Neoplasma berasal dari sel-sel yang memiliki kapasitas proliferasi. Oleh karena itu, neuron yang matang dan miosit jantung tidak
menimbulkan tumor. Tumor dapat menunjukan berbagai tingkat diferensiasi sehingga sel
asal tidak dapat diidentifikasi. Stimulus pasti yang bertanggungjawab terhadap proliferasi yang
tidak terkendali mungkin tidak dapat diidentifikasi. Neoplasia terjadi akibat mutasi pada gen yang mengatur
pertumbuhan sel, apoptosis, atau perbaikan DNA.
2.2.2. Karsinogenesis
Dua golongan utama gen yang memainkan peranan penting dalam mengatur sinyal pertumbuhan dan siklus sel, yaitu protoonkogen yang mendorong
pertumbuhan dan antionkogen yang merupakan gen penekan kanker tumor suppressor gene
yang menghambat pertumbuhan Kumar et al., 2007. Protoonkogen merupakan gen seluler yang sangat penting dalam
mempertahankan fungsi normal sel dan mengkode banyak jenis protein, termasuk faktor-faktor transkripsi, faktor pertumbuhan, dan reseptor-reseptor faktor
pertumbuhan. Protein-protein tersebut merupakan komponen vital dalam mempengaruhi signal transduksi yang meregulasi pertumbuhan sel, pembelahan
dan diferensiasi. Protoonkogen dapat diubah menjadi onkogen yang dapat memicu pertumbuhan sel menjadi ganas.
Gen penekan kanker contohnya TP53 mendeteksi adanya kerusakan DNA melalui mekanisme yang belum diketahui dan membantu perbaikan DNA
dengan menyebabkan penghentian G1 dan memicu gen yang memperbaiki DNA. Sel yang mengalami kerusakan DNA dan tidak dapat diperbaiki diarahkan oleh
TP53 untuk mengalami apoptosis. Berdasarkan aktivitas ini, TP53 layak disebut pengawal genom. Apabila terjadi kehilangan TP53 secara homozigot, kerusakan
DNA tidak dapat diperbaiki dan mutasi akan terfiksasi di sel yang membelah sehingga sel akan masuk jalan satu-arah menuju transformasi keganasan Kumar
et al ., 2007.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara kelainan genetik yang mendasari dengan kejadian keganasan menimbulkan dugaan tentang mekanisme selain onkogen dan gen
penekan tumor yang bertangggung jawab terhadap karsinogenesis. Anak dengan kelainan perbaikan DNA seperti xeroderma pigmentosum, sindrom Bloom, dan
anemia Fanconi mempunyai resiko meningkat untuk menderita keganasan. Demikian pula, anak dengan berbagai status imunodefisiensi, seperi sindrom
Wiskott-Aldrich atau imunodefisiensi terkait-X kongenital, mempunyai keganasan limfoid yang berkembang dengan kecepatan yang nyata lebih tinggi
daripada anak normal.
2.2.3. Kanker pada Anak
Kanker pada anak berbeda dengan dewasa dalam sifat, penyebaran, dan prognosis. Kanker pada anak secara garis besar berupa keganasan
limfohematopoetik seperti leukemia limfoblastik akut, limfoma tercatat sekitar 40, keganasan sistem saraf pusat sekitar 30 serta embrional dan sarkoma
tercatat sekitar 10. Sebaliknya, tumor epitel pada organ seperti paru, payudara, usus besar, dan prostat lebih sering terjadi pada usia dewasa. Pada dewasa dimana
kecenderungan terjadi kanker meningkat sebanding dengan meningkatnya usia sedangkan pada anak kecenderungan terjadinya kanker meningkat pada anak usia
dini dan remaja Lootick, 2007. Keganasan pada anak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tumor solid
nonhematologi dan keganasan hematologi. Tumor solid nonhematologi terdiri dari osteosarkoma, tumor-tumor pada sistem saraf pusat, neuroblastoma III dan IV,
tumor Wilms III dan IV, rabdomiosarkoma, Ewing’s sarcoma dan sebagainya. Keganasan hematologi terdiri dari acute lympocytic leukemia, acute myelocytic
leukemia , non-Hodgkin’s lymphoma dan Hodgkin’s disease.
2.2.4. Faktor pencetus kanker pada anak