Faktor pencetus kanker pada anak

Hubungan antara kelainan genetik yang mendasari dengan kejadian keganasan menimbulkan dugaan tentang mekanisme selain onkogen dan gen penekan tumor yang bertangggung jawab terhadap karsinogenesis. Anak dengan kelainan perbaikan DNA seperti xeroderma pigmentosum, sindrom Bloom, dan anemia Fanconi mempunyai resiko meningkat untuk menderita keganasan. Demikian pula, anak dengan berbagai status imunodefisiensi, seperi sindrom Wiskott-Aldrich atau imunodefisiensi terkait-X kongenital, mempunyai keganasan limfoid yang berkembang dengan kecepatan yang nyata lebih tinggi daripada anak normal.

2.2.3. Kanker pada Anak

Kanker pada anak berbeda dengan dewasa dalam sifat, penyebaran, dan prognosis. Kanker pada anak secara garis besar berupa keganasan limfohematopoetik seperti leukemia limfoblastik akut, limfoma tercatat sekitar 40, keganasan sistem saraf pusat sekitar 30 serta embrional dan sarkoma tercatat sekitar 10. Sebaliknya, tumor epitel pada organ seperti paru, payudara, usus besar, dan prostat lebih sering terjadi pada usia dewasa. Pada dewasa dimana kecenderungan terjadi kanker meningkat sebanding dengan meningkatnya usia sedangkan pada anak kecenderungan terjadinya kanker meningkat pada anak usia dini dan remaja Lootick, 2007. Keganasan pada anak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tumor solid nonhematologi dan keganasan hematologi. Tumor solid nonhematologi terdiri dari osteosarkoma, tumor-tumor pada sistem saraf pusat, neuroblastoma III dan IV, tumor Wilms III dan IV, rabdomiosarkoma, Ewing’s sarcoma dan sebagainya. Keganasan hematologi terdiri dari acute lympocytic leukemia, acute myelocytic leukemia , non-Hodgkin’s lymphoma dan Hodgkin’s disease.

2.2.4. Faktor pencetus kanker pada anak

Perkembangan dari kebanyakan kanker melibatkan faktor lingkungan maupun genetik. Namun, kanker pada anak cenderung berasal dari jaringan yang Universitas Sumatera Utara tidak langsung terpajan dengan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa faktor hospes mungkin lebih penting dibandingkan dengan faktor lingkungan. Tabel 2.2. Faktor Lingkungan Pemicu Kanker Penyebab Kanker Agen fisik Radiasi pengionisasi Leukemia, tiroid, payudara Radiasi ultraviolet Melanoma, sel basal dan sel gepeng dalam seroderma pigmentosum Agen Kimia Rokok, tembakau Paru, orofaring, laring Dietilstilbestrol Karsinoma vagina pada anak perempuan Asbestos Mesotelioma Androgen Hepatoma Obat alkilasi Leukemia Obat imunosupresan Limfoma Aflatoksin Karsinoma hati Vinil klorida Angiokarsinoma hati Fenitoin Limfoma Fenitoin prenatal Neuroblastoma Siklofosfamid Kanker kandung kemih, leukemia Alkohol janin sindrom alkohol Neuroblastoma Benzen Leukemia Kloramfenikol Leukemia Besi intramuskular Sarkoma pada tempat injeksi Agen mikrobiologik Hepatitis B, C Karsinoma hati Human Immunodeficiency Virus Sarkoma kaposi, limfoma Schistosoma haematobium Karsinoma kandung kemih Clonorsis sinensis Kanker saluran empedu Universitas Sumatera Utara Virus Ebstein-Barr Limfoma Burkitt Afrika, karsinoma nasofaring Papillomavirus Kanker serviks Virus limfotropik-T manusia I Limfoma sel T Virus monyet 40 Tumor pleksus koroid Sumber: Crist et al., 2000 Kelainan Kanker Keterangan Sindrom Kromosomal Kromosom 11p—delesi dengan aniridia sporadik Tumor Wilms Berkaitan dengan anomali urogenital, retardasi mental Kromosom 13q—delesi Retinoblastoma Berkaitan dengan retardasi mental , malformasi skeletal, dominan autosomal atau mutasi baru sporadik Trisomi 21 Leukemia limfositik atau nonlimfositik Mempunyai resiko 15 kali dibandingkan orang normal Sindrom Klinefelter 47, XXY Kanker payudara, tumor sel induk ekstragonad Disgenesis gonad XOXY Gonadoblastoma Gonad harus dibuang Trisomi 8 Preleukemia Sindrom Noonan Schwannoma Monosomi 5 atau 7 Sindrom mielodisplasia Infeksi berulang dapat mendahului neoplasia Tabel 2.3. Faktor Genetik Pemicu Kanker Universitas Sumatera Utara Sumber: Crist et al., 2000.

2.2.5. Malnutrisi pada Anak penderita Kanker