104
otomatis dicantumkan dalam Pasal 2 ayat 1 yang intinya menyebutkan bahwa hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang
hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut Undang-Undang yang berlaku. Namun demikian, konsep pengakuan hak cipta yang bersifat automatic protection yang
dianut oleh Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2002 dengan tetap mempertahankan juga konsep pendaftaran ciptaan ciptaan, menimbulkan
kesan terdapatnya dualisme dalam konsep dasar pengakuan hak cipta di Indonesia. Hal inilah yang akhirnya berakibat pada kecenderungan
terjadinya sengketa kepemilikan hak cipta menjadi semakin besar
96
.
c. Pengaruh TRIP’s Terhadap Pengaturan Hak Cipta Indonesia
Pasca Indonesia meratifikasi persetujuan pendirian organisasi perdagangan dunia melalui UU No. 7 Tahun 1994, maka Indonesia terikat dan
diwajibkan untuk mengharmonisasi hukum nasinal yang berkaitan dengan persetujuan tersebut. Salah satu hukum yang terkena dampak harmonisasi
ini adalah bidang Hak Kekayaan Intelektual HKI
97
. Hak cipta sebagai satu bagian dalam bidang HKI juga terkena imbas dari
harmonisasi hukum ini. Dalam prakteknya, harmonisasi hukum hak cipta yang telah dilakukan lebih dari tiga kali, dimana terakhir adalah
mengharmonisasi UU No. 12 Tahun 1997 dengan UU No. 19 Tahun 2002.
96
Ibid, Hal. 371.
97
Budi agus Riswandi M. Syamsudin, “Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum”,
Rajawali Pers, Jakarta : 2004. Hal.1.
105
Upaya perubahan dilakukan dengan beberapa pertimbangan mendasar. Bila dicermati secara normatif, ada dua pertimbangan yang dilakukan yaitu
kepentingan internal bangsa Indonesia untuk memajukan perkembangan kekayaan intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya
bangsa sehingga dapat memajukan kesejahteraan baik pencipta maupun negara dan kepentingan eksternal, berkaitan dengan keterlibatan Indonesia
yang telah meratifikasi beberapa Konvensi internasional maka perubahan itu harus dilakukan
98
. Atas dua dasar pertimbangan inilah UU No. 19 tahun 2002 diundangkan.
Ada beberapa pembaharuan yang dilakukan yaitu
99
: a.
masuknya database sebagai salah satu ciptaan yang dilindungi, perlindungan cakram optik;
b. penyelesaian sengketa melalui pengadilan niaga;
c. arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa;
d. adanya penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian
lebih besar bagi pemegang hak; e.
batas waktu proses perkara perdata di pengadilan niaga maupun di Mahkamah Agung;
f. pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana
kontrol teknologi; g.
mekanisme pengawasan dan perlindungan produk-produk yang
98
Ibid, Hal. 20-23
99
Loc. Cit.
106
menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi; h.
ancaman pidana atas pelanggaran hak terkait; i.
ancaman pidana dan denda minimal; j.
ancaman pidana atas perbanyakan program komputer untuk kepentingan komersial secara tidak sah.
E. PELANGGARAN DI BIDANG HAK CIPTA 1. Pengertian Pelanggaran Hak Cipta