Kenyataan Negara Sekuler Modern

Kenyataan Negara Sekuler Modern

  Tetapi menfaat­manfaat nyata dari negara sekuler tidak mengubah landasannya yang Kufur dan Syirik. Sesungguhnya, negara sekuler modern perlahan­lahan mulai menunjukkan agenda sebenarnya yang sebelumnya tersembunyi, yakni menyaingi jalan hidup religius. Sesungguhnya, agama perlahan­lahan menjadi semakin melemah dalam dunia baru sekuler yang pada intinya tidak bertuhan.

  Demokrasi negara sekuler modern adalah pil racun pahit yang dilapisi gula manis. ‘Politik’ demokrasi bekerja sedemikian rupa untuk menjaga sistem ekonomi Riba yang menindas dan mengeksploitasi masyarakat luas. Penindasan ekonomi sering kali berkaitan dengan penindasan ras dan etnis. Banyak masyarakat yang dimiskinkan tidak akan pernah dapat merebut kekuatan politik dari kaum elit pemangsa yang kaya. Dan dengan demikian, mereka tidak akan pernah mendapatkan kekuatan untuk menghentikan penindasan. Wahyu baru masyarakat sekuler modern adalah kaum kaya akan mewarisi dunia. Dan itulah gambaran tepat apa yang sedang terjadi saat ini.

  Eropa­baru kemudian menggunakan kekuatan militernya yang tak terkalahkan dan tipu dayanya yang menakjubkan untuk menguasai dan mencuci otak masyarakat non­Eropa. Filosofi politik baru dengan konsep tidak bertuhan, negara berdaulatnya, sistem ekonominya yang eksploitatif, dan budaya korupnya, akhirnya dianut oleh umat manusia di bagian dunia lainnya. Itu bukanlah prestasi!

  Aturan kolonial Barat diterapkan oleh umat manusia lainnya, termasuk umat Muslim, dengan alat sistem politik baru yang tidak bertuhan, yang berlandaskan Kufur dan Syirik, yang diperkenalkan secara halus dan dengan tipu daya. Maka nubuat yang tidak

  menyenangkan dari Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam) pun telah terwujud!

  Dia membuat nubuat bahwa komunitasnya (Muslim) akan meniru dan mengikuti umat Yahudi dan Kristen sedemikian rupa hingga bahkan jika mereka terjun ke lubang kadal, komunitasnya pun akan melakukan hal yang sama!

  Hasilnya adalah bahwa dunia Yahudi, Kristen, dan Muslim menghadapi ujian kolektif terbesar dan dengan menyedihkan gagal mematuhi perintah Tuhannya Ibrahim, Maha Tinggi, saat Dia memerintahkan:

  “Ikutilah apa yang telah diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian, dan janganlah kalian mengikuti Tuhan selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran!”

  (al­Qur’an, al­’Araf, 7: 3)

  Negara sekuler baru membuat sebuah sistem pemilu politik untuk memilih anggota legislatif dan pemerintah, dan kadang­kadang untuk memilih hakim. Warga negara sekuler, apa pun agama yang diyakininya, memberikan suara dalam pemilu demokrasi. Mereka diwajibkan tunduk pada kekuasaannya dan taat kepadanya. Jika pemilu menghasilkan pemerintah yang didominasi oleh umat Hindu penyembah berhala yang secara terang­terangan berlaku kasar kepada orang­orang yang menyembah Tuhannya

  Ibrahim (‘alayhi salam) atau pemerintah yang menyatakan Halal segala hal yang Allah Maha Tinggi telah menyatakannya Haram, maka prinsip pemilu demokratik mensyaratkan umat Yahudi, Kristen, dan Muslim yang menjadi warga negara sekuler mengakui pemerintah tersebut sebagai pemerintah mereka yang sah, tunduk pada kekuasaannya, dan taat padanya.

  Tidak ada keterangan dalam Kitab yang diturunkan (Taurat, Injil, al­Qur’an) atau Sunah (contoh atau jalan hidup) Nabi­nabi yang dapat digunakan untuk membenarkan umat Yahudi, Kristen, dan Muslim berpartisipasi dalam pemilu sehingga mereka dengan bebas memberikan suara untuk memilih pemerintah yang berbuat Syirik, Kufur, Zalim, dan Fasiq seperti itu sebagai pemerintah yang sah bagi mereka. Sebaliknya ada banyak kutukan yang jelas ditujukan kepada perbuatan seperti itu!

  Alternatif bagi Orang­orang Beriman untuk Menghadapi Politik Pemilu di