Khilafah dan Negara Sekuler Modern

Khilafah dan Negara Sekuler Modern

  Khilafah Islam adalah konsep negara dan sistem politik yang mengakui Kedaulatan, Kekuasaan, dan Hukum Tertinggi Allah dan menerapkan aturan Haram adalah Haram dan Halal adalah Halal. Khilafah muncul sebagai konsekuensi tepat atas tuntutan perintah ketaatan kepada Allah, Rasul­Nya, dan ‘orang­orang yang berkuasa di antara umat Muslim’.

  “Wahai orang­orang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul, dan (taatilah) orang­orang di antara kalian yang (kedudukannya) berkuasa …”

  (al­Qur’an, an­Nisa, 4: 59)

  Islam menolak ketaatan yang terbagi – bahwa seseorang dapat memberikan kesetiaan tertinggi kepada negara, tetapi juga memberikan kesetiaan tertinggi kepada Allah Maha Tinggi. Dua dunia (dunia agama dan dunia politik) tidak terpisah satu dengan yang lainnya karena al­Qur’an menyatakan, “Allah adalah yang Pertama dan yang Terakhir, yang Nyata dan yang Tersembunyi.” (al­Qur’an, al­Hadid, 57: 3). Ketaatan tertinggi harus diberikan kepada Allah, bukan kepada negara yang tidak tunduk pada Allah, karena al­Qur’an meminta orang­orang beriman menyatakan:

  “Katakanlah: Sesungguhnya, sholatku, pengorbananku, hidupku, dan matiku semuanya untuk Allah, Tuhan seluruh Alam.”

  (al­Qur’an, al­An’am, 6: 162)

  Eropa meruntuhkan model negara dan sistem politik Islam saat Khilafah Ottoman dijadikan sebagai target lalu dihancurkan. Eropa kemudian memastikan Khilafah Islam tidak akan pernah dapat didirikan lagi. Mereka melakukannya dengan membantu pembentukan negara sekuler Saudi­Arabia di Hijaz, kemudian memastikan negara itu bertahan dengan menjaga keamanannya. Khilafah tidak akan pernah direstorasi karena

  Ada banyak alasan yang menjelaskan mengapa Eropa menargetkan dan meruntuhkan Khilafah Islam. Pertama adalah untuk memfasilitasi tercapainya tujuan merebut Tanah Suci dan mengembalikan umat Yahudi ke sana. Kedua adalah untuk memungkinkan penganutan Syirik universal dengan model negara sekuler Eropa­baru. Setelah dihancurkan, Khilafah Islam digantikan oleh negara sekuler modern­Turki dan negara sekuler Saudi­Arabia di jantung Tanah Arab bagi Islam Sunni. Berkaitan dengan hal ini, umat Muslim India ditipu secara halus untuk menganut Republik Pakistan sekuler. Ketiga, Khilafah harus diruntuhkan karena mengganggu realisasi tujuan utama dari agenda Eropa­baru yang tidak bertuhan. Tujuan tersebut yaitu mendirikan Israel Yahudi sebagai ‘Negara Penguasa’ di dunia – yang menguasai dunia dari Jerusalem.

  Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam) membuat nubuat tentang Khilafah

  yang pada suatu saat akan menghilang. Dia melakukannya dalam Hadits berikut:

  “Betapa bahagianya kalian pada saat Putra Maryam turun ke tengah­tengah kalian dan Imam kalian (Amirul Mu’minin atau Khalifah) akan muncul dari tengah­tengah kalian (dia adalah Muslim).”

  (Sahih Bukhari)

  Hadits ini menyatakan tiga hal:

  Pertama, Hadits tersebut menginformasikan kepada kita bahwa Khilafah akan hadir di dunia pada Zaman Akhir. Ini sama dengan nubuat bahwa Khilafah akan hilang dari dunia tetapi suatu hari akan direstorasi. Kedua, sebelum restorasi Khilafah, umat Muslim akan hidup selama suatu periode waktu di bawah otoritas, kendali, dan kekuasaan orang­orang non­Muslim. Itulah keadaan yang tepat tentang dunia kita saat ini. Ketiga, kembalinya Khilafah akan menjadi peristiwa yang terjadi berdekatan dengan kembalinya

  Putra Maryam. Dan karena kita tahu bahwa saat ‘Isa (Jesus) (‘alayhi salam) kembali,

  dia akan menguasai dunia dari Jerusalem sebagai seorang Pemimpin Adil yang menjalankan Hukum Allah, implikasinya adalah bahwa negara sekuler modern Israel di Tanah Suci akan digantikan oleh negara Islam otentik yang terbebas dari belenggu Syirik Israel sekuler.

  Orang­orang yang tetap mempertahankan status quo negara­bangsa Islam sekuler

  harus berhenti meyakini nubuat Nabi Muhammad (shollallahu ‘alayhi wassalam) mengenai

  restorasi Khilafah.