai pembedahannya perlu diketahui oleh perawat agar perawat dapat memberi penjelasan lebih lanjut. Perawat juga perlu mengetahui bagaimana persepsi pasien mengenai pembedahannya karena biasanya berespons sesuai persepsinya Baradero, Dayrit, dan Siswadi, 2009. Berdasarakan pada item kuesioner bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai memberikan pasien informasi tentang apa yang terjadi pada pasien dan memberikan informasi tentang hal yang terkait pembiusan umum atau lokal serta di Ruang Pemulihan, perawat juga memberiakn informasi tentang apa yang terjadi pada pasien dan perkembangan kondisi kesehatannya.

2. Persepsi Pasien tentang Perilaku Caring Perawat Perioperatif

Persepsi pasien atau klien terhadap pelayanan kesehatan perlu diperhatikan oleh pemberi pelayanan kesehatan karena masyarakat yang menilai baik buruknya pelayanan di Rumah Sakit, misalnya ruang perawatan bedah. Dalam hal ini perawat perlu memperhatikan tingkat kepuasan pasien atau klien, meminimalkan biaya atau waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan terhadap sasaran. Umpan balik atau informasi merupakan elemen yang penting dalam membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk terhadap kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan Kotler, 2005 dalam Nurhayati, 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat perioperatif perawat caring 87,4 dan 12,6 perawat tidak caring .Hal ini menunjukkan bahwa persepsi pasien jumlah perawat berperilaku tidak caring lebih banyak daripada jumlah perawat berperilaku caring. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ardiana 2010 yang menunjukkan hanya 54 perawat berperilaku caring menurut persepsi pasien. Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson 1991 dalam Monica, 2008 menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup Potter Perry, 2005. Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai memiliki selera humor yang baik, sopan dan menyenangkan sehingga pasien merasa gembira di dekat perawat. Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai caring menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh. Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai tidak melibatkan pasien dalam perawatan, tidak memberikan izin kepada pasien untuk bisa mempengaruhi perawatan pasien dengan mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan dan pasien juga harus menunggu dalam waktu yang lama untuk dibawa ke ruang operasi. Caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan Carruth et al., 1999. Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan tindakan caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan. Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian, memberikan respon yang cepat ketika pasien membutuhkannya, dan perawat melindungi hak privacy pasien serta perawat menunjukkan rasa hormat ketika memberikan asuhan keperawatan. Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi keperawatan dan fokus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat universal dan terdiri dari perilaku- perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat aktifitas, sikap emosional dan kehati- hatian Barnum, 1994. Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa pasien bedah mengatakan perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai sangat berhati-hati dalam memberikan asuhan keperawatan, sopan dan menyenangkan serta memiliki selera humor yang baik sehingga pasien merasa gembira di dekat perawat. Hall 1969 mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam teorinya. Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan Julia, 1995. Hal ini sejalan dengan yang ditemukan peneliti dimana pasien bedah mengatakan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai tidak hanya memiliki keahlian tehnik di bidangnya tetapi juga bekerja sama dengan perawat lain dan tenaga kesehatan lain untuk kesembuhan pasien serta memberikan ketepatan dan kecepatan asuhan keperawatan terhadap pasien. Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Namun pada penelitian ini ditemukan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai kurang memberikan izin kepada pasien untuk bisa mempengaruhi perawatan pasien dengan mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan serta tidak selalu memiliki cukup waktu untuk pasien dikarenakan sibuk dengan tanggung jawabnya yang lain. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan Sari 2009 tentang gambaran perilaku caring perawat terhadap pasien di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr Kariadi Semarang didapatkan data bahwa dari 56 perawat yang menjalankan tugas di Instalasi Bedah Sentral ada 30 orang 52 yang belum memahami makna caring dan berperilaku caring kepada pasien. Perawat lebih banyak berkonsentrasi pada tanggung jawabnya sebagai instrumentator dan biasanya perawat menjadi kurang memperhatikan keadaan pasien. Peneliti Sari menemukan bahwa perawat tidak peduli dengan kenyamanan pasien comforting, tidak mampu mengungkapkan rasa cinta loving, jarang mendengarkan keluhan pasien listening, apalagi menghibur pasien compasionate sangat jarang dilakukan dengan adanya kesibukan mempersiapkan operasi.

3. Perbandingan Persepsi Perawat dengan Pasien tentang Perilaku Caring

Perawat Perioperatif Konsep caring dalam keperawatan adalah fundamental. Perawat dikatakan bermoral, jika mereka bertindak menurut aturan yang benar. Caring adalah ide moral keperawatan yang menghasilkan perlindungan, peningkatan, dan pemeliharaan martabat manusia Reilly Behrens-Hanna, 1991 dalam Gruendemann Fernsebner, 2006. Caring pada keperawatan perioperatif di departemen operasi adalah suatu model perawatan kesehatan yang penting dan meskipun sudah banyak penelitian yang berfokus pada kualitas perawatan perioperatif tetapi masih dibutuhkan pengembangan alat ukur pada caring di keperawatan perioperatif Donmez Ozbayr, 2010. Hasil uji statistik dengan mengunakan T-test independent menemukan bahwa persepsi perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif berbeda dengan hasil out put didapatkan rata-rata persepsi perawat terhadap perilaku caring perawat perioperatif 190,73 SD 3,279 dan persepsi pasien terhadap perilaku caring perawat perioperatif 180,64 SD 5,260. Hasil uji t= 10,271 dan p value 0,000. Ketentuan yang berlaku bila p value ≤ 0,05, maka keputusan adalah Ho ditolak. Sehingga hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak, berarti ada perbedaan yang signifikan persepsi antara perawat dengan pasien tentang perilaku caring perawat perioperatif di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai. Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai berkata jujur menurut persepsi perawat dan pasien mengatakan tidak tahu atau netral mengenai perawat berkata jujur atau tidaknya tatapi pasien percaya dengan apa yang dikatakan perawat. Berdasarkan beberapa penelitian, satu dari alasan mengapa klien dan perawat memiliki perbedaan persepsi tentang perilaku caring perawat perioperatif adalah ketidakadekuatan komunikasi Donmez Ozbayr, 2010. Berdasarkan pada item kuesioner yang ditemukan menunjukkan bahwa perawat bedah di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Binjai tidak melibatkan pasien dalam perawatan dikarenakan kondisi pasien sendiri sementara pasien menginginkan terlibat dalam perawatan yang berguna untuk kemandiriannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan Papastavrou, dkk. 2011 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan persepsi perawat dan pasien tentang perilaku caring yang dikarenakan perbedaan pemahaman dari perawat maupun pasien tentang caring itu sendiri.

5.3 Keterbatasan Penelitian