KONSTRUKSI TES KETERAMPILAN BOLABASKET UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
KONSTRUKSI TES KETERAMPILAN BOLABASKET UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
Apta Mylsidayu, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Email: [email protected]
Abstrak: Konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar (SD) yang valid dan reliabel merupakan hal yang penting untuk dikembangkan mengingat makin berkembangannya bolabasket di sekolah dasar sebagai salah satu materi dalam pem- belajaran. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan pendekatan survei melalui tes pengukuran. Subyek adalah siswa sekolah dasar yang berusia 10-12 tahun (siswa Kelas V dan VI sekolah dasar yang memiliki ekstrakurikuler bolabasket). Bentuk tes adalah tes psikomotorik atau suatu blue print butir-butir dari tes keterampilan bola- basket. Validitas menggunakan face validity dan reliabilitas menggunakan test retest dengan hasil reliabilitas shooting 0.435, passing 0.807, dribble satu 0.652, dan dribble dua 0.518. Hasil penelitian dan pengembangan berupa tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar yang disusun dinyatakan layak karena data normal dan homogen. Hasil konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar dapat digunakan untuk pedoman guru Penjaskes dalam memberi nilai pelajaran bolabasket, serta dapat menjadi pedoman dalam pembibitan atlet bolabasket.
Kata Kunci: konstruksi, tes keterampilan, bolabasket.
Kurikulum merupakan salah satu upaya pe- Menurut Muktiani (2008:2) pendekatan merintah untuk mencapai keunggulan ma-
pembelajaaran kurikulum diarahkan dengan syarakat dalam bidang ilmu dan teknologi
tujuan mengembangkan kemampuan siswa sehingga diharapkan dapat membantu me-
perolehan bel-ajar nyelesaikan permasalahan yang sedang di-
dalam
mengelola
(kompetensi) yang paling sesuai dengan hadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia,
kondisi masing-masing. Siswa ditempatkan terutama dalam memasuki era globalisasi.
sebagai subjek didik, yakni lebih banyak Perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
mengikutsertakan aktivitas siswa dalam se- teknologi, seni, budaya, dan hak asasi ma-
tiap proses pembelajaran. Kenyataan di la- nusia begitu pesat sehingga menuntut ke-
pangan pendekatan pembelajaran belum ter- siapan semua pihak untuk dapat menye-
laksana sesuai dengan tujuan pendidikan suaikan dengan segala kondisi yang ada.
jasmani.
Memajukan sektor pendidikan mutlak harus Salah satu materi yang tercantum dalam dilakukan agar meningkat pula kualitas sum-
kurikulum di sekolah dasar adalah permain- ber daya manusia sehingga siap untuk ber-
an bolabasket yang diberikan di kelas V dan kompetensi dengan bangsa-bangsa negara
kelas VI (Depdiknas, 2003:10). Berdasarkan maju.
hasil wawancara dengan 20 orang guru Salah satu pelajaran mata pelajaran
Penjas di Kota Yogyakarta, rata-rata materi yang ikut andil dalam menciptakan kualitas
permainan bolabasket belum sepenuhnya di- manusia Indonesia yang sehat jasmani dan
terapkan oleh guru Penjas sekolah dasar rohani adalah mata pelajaran pendidikan
karena keterbatasan fasilitas seperti ring dan jasmani, olahraga dan kesehatan. Menurut
bolabasket.
Depdiknas (2003:5) pendidikan jasmani Cara penilaian dalam melaksanakan ku- (penjas) merupakan bagian integral dari
rikulum salah satunya adalah kemampuan sistem pendidikan secara keseluruhan, yang
gerak, sedangkan alat evaluasi (standar tes memfokuskan pengembangan aspek ke-
keterampilan) yang dipergunakan untuk pe- bugaran jasmani, keterampilan gerak, ke-
nilaian kemampuan gerak olahraga bolabas- terampilan berpikir kritis, stabilitas emosio-
ket tersebut tidak dijelaskan secara tegas nal, penalaran, dan tindakan moral melalui
bagaimana pelaksanaannya dan cara pem- aktivitas jasmani.
berian nilai. Penilaian masih didasarkan
33 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
pada pengamatan guru sehingga unsur sekolah dasar antara lain senang bermain, subjektivitas masih sangat dominan, sedang-
senang bergerak, senang bekerja dalam ke- kan untuk melihat kemajuan hasil belajar
lompok, dan senang merasakan atau mela- penjas diperlukan pengukuran yang baik di-
kukan/memperagakan sesuatu secara lang- dukung instrumen yang baik pula.
sung. Kenyataan yang ada di Indonesia Penilaian adalah upaya atau tindakan
masih banyak orang tua yang menekankan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
anak untuk belajar melalui bimbingan belajar telah ditetapkan itu tercapai atau tidak.
atau les pelajaran setelah selesai sekolah Dengan kata lain, penilaian berfungsi seba-
sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk gai alat untuk mengetahui keberhasilan pro-
bermain.
ses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem Salah satu olahraga permainan beregu pendidikan nasional rumusan tujuan pendi-
yang diajarkan pada matapelajaran pendidik- dikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan
an jasmani, olahraga, dan kesehatan di SD instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
adalah bolabasket. Bolabasket adalah salah belajar dari Benyamin Bloom yang secara
satu olahraga popular di dunia dan digemari garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
oleh semua kalangan baik pria maupun yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
wanita, usia tua ataupun muda. Adanya psikomotorik (Zaifbio, 2009).
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan Kebutuhan aktivitas jasmani pada masa
menjadikan teknik anak menjadi tuntutan utama, mengingat
teknologi
(iptek)
permainan bolabasket mengalami perkem- bahwa jasmani menjadi dasar untuk kese-
bangan. Dewasa ini banyak sekali cabang- hatan tubuh, sehingga memungkinkan aspek
cabang olahraga yang dipelajari di setiap lain tumbuh dan berkembang secara sem-
sekolah dengan menggunakan teknik dan purna baik fisik, psikis, maupun intelektual.
gerakan yang bervariasi, baik sekolah dasar Pembudayaan aktivitas jasmani yang dike-
hingga sekolah menengah umum, termasuk mas dalam bentuk cabang olahraga meru-
olahraga bolabasket yang juga selalu meng- pakan salah satu unsur penting dalam rang-
alami perkembangan. Semakin hari minat ka pemasalan cabang olahraga tersebut. Hal
siswa SD terhadap olahraga bolabasket ini menjadi obsesi para pembina olahraga
semakin bertambah.
bahwa pemasalan merupakan awal dari pro- Menurut Bompa (1994:11) perkembang- ses pembinaan.
an keterampilan dan kemampuan berolah- Pembinaan sejak dini yang benar dan ber-
raga dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; 1) kesinambungan akan memperluas kemung-
kelompok praktis dimulai olahraga; 2) kelom- kinan memperoleh olahragawan di masa
pok umur pengkhususan; dan 3) kelompok mendatang. Proses ini tentu saja merupakan
untuk jangka penampilan tertinggi. Usia proses jangka panjang dan mungkin mem-
umum untuk memulai latihan bolabasket bosankan
adalah usia 7-8 tahun, pengkhususan atau Pertumbuhan dan perkembangan anak ber-
(Lumintuarso,
spesialisasi pada rentang usia 10-12 tahun, langsung satu kali dalam kehidupan yang
dan prestasi tertinggi dicapai pada usia 20- berjalan secara alami, artinya anak akan
25 tahun.
tetap tumbuh dan berkembang walaupun Sukadiyanto (2005:14-15) menambah- tidak ada upaya yang terprogram dan ber-
kan bahwa latihan bagi olahragawan yunior kelanjutan. Sumber daya manusia yang ber-
lebih ditekankan pada pengembangan kete- kualitas dapat diperoleh apabila memper-
rampilan untuk pengayaan gerak dan bersi- hatikan anak sejak usia dini dan merancang
fat menyenangkan, terutama untuk mengem- dengan baik suatu latihan yang bersifat
bangkan kemampuan fisiologis anak dalam pemasalan.
menerima beban latihan. Berikut tujuan Clark (2008:54) menyatakan bahwa di
latihan yang disesuaikan dengan usia dan Kanada pada tahun 2005, 51% dari anak
kesiapan anak tersaji pada Tabel 1. usia 5 sampai 14 tahun (2 juta anak) secara berkala ambil bagian dalam olahraga. Seki- tar 51% dari anak-anak aktif berpartisipasi dalam olahraga lebih dari satu jenis olahra-
ga. Hasil penelitian tersebut dapat mengam- barkan bahwa karakteristik anak di usia
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 34
Tabel 1. Tujuan Latihan yang Disesuaikan Dengan Usia dan Kesiapan Anak
Usia 6-10 tahun
1. Membangun Kemau-
Usia 11-13 tahun
an (interes) 1. Pengayaan keteram-
Usia 14-18 tahun
pilan gerak
1. Peningkatan latihan
Usia dewasa
2. Menyenangkan
2. Penyempurnaan
2. Latihan khusus
Puncak penampilan
atau masa prestasi 3. Belajar berbagai ke-
teknik
3. Persiapan untuk
3. Frekuensi kompetisi
terampilan gerak
meningkatkan lati-
Prestasi olahraga merupakan akumulasi untuk mengevaluasi tingkat keterampilan dari kualitas fisik, teknik, taktik, dan kematang-
bolabasket untuk siswa sekolah dasar. an psikis yang sengaja disiapkan melalui
Belum adanya konstruksi tes keteram- proses latihan. Sekolah dasar merupakan
pilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar media yang tepat untuk pengenalan olahra-
sehingga tidak adanya alat ukur baku yang
ga sejak dini yang bertujuan untuk menge- dapat mengakibatkan kurang optimalnya pe- nalkan olahraga secara spesifik dengan tidak
manduan bakat dan pemilihan bibit unggul meninggalkan gerak-gerak dasar. Sports
atlet berbakat sejak usia dini. Coach UK (2003:3) memperkuat hal tersebut
Berdasarkan kenyataan yang ada di la- dengan menyatakan bahwa keberhasilan
pangan dan melihat kondisi yang ada, akhir- performa pada level tinggi merupakan hasil
nya dirasa perlu menciptakan suatu alat ukur dari proses latihan sejak masa kanak-kanak
untuk mengevaluasi tingkat keterampilan dan latihan selama 10 tahun.
bolabasket melalui konstruksi tes keteram- Berdasarkan hasil referensi, ada 4 pene-
pilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar litian tentang tes keterampilan bermain bola-
agar guru olahraga lebih mudah untuk basket yakni adaptasi tes keterampilan
mengukur kemampuan siswa dalam olahraga AAHPRED 1984 bagi pemain kelas 1 SMTP
bolabasket sehingga secara tidak langsung putra di Kotamadya Yogyakarta, penyusu-
guru ataupun pelatih bolabasket SD dapat nan tes keterampilan bermain bolabasket
menyaring atlet berbakat melalui alat ukur usia yunior, penyusunan alat evaluasi kete-
tes baku yang dibuat dalam penelitian ini, rampilan bermain bolabasket bagi siswa
sekaligus sebagai jawaban secara ilmiah putra dan putri Sekolah Lanjutan Tingkat
terhadap penguasaan teknik dasar yang Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta,
benar sejak permulaan latihan. pengembangan tes keterampilan bermain
Berdasarkan uraian pada latar belakang, bolabasket bagi siswa SMA di Kota Yogya-
masalahnya adalah karta. Penelitian-penelitian tersebut meng-
maka
rumusan
“Bagaimanakah konstruksi tes keterampilan acu pada tes keterampilan bolabasket menu-
bolabasket untuk siswa sekolah dasar? ” rut STO, Lehten, AAHPER, dan Johnson. Tes keterampilan bolabasket yang telah
Tes, Pengukuran, dan Evaluasi
diteliti di atas merupakan tes keterampilan Tes adalah instrumen yang membutuhkan untuk anak usia yunior, siswa Sekolah
unjuk kerja dari individu selama dites, sedang- Menengah Pertama (SMP), dan siswa
kan penilaian merupakan suatu proses untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pelajaran
menentukan status seseorang sehubungan bolabasket sudah ada dalam kurikulum SD,
dengan patokan yang dipakai sebagai refe- tetapi belum ada alat evaluasi keterampilan
rensi. Penilaian harus selalu dilakukan oleh bolabasket ataupun cara penilaian gerak
pelatih dan bukan atlet, walaupun atlet dapat bolabasket. Dengan melihat kondisi yang
juga merupakan pembantu yang penting. ada maka perlu dicip-takan suatu alat ukur
Demikian dalam pembelajaran penjas di se-
35 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
kolah, guru penjas yang harus melakukan dalam pengukuran (Miller, 2002). Nitko (1983) penilaian.
menambahkan validitas mengacu pada ting- Menurut Mackenzie (2005) tes evaluasi
kat ketepatan nilai tes yang diinterpretasi- penampilan terdiri atas daya tahan, kelincah-
kan dengan cara tertentu atau manfaat nilai an, mobilitas dan keseimbangan, komposisi
tes untuk tujuan tertentu. Jenis-jenis validitas tubuh, kekuatan, kecepatan dan power, psi-
(kesahihan) antara lain: 1) Validitas muka kologi olahraga, dan kesehatan umum.
(face validity): Menurut Miller (2002) uji me- Azwar (2007) memperjelas tes yang
miliki validitas muka atau validitas logis, digunakan dengan memiliki prosedur yang
ketika mengukur skill dan kemampuan yang sistematik, yakni a) Item-item dalam tes
diinginkan. Validitas muka yang terbaik adalah disusun menurut cara dan aturan tertentu; b)
menentukan validitas dari tes satu dengan Prosedur administrasi tes dan pem-berian
lainnya dengan menerangkan prosedur; 2) angka terhadap hasilnya harus jelas dan
Validitas isi (content validity). Miller (2002) dispesifikasikan secara terperinci; dan c)
menyatakan bahwa validitas isi berhubungan Setiap orang yang mengambil tes tersebut
dengan seberapa baik tes mengukur semua harus mendapat item-item yang sama dalam
keterampilan dan materi pembelajaran yang kondisi yang sebanding.
telah disampaikan oleh peneliti. Nitko (1983) Rachman
menambahkan bahwa item tes pada bahwa proses evaluasi merupakan bagian
menyatakan
validitas isi merupakan perwakilan dari kese- integral dari proses pembelajaran, yang
luruhan atau seluruh bidang yang dianggap memungkinkan pengajar mampu membuat
mewakili. Diperkuat Azwar (2008) bahwa keputusan yang benar mengenai pencapain
validitas isi merupakan validitas yang belajar. Penilaian dapat dilakukan dengan
diestimasi lewat professional judgment; 3) tujuan menetapkan nilai atau menetapkan
Validitas konstruk (construct validity). Miller umpan balik untuk mendiagnosa kelebihan
(2002) menyatakan validitas konstruk meng- dan kekurangan proses pembelajaran yang
acu pada derajat individu yang memiliki sifat sedang berlangsung (sumatif), serta melihat
cemas, cerdas, dan motivasi yang membang- kemajuan belajar (formatif). Dalam proses
un, yang diasumsikan akan tercermin dalam penilaian terdapat kegiatan tes dan
hasil tes; 4) Validitas konkuren (concurrent pengukuran, hubungan timbal balik di antara
validity). Ismaryati (2006) menyatakan validi- tes, pengukuran, dan evaluasi sangat erat
tas konkruen adalah validitas yang ditinjau karena proses penilaian hampir selalu
dari segi hubungan antara alat ukur dengan menggunakan tes dan pengukuran untuk
suatu kriteria. Azwar (2008) menambahkan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
apabila skor tes dan skor kri-teria dapat pada saat pemberian nilai.
diperoleh dalam waktu yang sama, maka Nurrochmah (2009) menyatakan “to
korelasi antara kedua skor ter-sebut determine the level of skill acquisition and
merupakan koefisien validitas kon-kruen; 5) development or improvement of skills pos-
Validitas prediktif atau validitas ramalan sessed by each athlete, it is necessary to do
Miller (2002) the evaluation measures. Evaluation should
(predictive
validity).
menyatakan validitas prediktif diukur dengan
be based on test result from a variety of memberikan ramalan tes dan tes berhu- skills possessed .”
bungan dengan ukuran standar yang diper- Sebelum membuat tes, harus memper-
oleh di kemudian hari. Saifuddin Azwar (2008) timbangkan: 1) acuan kriteria norma dan peng-
menambahkan bahwa validasi prediktif pada ukuran harus digunakan; dan 2) harus me-
setiap tahap harus diikuti oleh usaha pening- miliki kriteria tes yang baik (Miller,2002). Tes
katan kualitas item tes dalam bentuk revisi, yang dimaksud adalah tes yang memenuhi
modifikasi, dan penyusunan item-item baru syarat validitas, reliabilitas, objektivitas, dis-
agar prosedur yang dilakukan mempunyai kriminitas, dan praktibilitas.
arti yang lebih signifikan dan bukan sekedar pengujian secara deskriptif saja.
Validitas
Validitas adalah kriteria yang paling pen-
Reliabilitas
ting untuk dipertimbangkan ketika mengeva- Reliabilitas adalah tingkat konsistensi luasi tes karena validitas mengacu pada sejauh
antara 2 ukuran dari hal yang sama (Mehrens mana tes benar-benar mengukur masalah
& Lehmann, 1973). Diperkuat oleh Miller
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 36
(2002) reliabilitas adalah konsistensi tes, masing-masing lima orang yang saling ber- artinya sebuah tes yang dapat diandalkan
tanding mencetak point dengan memasuk- harus mempunyai hasil kurang lebih sama
kan bola ke dalam keranjang lawan. Bola- tanpa mempedulikan jumlah waktu yang di-
basket sangat cocok ditonton karena biasa berikan. Nitko menambahkan (1983) peni-
dimainkan di ruang olahraga tertutup dan laian tes yang tidak konsisten dikarenakan
hanya memerlukan lapangan yang relatif perilaku testi/anak coba tidak stabil.
kecil. Selain itu, bolabasket mudah dipelajari Pendekatan konsistensi internal dilaku-
karena bentuk bolanya yang besar, sehingga kan dengan menggunakan satu bentuk tes
tidak menyulitkan pemain ketika memantul- yang dikenakan hanya sekali saja pada
kan atau melempar bola. sekelompok subjek (single trial administra-
Menurut Mylsidayu (2009) bolabasket tion) dengan tujuan melihat konsistensi antar
adalah suatu olahraga beregu yang item atau antar bagian dalam tes itu sendiri,
bertujuan untuk mendapatkan point dengan ke-mudian tes dibagi menjadi beberapa
menggunakan teknik yang benar. Diperkuat beahan (Azwar, 2008:41-42).
oleh Hoy and Carter (1980) yang menya- takan bahwa basketball is a fast-moving.
Objektivitas
High-scoring indoor game that requires of Menurut Miller (2002) suatu tes memiliki
the individual player extreme qualities of objektivitas tinggi jika dua atau lebih orang
skill, precision, control and agility, as well as bisa mengelola tes dan kelompok yang sama,
the physical prerequisites vital for athletic ex- serta memperoleh hasil kira-kira sama. Tes
cellence. Menurut FIBA (2008) basket-ball is yang memiliki nilai objektivitas yang tinggi
played by two (2) teams of five (5) players berupa soal pilihan ganda, benar-salah, dan
each. The aim of each team is to score in the te pencocokan karena sudah ada penilaian
opponents basket and to prevent the other yang tersedia, sedangkan tes yang memiliki
team from scoring. Suatu regu yang telah objektivitas rendah adalah tes esai.
mencetak angka terbanyak pada akhir waktu permainan menjadi pemenang.
Diskriminitas
Mini bolabasket adalah permainan se- Menurut Ismaryati (2006) tes yang baik
derhana dan permainan keterampilan bukan harus dapat membedakan kemampuan sis-
kekuatan, serta anak laki-laki dan perem- wa sesuai dengan tingkat keterampilan dan
puan bermain bersama. Mini bolabasket kepandaian siswa sehingga dapat mem-
adalah cara yang ideal untuk memperkenal- bedakan siswa yang berkemampuan jelek,
kan permainan bolabasket untuk anak-anak cukup, baik, dan baik sekali.
(FIBA
2010). Permainan bolabasket dapat diajarkan sejak anak masih
Oceania,
Praktibilitas
kecil. Mini bolabasket khusus diciptakan Menurut Ismaryati (2006) praktibilitas ada-
untuk anak-anak berusia delapan tahun lah pertimbangan yang bersifat praktis dan
sampai tiga belas tahun agar mengenal dapat mempengaruhi tes meliputi; waktu dan
olahraga, juga membantu menyiapkan fisik biaya, kemudahan pengadministrasian, dan
yang ikut terli-bat dalam olahraga ini. kemudahan dalam penafsiran.
Menurut Ahmadi (2007) perlengkapan Berdasarkan uraian di atas dapat dikata-
dan peralatan permainan bolabasket terdiri kan bahwa tes yang baik apabila mencakup
atas: (1) Bola yang digunakan dalam kriteria yang ada, yaitu valid, reliabel, objek-
permainan bolabasket harus memiliki syarat: tif, diskriminitas, dan praktibilitas. Dalam prak-
a) bola terbuat dari kulit, karet, atau bahan tek di lapangan belum tentu bisa terlaksana
sintetis lainnya; b) putra mengguna-kan bola secara keseluruhan tetapi tes dapat dikata-
ukuran 7 dengan keliling lingkaran 749-780 kan cukup memadai apabila memenuhi tiga
mm dan berat 567-650 gram, dan putri syarat utama yang telah ditentukan yaitu
menggunakan bola ukuran 6 dengan keliling valid, reliabel, dan objektif.
lingkaran 724-737 mm dan berat 510-567 gram; (2) Lapangan, permainan bolabasket
Bolabasket
sebenarnya/pertandingan resmi, dilakukan Bolabasket adalah olahraga bola kelom-
disebuah lapangan empat persegi panjang pok yang terdiri atas dua tim beranggotakan
dengan ukuran panjang dan lebar garis
37 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
lapangan 28 m x 15 m, garis tengah anak dapat menggambar lebih rapih, pada lingkaran ditengah lapangan 3,6 m, tinggi
umur 8-10 tahun anak dapat menulis lebih ring basket 2,75 m, diameter ring basket
kecil dan sempurna daripada sebelumnya. 0,45 m, ukuran papan pantul panjang x
Sekitar umur 10-12 tahun, anak dapat me- lebar: 1,8 m x 1,2 m; (3) Pakaian, pemain di
nguasai keterampilan yang kompleks, setara Indonesia menggunakan seragam kostum
orang dewasa, misalnya olahraga. bolabasket yakni celana pendek dan baju
Pada umumnya anak-anak pada akhir tidak berlengan dengan nomor punggung 4-
masa kanak-kanak adalah siswa sekolah
15. Saat latihan menggunakan pakaian yang dasar, yaitu anak-anak yang lebih senang aman (tidak terlalu longgar/sempit), tidak
melakukan berbagai kegiatan fisik seperti mengganggu gerakan, tidak mendatangkan
bergerak, berlari, lompat-lompat, memanjat gangguan, serta nyaman dan enak dipakai,
kemudian melompat dan berlari lagi. Oleh celana tidak terlalu pendek, dan bahan pa-
sebab itu, guru/pendidik harus memberikan kaian sebaiknya terbuat dari katun sehingga
kesempatan kepada siswa sekolah dasar dapat memperlancar penguapan keringat;
untuk melakukan kegiatan fisik sehingga (4) Sepatu yang dikenakan adalah sepatu
dapat menggerakkan semua bagian tubuh. yang sesuai dan cocok untuk permukaan
Semua anak tumbuh, dan dengan per- lapangan yang digunakan. Sepatu yang
tumbuhan datang berbagai tingkat perkem- digunakan memiliki lapisan bagian dalam
bangan fisik. Menurut Lwin, dkk (2008) seo- yang elastis dan lembut sehingga terasa
rang anak dengan kemampuan fisik sampai nyaman di kaki.
potensi maksimal dapat menikmati berbagai Berdasarkan penjelasan tentang peralat-
bentuk aktivitas fisik, dan cepat menyerap an dan perlengkapan permainan bolabasket
keterampilan baru. Sebaliknya, seorang di atas, dalam penelitian ini hanya akan me-
anak dengan kecerdasan fisik yang rendah modifikasi peralatan bolabasket saja yaitu
mungkin takut dan tidak menyukai tugas ukuran bola dan ring basket.
yang dihadapi.
Anak-anak senang bermain karena me-
Karakteristik Anak SD
lalui bermain dapat belajar sosial dan kete- Masa kanak-kanak dimulai pada akhir
rampilan fisik, toleransi, disiplin dan meng- masa bayi sampai saat anak matang secara
hormati orang lain (UNICEF, 2010:1). Selain sekual, yakni sekitar umur 2 tahun sampai
itu, Jago et al. (2010) menyatakan bahwa umur 12 tahun. Masa kanak-kanak dibagi
anak-anak dapat melakukan kegiatan yang menjadi dua periode, yaitu awal masa
bermacam-macam dalam sehari. Sejalan kanak-kanak, sekitar umur 2 tahun sampai 6
dengan pendapat di atas, Brockman et al. tahun, dan akhir masa kanak-kanak sekitar
(2011) menyatakan aktivitas fisik dalam ber- umur 6-12 tahun (Rumini & Sundari, 2004).
main memiliki potensi untuk meningkatkan Pendidik memberi sebutan anak masa
aktivitas fisik anak-anak serta mendukung akhir kanak-kanak dengan masa sekolah
perkembangan anak secara optimal. karena sudah saatnya anak-anak memperoleh
Aktivitas fisik anak-anak pada dasarnya dasar-dasar pengetahuan. Menurut Samples
kompleks, yang melibatkan berbagai macam (2002) tujuan belajar harus lebih dari seke-
kegiatan sekolah, olahraga tim yang teror- dar membuat siswa mampu memahami hal-
ganisasi, dan permainan yang tidak terstruk- hal mendasar karena siswa dari segala usia
tur (Jago et al., 2010). Sekolah dapat ber- harus diizinkan untuk memanfaatkan seluruh
fungsi sebagai tempat yang sangat baik daya dan kemampuan dari rancangan otak
untuk siswa melakukan kegiatan fisik sehari- pikiran.
hari, sekaligus untuk mengajarkan penting- Menurut Rumini & Sundari (2004)
nya aktivitas fisik secara teratur untuk kese- perkembangan keterampilan anak tidak da-
hatan, dan untuk membangun keterampilan pat terlepas dari perkembangan koordinasi
yang mendukung gaya hidup sehat. senso motorik, yaitu perkembangan kerjasa-
Aktivitas fisik secara teratur pada anak ma antara kemampuan indera dengan
dihubungkan dengan massa tubuh yang ren- perkembangan motorik. Keterampilan anak
dah, tekanan darah, tingkat insulin, dan pada akhir masa kanak-kanak berkembang
mental meningkat. Kebanyakan anak men- menjadi lebih halus dan terkoordinir daripada
dapatkan aktivitas fisik lebih dari satu kon- masa sebelumnya. Menjelang umur 7 tahun,
teks sehingga memberikan manfaat sosial
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 38
dan kesehatan yang berbeda (Brockman, belajar keterampilan baru, olahraga itu me- 2011).
nyenangkan, adanya kerjasama, latihan dan Pendidikan jasmani, olahraga, dan kese-
kebugaran, dan adanya tantangan untuk hatan (penjaskes) di sekolah merupakan ba-
menang (Weinberg & Gould, 2003). gian integral dari sistem pendidikan secara
Salah satu kebutuhan aktivitas jasmani menyeluruh, yang memfokuskan pada aspek
pada anak-anak melalui pendidikan jasmani, pengembangan kebugaran jasmani, kete-
olahraga dan kesehatan. Menurut Lily Djokosetio rampilan motorik, keterampilan berpikir kritis,
(2007) pendidikan jasmani bertujuan untuk stabilitas emosional, keterampilan sosial, pe-
meningkatkan kesegaran jasmani, disiplin, nalaran dan tindakan moral melalui kegiatan
tata aturan, dan sebagainya. Selain itu, pen- fisik (Supriyadi, 2009).
didikan jasmani mempunyai peranan penting Karakteristik jasmani siswa sekolah dasar
untuk meningkatkan proses belajar dan daya umur 10-12 tahun (kelas V dan VI) yang di-
ingat (learning and memory). Oleh sebab itu, miliki antara lain: 1) pertumbuhan otot lengan,
pendidikan jasmani yang melibatkan kompo- dan tungkai makin bertambah; 2) ada kesa-
nen-komponen di atas akan merangsang ba- daran mengenai badannya; 3) anak laki-laki
gian-bagian otak tertentu sehingga dapat menguasai permainan kasar; 4) pertumbuh-
meningkatkan kondisi fisik dan kondisi pem- an tinggi dan berat badan tidak beda baik;
belajaran akademis.
5) kekuatan otot tidak menunjang pertum- Keterampilan motorik yang telah dise- buhannya; 6) waktu reaksi makin baik; 7) per-
butkan di atas dapat diperoleh melalui pe- bedaan akibat jenis kelamin makin nyata; 8)
rencanaan gerakan (motor planning) dan koordinasi makin baik; 9) badan lebih sehat
belajar gerakan (motor learning) dimana dan kuat; 10) tungkai mengalami masa per-
keterampilan motorik dipengaruhi oleh banyak tumbuhan yang lebih kuat bila dibandingkan
faktor seperti keseimbangan (balance), kece- dengan bagian anggota atas; 11) perlu di-
patan, kekuatan, koordinasi, dan ketangkas- ketahui bahwa ada perbedaan kekuatan otot
an. Selanjutnya, Santrock (2002) menyatakan: dan keterampilan antara anak laki-laki dan
“During middle and late childhood children’ putri.
motor development becomes much smoo- Anak umur 11-12 tahun, berada pada ta-
ther and more coordinate than it was in early hap kemampuan motorik siswa sekolah
childhood. As children move through the dasar yang dimiliki antara lain: 1) mengem-
elementary school years, they gain greater bangkan dasar bermain dan keterampil-
control over their bodies and can sit and angerak (movement skill); 2) mengembang-
attend for longer period of time. An important kan endurance seperti perkembangan otot
principle of practice for elementary school dan memperbaiki koordinasi; 3) memperbaiki
children, therefore, is that they should be kecepatan dan ketepatan; 4) mengembang-
engaged in active, rather than passive, kan perlawanan terhadap kelelahan, menam-
activities ”.
bah aktivitas yang intensif; 5) mengetahui Aktivitas bermain pada anak-anak akan bagaimana rileks dan menggunakan masa
lebih banyak dilakukan dengan aktivitas jas- istirahat (Yudanto, 2005; Sukintaka, 1997).
mani, dan aktivitas jasmani yang dikelola Pada fase spesifikasi usia 10-13 tahun
secara cermat merupakan salah satu usaha ini, anak sudah dapat menentukan pilihan-
yang disengaja untuk mengubah keadaan nya akan cabang olahraga yang disukainya,
anak. Salah atu tugas guru penjas ialah me- secara umum sudah memiliki kemampuan
ngembangkan kemampuan motorik anak, dalam koordinasi dan kelincahan yang jauh
untuk kemudian memberikan bimbingan un- lebih baik. Pada fase ini anak-anak memilih
tuk penguasaan dasar keterampilan gerak untuk mengkhususkan pada salah satu ca-
atau teknik-teknik cabang-cabang olahraga bang olahraga yang dianggap mampu untuk
(Sukintaka, 1997).
dilakukan. Anak-anak juga sudah mulai bisa Salah satu aktivitas jasmani pada pela- menilai kelebihan dan kekurangan yang di-
jaran pendidikan jasmani, olahraga, dan ke- miliknya. Anak mulai mencari atau menghin-
sehatan berupa keterampilan motorik adalah dari aktivitas yang tidak disukainya (Yudanto,
pelajaran bolabasket yang diberikan pada 2005). Pada umumnya, alasan anak-anak
kelas V dan VI. Pelajaran bolabasket pada berpartisipasi dalam olahraga karena ingin
Sekolah Dasar merupakan salah satu olah-
39 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
raga yang menyenangkan yang membangun aktivitas yang menjadi pusat perhatian pe- koordinasi tangan-mata-kaki, meningkatkan
neliti.
pengenalan akan bola, keterampilan umum Hasil studi pustaka menunjukkan bahwa seperti menembak, membuat permainan
Tes keterampilan bolabasket yang sudah bolabasket menjadi suatu kegiatan yang
ada mengacu pada tes keterampilan bola- edukasional, dan dapat dinikmati anak-anak.
basket menurut Lehten, STO, AAHPER, dan Johnson. Selain itu, menganalisis masalah yang disusun dan potensi dari penelitian ini
METODE
adalah salah satu model tes yang disusun Jenis penelitian ini adalah penelitian dan
belum pernah ada yang meneliti. pengembangan (research and development)
Hasil studi lapangan menunjukkan bah- melalui survei dengan tes pengukuran.
wa tes keterampilan bolabasket siswa seko- Penelitian ini merupakan model penelitian
lah dasar ini terdiri atas teknik dasar bola- yang bertujuan mengembangkan dan mem-
basket secara umum yakni tes dribble, validasi produk pendidikan dan pembelajar-
passing, dan shooting. Kekuatan dari tes an untuk meningkatkan dan mengembang-
keterampilan bolabasket yang sudah ada kan mutu pendidikan dan pembelajaran
adalah alat ukur sudah memenuhi syarat secara efektif. Produk yang dikembangkan
dan sahih. Kelemahan dari tes-tes tersebut dalam penelitian ini berupa alat evaluasi tes
adalah tidak dapat digunakan oleh siswa keterampilan bolabasket untuk siswa seko-
sekolah dasar karena ring yang terlalu tinggi lah dasar (yang disesuaikan bagi anak usia
dan bola yang terlalu besar. Oleh sebab itu, 10-12 tahun).
dalam penelitian ini, peneliti merancang dan Konstruksi tes keterampilan bolabasket
membuat tinggi ring basket yang sedikit untuk siswa sekolah dasar menggunakan
diperpendek sesuai ukuran tubuh anak-anak model deksriptif prosedural di mana dalam
Indonesia yang memiliki postur tubuh tidak konstruksi tes keterampilan bolabasket me-
terlalu tinggi seperti di negara-negara Barat. nggariskan langkah-langkah yang harus di-
Ukuran bola yang digunakan adalah bola ikuti untuk menghasilkan sebuah produk.
ukuran 5 dengan tujuan agar anak-anak Tahap dasar yang harus dilakukan untuk
tidak mengalami kesulitan dalam hal melem- konstruksi yaitu konseptualisasi masalah,
par bola, menangkap bola, menggiring bola, pembuatan produk, dan uji coba produk. Jika
maupun menembak ke ring basket. keputusan dapat diterima maka pembuatan produk dapat dimulai dan apabila belum
b. Pengembangan prototipe
dapat diterima maka proses harus diulangi. Setelah model pengembangan berda- Teknik ini digunakan untuk membangun
sarkan studi pendahuluan ditetapkan, kemu- atau mengembangkan tes psikomotorik, di-
dian dilanjutkan kegiatan menganalisis teknik- gunakan dengan harapan dapat memper-
teknik keterampilan cabang olahraga yang oleh instrumen yang valid dan reliabel dengan
dijadikan butir tes eksperimen, membanding- melibatkan para ahli dalam bidang olahraga
kannya dengan pengetahuan yang ada dilite- khususnya ahli mengenai olahraga bolabasket.
ratur.
Indikator tes keterampilan bolabasket terdiri atas dribble, passing, shooting, pivot, dan footwork. Adapun indikator tes keteram- pilan bolabasket untuk siswa sekolah dasar yang digunakan adalah dribble, passing, dan
Prosedur Pengembangan Indikator Kete-
shooting karena ketiga teknik tersebut lebih
rampilan Bolabasket
dominan dan lebih besar sumbangannya dibandingkan dua teknik lainnya dalam
a. Studi pendahuluan
permainan bolabasket.
Studi pendahuluan dilakukan dalam dua Selanjutnya, menyusun butir-butir instru- bentuk, yaitu studi pustaka dan survei terha-
men berdasarkan indikator yang telah ditentu- dap kondisi empirik penelitian. Setelah mela-
kan untuk pengembangan masing-masing kukan kajian teori kemudian melakukan survei
variabel. Penyusunan butir-butir tersebut di- lapangan untuk mengetahui kondisi nyata di
sertai dengan penyusunan pelaksanaan atau lapangan sebagai tempat berlangsungnya
prosedur pelaksanaan tes yang baku beserta
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 40
cara penilaian. Setelah penyusunan butir tes
d. Diseminasi produk
selesai, dilanjutkan dengan penilaian expert Setelah melalui berbagai langkah terse- judgment terhadap indikator, susunan butir-
but maka dihasilkan tes keterampilan berma- butir tes per variabel, dan prosedur pelak-
in bolabasket untuk siswa sekolah dasar. sanaan tes yang baku.
Adapun indikator tes keterampilan bolabas- Penilaian atau validasi dengan expert
ket siswa sekolah dasar tersaji pada tabel 5. judgment adalah untuk memeriksa isi instru-
Diseminasi produk hasil pengembangan men secara sistematis serta mengevaluasi
adalah tersusunnya sebuah norma penilaian relevansi dengan variabel yang ditentukan.
keterampilan bolabasket untuk siswa seko- Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
lah dasar.
mana instrumen yang digunakan dalam pe- nelitian telah mencerminkan keseluruhan aspek yang diukur. Expert judgment meng-
HASIL
gunakan tiga orang ahli yakni: 1) ahli dalam permainan bolabasket; 2) ahli tes, pengukur-
Pelajaran bolabasket sudah diajarkan di an, dan evaluasi; 3) ahli metodologi peneli-
kelas V dan VI sekolah dasar, hal ini ter- tian. Kemudian merevisi kembali hasil telaah
tuang dalam kurikulum 2004 yang dapat dari expert judgment, teknik, dan literatur di
dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembel- awal langkah pengembangan tes keterampil-
ajaran (RPP) tetapi secara keseluruhan an bolabasket untuk siswa sekolah dasar.
belum diajarkan oleh guru Penjas sekolah dasar karena keterbatasan alat seperti ring
c. Uji lapangan
dan bolabasket, selain itu tes keterampilan Ada tiga tahap uji lapangan yang dilaku-
bolabasket di sekolah dasar juga belum kan secara berurutan dalam penelitian ini.
pernah dibuat.
Pertama, preliminary field test (uji lapangan Penelitian ini bertujuan untuk mengkon- awal), peneliti mencoba produk awal pada
struksi tes keterampilan bolabasket untuk satu sekolah dengan mencatat proses dan
siswa sekolah dasar yang valid dan reliabel hasil selama uji produk yang akan diguna-
berdasarkan indikator-indikator keterampilan kan untuk bahan perbaikan prototipe model.
bolabasket. Penelitian ini bersifat penelitian Kedua, main field test (uji lapangan utama).
dan pengembangan karena mengembang- Uji tahapan ini dilakukan secara berulang-
kan tes keterampilan bolabasket yang sudah ulang sesuai kebutuhan penelitian. Hasil uji
ada. Peneliti mengambil beberapa model tes lapangan ini akan menjadi bahan untuk me-
yang sudah ada yang juga telah digunakan revisi prototipe model sebelum menuju pada
pada peneliti-peneliti sebelumnya, yaitu tes
tahap uji lapangan berikutnya. Ketiga,
keterampilan bolabasket menurut Lehten, operational field test (uji lapangan operasio-
STO, AAHPER, dan Johnson, selain peng- nal), menggunakan desain eksperimen yang
gabungan model tes yang sudah ada, pe- me-nggunakan tes awal dan tes akhir. Hasil
neliti juga menggunakan modifikasi tes yang uji eksperimen kemudian dianalisis nilai
lain sesuai dengan kebutuhan komponen efektivitas instrumen.
keterampilan bolabasket. Konstruksi tes keterampilan bolabasket
Tabel 2. Indikator Tes Keterampilan
untuk siswa sekolah dasar yang telah dibuat
Bolabasket Siswa Sekolah Dasar
mengacu pada tes-tes sebelumnya, sedang-
Aspek yang Indikator
No.
Metode/
kan untuk norma penilaian belum ada. Oleh
diukur
butir sumber data
sebab itu, peneliti membuat norma tes sen-
Keterampilan 1. Dribble
1 Analisis
diri dengan cara mengklasifikasi data yang
bolabasket
teknik,
sudah ada yakni berdasarkan klasifikasi/
untuk siswa 2. Passing
2 review
pembagian kelas dengan cara hasil nilai
sekolah dasar
literatur, dan
terbesar dikrangi nilai terkecil kemudian di-
3. Shooting
3 expert
bagi jumlah klasifikasi yaitu lima, tetapi pe-
judgment
nelitian ini sifatnya belum final karena masih menggunakan pedoman sendiri yang dalam
penelitian dan pengembangan ini masih da- pat dikembangkan atau disempurnakan
41 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
kembali. Tabel nilai skala besar untuk siswa
[ Tabel 6. Tes Passing Putra
putra dan putri tersaji pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Nilai Skala Besar Tes
Keterampilan Bolabasket Untuk
Siswa Putra Sekolah Dasar. 5 –9
Shoo- Pas-
ting sing
Keterangan dari data hasil dribble 1
pada uji besar adalah sebagai berikut: a)
kategori baik sekali (waktu tempuh antara
4,43-6,62 detik) berjumlah 22 siswa; b) kategori baik (waktu tempuh antara 6,63-
Tabel 4. Nilai Skala Besar Tes Keterampilan
8,82 detik) berjumlah 80 siswa; c) kategori
Bolabasket Untuk Siswa Putri
sedang (waktu tempuh antara 8,83-11,02 Sekolah Dasar detik) berjumlah 41 siswa; d) kategori kurang
Shoo- Pas-
(waktu tempuh antara 11,03-13,22 detik)
ting sing
1 2 berjumlah14 siswa; e) kategori kurang sekali
(waktu tempuh antara 13,23-15,42 detik)
berjumlah 4 siswa. Data hasil tes dribble 2
putra tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8. Tes Dribble 2 Putra
Interval
Frekuensi %
Untuk dapat mengetahui hasil data yang
didapat pada setiap komponen tes maka
dibuat tabel klasifikasi per item tes. Berikut
data hasil tes shoot putra yang disajikan
pada Tabel 5. 0 –2
Tabel 5. Tes Shoot Putra
Total
Interval Frekuensi
Keterangan dari data hasil dribble 2
pada uji besar adalah sebagai berikut: (a)
kategori baik sekali (jumlah point 9-10)
berjumlah 68 siswa; (b) kategori baik (jumlah
point 7-8) berjumlah 50 siswa; (c) kategori
Total
sedang (jumlah point 5-6) berjumlah 33 siswa; (d) kategori kurang (jumlah point 3-4)
berjumlah 9 siswa; (e) kategori kurang sekali Keterangan dari data hasil shoot pada
(jumlah point 0-2) berjumlah 1 siswa. Data uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori
hasil tes shoot putri tersaji pada Tabel 9. baik sekali (jumlah poin 9-10) berjumlah 32
siswa; b) kategori baik (jumlah poin 7-8)
Tabel 9. Tes Shoot Putri
berjumlah 50 siswa; c) kategori sedang (jum-
lah poin 5-6) berjumlah 46 siswa; d) kategori % kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah 28 siswa;
e) kategori kurang sekali (jumlah poin 0-2)
46 berjumlah 5 siswa. Data hasil tes passing 28,75 putra disajikan pada Tabel 6. 4 –7
Total
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 42
Keterangan dari data hasil shoot pada Tabel 12. Tes Dribble 2 Putri uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori
Interval
Frekuensi %
baik sekali (jumlah poin 9-10) berjumlah 15
siswa; b) kategori baik (jumlah poin 7-8) ber-
jumlah 35 siswa; c) kategori sedang (jumlah
poin 5-6) berjumlah 62 siswa; d) kategori
kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah 39 siswa;
e) kategori kurang sekali (jumlah poin 0-2)
Total
berjumlah 9 siswa. Data hasil tes passing
putri tersaji pada Tabel 10. Keterangan dari data hasil dribble 2 pada uji besar adalah sebagai berikut: a) ka-
Tabel 10. Tes Passing Putri
tegori baik sekali (jumlah poin 9-10) berjum-
Interval
Frekuensi
lah 63 siswa; b) kategori baik (jumlah poin 7-
8) berjumlah 52 siswa; c) kategori sedang
(jumlah poin 5-6) berjumlah 27 siswa; d)
kategori kurang (jumlah poin 3-4) berjumlah
18 siswa; e) tidak ada siswa yang masuk
dalam kate-gori kurang sekali (jumlah poin 0-
Selanjutnya dibuat norma tes untuk anak Keterangan dari data hasil passing pada
sekolah dasar putra dan putri (usia 10-12 uji besar adalah sebagai berikut: a) kategori
tahun) untuk mengetahui hasil tes yang telah baik sekali (jumlah poin 15-17) berjumlah 15
dites. Satuan tes disamakan dengan meng- siswa; (b) kategori baik (jumlah poin 12-14)
gunakan z score. Berikut hasil tes skala berjumlah 23 siswa; c) kategori sedang
besar tes keterampilan bolabasket untuk (jumlah poin 8-11) berjumlah 46 siswa; d)
siswa putra dan putri sekolah dasar berda- kategori kurang (jumlah poin 4-7) berjumlah
sarkan z score tersaji pada Tabel 13 dan 14.
48 siswa; e) kategori kurang sekali (jumlah poin 0-3) berjumlah 28 siswa. Data hasil tes
Tabel 13. Hasil Skala Besar Tes
dribble 1 putri tersaji pada Tabel 11.
Keterampilan Bolabasket untuk Siswa Putra Sekolah Dasar
Jumlah Klasifikasi Interval
Tabel 11. Tes Dribble 1 Putri No.
13 Sangat Baik (SB) 10,23 – 14,17
63 Baik (B) 14,18 – 18,12
58 Sedang (S) 18,13 – 22,07
23 Kurang (K) 22,08 – 26,02
4 Sangat Kurang (SK) Total
Tabel 14. Hasil Skala Besar Tes
Keterangan dari data hasil dribble 1
Keterampilan Bolabasket untuk
pada uji besar adalah sebagai berikut: a)
Siswa Putri Sekolah Dasar
kategori baik sekali (waktu tempuh antara
No.
Jumlah
Jumlah Klasifikasi
6,28-10,22 detik) berjumlah 79 siswa; b)
Nilai
Siswa
kategori baik (waktu tempuh antara 10,23-
7 Sangat Baik (SB)
14,17 detik) berjumlah 62 siswa; c) kategori
66 Baik (B)
sedang (waktu tempuh antara 14,18-18,12
67 Sedang (S)
detik) berjumlah 17 siswa; d) kategori kurang
18 Kurang (K)
(waktu tempuh antara 18,13-22,07 detik)
2 Sangat Kurang (SK)
berjumlah 1 siswa; e) kategori kurang sekali
(waktu tempuh antara 22,08-26,02 detik) Dari hasil norma tes uji besar yang berjumlah 1 siswa. Data hasil tes dribble 2
dibuat maka dapat diketahui pula hasil tes putri tersaji pada Tabel 12.
keseluruhan yang dilakukan siswa dan siswi
43 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 32 - 46
dari 6 sekolah dasar dengan rincian sebagai Pengembangan tes keterampilan bolabasket berikut ini.
menggunakan model deskriptif prosedural di Dari hasil norma tes uji besar yang
mana tes keterampilan bolabasket untuk dibuat maka dapat diketahui pula hasil tes
siswa sekolah dasar menggariskan langkah- keseluruhan yang dilakukan siswa dan siswi
langkah pelaksanaan penelitian dan pengem- dari 6 sekolah dasar dengan rincian sebagai
bangan yang harus diikuti untuk menghasilkan berikut: (1) Kategori putra: (a) kategori
sebuah produk. Teknik dasar bolabasket sangat baik berjumlah 13 siswa; (b) kategori
terdiri atas dribble, passing, shoot, pivot, dan baik berjumlah 63 siswa; (c) kategori sedang
footwork. Adapun teknik dasar yang paling berjumlah 58 siswa; (d) kategori kurang
banyak digunakan dalam permainan bola- berjumlah 23 siswa; (e) sangat kurang
basket adalah shoot, passing, dan dribble berjumlah 4 siswa; dan (2) Kategori putri: (a)
Tahap dasar yang harus dilakukukan kategori sangat baik berjumlah 7 siswa; (b)
untuk konstruksi yaitu konseptualisasi masa- kategori baik berjumlah 66 siswa; (c)
lah, pembuatan produk, dan uji coba produk. kategori sedang berjumlah 67 siswa; (d)
Selanjutnya, apabila keputusan dapat diteri- kategori kurang berjumlah 18 siswa; (e)
ma maka pembuatan produk dapat dimulai kategori sangat kurang berjumlah 2 siswa.
dan apabila belum dapat diterima maka pro- Berdasarkan hasil data penelitian yang
ses harus diulangi. Teknik ini digunakan dilakukan siswa putra maupun putri pada
untuk membangun dan mengembangkan tes ujicoba skala besar yang telah di z score
psikomotorik, dengan harapan memperoleh ditemukan tidak ada perbedaan jumlah nilai
instrumen yang valid dan reliabel dengan skala. Berikut norma skala besar tes kete-
melibatkan ahli dalam bidang olahraga khu- rampilan bolabasket untuk siswa putra dan
susnya ahli mengenai permainan bolabas- putri sekolah dasar disajikan pada Tabel 15.
ket, ahli dalam bidang evaluasi, tes, dan pengukuran olahraga, serta ahli dalam bi-
Tabel 15. Norma Skala Besar Tes
dang metodologi penelitian.
Keterampilan Bolabasket untuk
Alat tes keterampilan bolabasket untuk
Siswa Putra dan Putri Sekolah
siswa sekolah dasar mengacu pada alat-alat
Dasar
tes yang sudah ada dan pernah digunakan
No Jumlah
Klasifikasi
oleh peneliti lain. Adapun alat-alat yang
nilai
digunakan adalah tinggi ring basket 2,5
Sangat Baik (SB)
meter yang dibuat berdasarkan tinggi rata-
Baik (B)
rata anak, bola ukuran 5, dan tinggi target
Sedang (S)
passing ke tanah 40 cm dengan jarak testi
Kurang (K)
1,5 m.
–8 Berdasarkan deskripsi data dan hasil data maka diperoleh suatu pembahasan
5. 7 Sangat Kurang (SK)
Sangat Baik (SB)
sebagai berikut. Hasil data yang diolah oleh peneliti pada akhirnya menghasilkan suatu
konstruksi tes keterampilan bolabasket untuk
PEMBAHASAN
siswa sekolah dasar. Dalam konstruksi tes, peneliti mengacu pada model-model tes
Konstruksi tes keterampilan bolabasket yang sudah ada dan pernah digunakan oleh untuk siswa sekolah dasar dimulai dengan
peneliti lain. Tetapi, untuk tes keterampilan melihat permasalahan-permasalahan faktual
bolabasket siswa sekolah dasar belum dite- yang terjadi dalam proses pembelajaran
mukan norma nilai, sehingga peneliti mem- pendidikan jasmani, olahraga, dan keseha-
buat norma nilai tes sendiri dengan cara tan (penjaskes), selanjutnya mencari penye-
mengklasifikasikan data yang sudah ada bab dan kendala dalam pembelajaran penjas
agar dapat dijadikan pedoman. dan latihan bolabasket, serta mencari cara
Klasifikasi putra dan putri masing- sebagai solusi untuk mengatasi permasa-
masing dibuat terpisah. Pemisahan norma lahan tersebut.
tes dikarenakan oleh beberapa faktor yang Sebuah kegiataan pengembangan dapat
mempengaruhi antara lain: 1) kemampuan dilakukan apabila terdapat data hasil analisis
fisik putra dan putri berbeda; 2) karakteristik kebutuhan berdasarkan kondisi lapangan.
putra dan putri berbeda; 3) gerak anak putri
Apta Mylsidayu, Konstruksi Tes Keterampilan Bolabasket 44
lebih terbatas dibandingkan putra. Setelah hasil data diperoleh dan diolah, tidak ada per-bedaan antara norma tes keterampilan untuk siswa putra maupun putri karena siswa kelas V dan VI sekolah dasar rata-rata berumur 10-12 tahun, di mana pada umur tersebut per-tumbuhan fisiologis anak masih relatif sama, tes yang dibuat tidak mem- butuhkan power sehingga kemampuan fisik antara putra dan putri tidak mempunyai peranan yang besar dalam tes karena tes ini hanyalah tes keterampilan bukan tes fisik.
Model tes dan norma tes yang dihasil- kan berfungsi untuk mempermudah penilai- an keterampilan siswa sekolah dasar. Tetapi ada beberapa kelemahan dalam penelitian ini antara lain penelitian ini hanya menggu- nakan beberapa komponen keterampilan saja sehingga belum menggambarkan suatu penelitian yang lengkap dalam permainan bola-basket, tetapi sudah dapat menjadi syarat minimal dalam bermain bolabasket karena disesuaikan dengan kebutuhan kete- rampilan bermain bolabasket dengan meng- ambil teknik dominan yang digunakan saat bermain yaitu shoot, passing, dan dribble. Tes keterampilan hanya menggunakan tiga teknik tersebut karena memiliki sumbangan yang lebih besar dibandingkan dengan dua teknik lainnya (pivot dan footwork).
Berdasarkan hasil penelitian, tes passing memiliki tingkat kesulitan yang paling rendah karena anak hanya melakukan gerakan satu arah dan teknik yang digunakan tidak mem- butuhkan koordinasi yang kompleks, anak hanya memantul-mantulkan bola ke dinding dengan posisi diam. Tes dribble memiliki tingkat kesulitan sedang karena membutuh- kan koordinasi tangan-mata-kaki saat mela- kukan dribble memasukkan bola ke dalam lingkaran sambil berlari, anak harus menye- imbangkan antara kecepatan dan koordinasi, dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Selanjutnya, tes shoot memiliki ting- kat kesulitan paling tinggi karena anak membutuhkan koordinasi antara tangan- mata-kaki dan ball feeling yang baik untuk memasukkan bola ke dalam ring basket, serta anak harus dapat mengatur tenaga saat melakukan tembakan karena ring basket tanpa dilengkapi papan pantul.
Adapun keunggulan produk ini adalah untuk mempermudah para guru sekolah dasar dalam pemberian nilai keterampilan
bolabasket pada umumnya, dan untuk mem- permudah dalam penelusuran/pemilihan ca- lon bibit atlet pada khususnya. Selain itu, dari segi pembuatan alat tidak terlalu sulit dan alat bolabasket yang dibuat juga dapat digunakan oleh anak-anak kelas I-IV Sekolah Dasar (10 tahun ke bawah).