Umat Yahudi dilarang kembali ke Tanah Suci untuk memilikinya lagi

2. Umat Yahudi dilarang kembali ke Tanah Suci untuk memilikinya lagi

  Setelah mengusir umat Yahudi, Allah Maha Tinggi melarang mereka kembali ke Tanah itu untuk memilikinya. Larangan itu menjadi kenyataan sejarah dan tetap berlaku selama dua ribu tahun. Dan hal ini mengandung konfirmasi yang dramatis dari pernyataan al­Qur’an dalam surat al­Anbiyah:

  “Dan ada larangan pada (penduduk) sebuah Kota yang telah Kami hancurkan: bahwa mereka (penduduk kota itu ) tidak akan kembali (untuk memiliki Kota mereka lagi).”

  (al­Qur’an, al­Anbiyah, 21: 95)

  Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan, Kota yang disebutkan itu adalah Jerusalem. Larangan Tuhan bagi umat Yahudi kembali ke Jerusalem (dan Tanah Suci) untuk memilikinya lagi menandakan kemarahan dan hukuman Tuhan. Itu juga berarti menyampaikan pesan kepada mereka bahwa mereka tidak lagi menjadi ‘Umat Pilihan’.

  3. Kesempatan umat Yahudi diampuni Allah Maha Pengasih, jika mereka

  beriman pada Nabi yang ummi (non­Yahudi)

  Bahkan setelah Allah Maha Tinggi mengusir umat Yahudi dari Tanah Suci Bahkan setelah Allah Maha Tinggi mengusir umat Yahudi dari Tanah Suci

  “Mudah­mudahan Tuhan kalian memberikan kasih sayang (ampunan) kepada kalian…”

  (al­Qur’an, Bani Israel, 17: 8)

  Allah Maha Tinggi memberi mereka periode waktu yang Dia siapkan untuk mengampuni mereka jika mereka memperbaiki jalan mereka, mencari ampunan­Nya,

  dan kembali pada Agama Ibrahim (‘alayhi salam) . Tetapi hanya ada satu pintu untuk

  mendapatkan ampunan tersebut. Al­Qur’an menegur Bani Israel yang telah menerima Taurat dan Injil dan menginformasikan mereka jalan menuju ampunan sebagai berikut:

  “Orang­orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) disebutkan dalam (Kitab) milik mereka sendiri – Taurat dan Injil – yang menyuruh mereka berbuat yang makruf (baik dan adil) dan melarang mereka dari yang mungkar (jahat dan tidak adil); dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka; dia membebaskan mereka dari beban berat dan penindasan yang menimpa mereka. Adapun orang­orang yang beriman padanya, menghormatinya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan kepadanya (al­Qur’an), mereka itulah orang­orang yang beruntung (dan mendapat keselamatan).”

  (al­Qur’an, al­’Araf, 7: 157)

  Maka dari itu, dengan menerima, mengimani, dan mengikuti Nabi Terakhir (shollallahu ‘alayhi wassalam) , ampunan dan kasih sayang pun dapat diperoleh.

  Ada sejumlah tanda untuk mengetahui bahwa waktu yang diberikan kepada Bani Israel, untuk mendapat ampunan telah habis. Di antara tanda­tanda itu ialah lepasnya Dajjal dan Ya’juj­Ma’juj ke dunia. Keduanya terjadi pada masa hidup Nabi

  Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam) , tujuh belas bulan setelah beliau tinggal di

  Madinah bersama umat Yahudi. Sampai saat itu, menjadi sangat jelas bahwa umat

  Yahudi telah menolak beliau (shollallahu ‘alayhi wassalam) dan al­Qur’an, dan bahkan

  berkonspirasi untuk menghancurkan Islam. Pada saat itulah, Allah Maha Tinggi berkonspirasi untuk menghancurkan Islam. Pada saat itulah, Allah Maha Tinggi

  Meskipun Zaman Akhir telah dimulai dan pintu menuju ampunan Tuhan telah ditutup, umat Yahudi masih harus menunggu sebelum hukuman final mereka terjadi. Dalam periode waktu yang panjang sebelum hitungan mundur pada hukuman final dimulai, umat Yahudi sebenarnya menemukan perlindungan di tengah­tengah umat Muslim:

  “Mereka diliputi kehinaan di mana pun mereka berada kecuali saat di bawah perjanjian (perlindungan) dari Allah dan dari orang­orang beriman; mereka mendapat murka dari Allah, dan diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari Tanda­tanda Allah, dan membunuh Nabi­nabi untuk menentang Kebenaran. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”

  (al­Qur’an, Ali­Imran, 3: 112)

  Waktu ‘hitungan mundur’ terjadinya hukuman dimulai dengan Tanda dari Allah Maha Tinggi. Di antara Tanda­tanda itu, satu yang paling dapat dilihat adalah

  ditemukannya jenazah Fir’aun yang tenggelam saat mengejar Musa (‘alayhi salam)

  dan Bani Israel. Sayangnya bagi umat Yahudi, jenazah Fir’aun (Ramses II) yang telah ditemukan merupakan tanda bahwa sekarang sudah terlambat bagi mereka untuk menyesal (bertobat) dan menerima kebenaran yang diturunkan oleh Tuhannya

  Ibrahim (‘alayhi salam) dalam al­Qur’an, dan percaya bahwa Muhammad (shollallahu

  ‘alayhi wassalam) adalah Rasul Allah Maha Tinggi yang terakhir. Juga sudah terlambat

  bagi mereka untuk menghindari hukuman terbesar dari Tuhan:

  “Apakah mereka menunggu kedatangan para Malaikat kepada mereka, atau kedatangan Tuhanmu (sendiri), atau ‘Tanda­tanda’ yang pasti dari Tuhanmu? Pada hari ‘Tanda­tanda’ dari Tuhanmu datang (Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, penemuan jenazah Fir’aun, dll.) tidak berguna lagi iman seseorang, jika beriman sebelum berbuat kebajikan dengan imannya itu. Katakanlah: “Tunggulah! Kami pun menunggu.”

  (al­Qur’an, al­An’am, 6: 158)

  4. Tuhan menakdirkan kembalinya umat Yahudi ke Tanah Suci pada ‘Akhir