PENGGUNAAN MEDIA PELATIHAN BOLA MODIFIKASI TERHADAP HASIL PRESTASI SEPAK SILA PADA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW
PENGGUNAAN MEDIA PELATIHAN BOLA MODIFIKASI TERHADAP HASIL PRESTASI SEPAK SILA PADA EKSTRAKURIKULER SEPAK TAKRAW
Ari Susana, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya Email: arisusana26@yahoo.com
Sapto Wibowo, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya Email: bowowibs777@gmail.com
Abstrak: Suatu pemberian media pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan yang diharapkan bisa menangani kesulitan melakukan teknik sepak sila pada ekstra- kurikuler sepak takraw, salah satunya dengan menggunakan media pelatihan bola modifikasi seperti, media balon, media bola gantung, media bola plastik, dan media bola yang tidak standart. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, seberapa besar peningkatan penggunaan media pelatihan bola modifikasi terhadap hasil prestasi sepak sila pada sepak takraw. Populasi dari penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler sepak takraw yang berjumlah 30 orang, sampel yang diambil seluruh siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat - Blitar yang berjumlah 30 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t sampel sejenis.Dari hasil uji t didapatkan nilai t hitung 9,14 > t tabel 2,045 dan penggunaan media pelatihan bola modifikasi ini ternyata dapat memberikan peningkatan hasil prestasi sepak sila pada sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler SMP Negeri 3 Srengat Blitar sebesar 28,77%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bola modifikasi dapat meningkatkan prestasi sepak sila dan sepak takraw. Berdasarkan hasil simpulan maka dalam proses pelatihan sepak sila dan sepak takraw disarankan untuk menggunakan media pelatihan bola modifikasi.
Kata kunci: media pelatihan, bola modifikasi, hasil prestasi, sepak sila.
Dalam proses pelatihan berbagai model da- disebabkan beberapa alasan, diantaranya pat dilakukan untuk mencapai tujuan dengan
keterbatasan sarana prasarana seperti tidak hasil meningkatnya kualitas atlet. Model pe-
memiliki area untuk membuat lapangan per- latihan tersebut dapat dilakukan dengan meng-
mainan sepak takraw, sehingga lebih me- awali bentuk peralatan, model permainan atau-
ngutamakan area untuk olahraga yang wajib pun sarana prasarana yang digunakan agar
diajarkan dalam pendidikan jasmani seperti calon atlet tersebut dapat merasakan dan
bolavoli, sepakbola dan bola basket dan menjiwai permainan yang akan dilakukan.
olahraga ini biasanya dikembangkan pada Permainan sepak takraw itu merupakan
kegiatan pengembangan diri atau biasanya olahraga beregu, yang dimainkan oleh 3
disebut kegiatan ekstrakurikuler. orang dan merupakan perpaduan antara dua
Untuk dapat bermain sepak takraw de- bentuk permainan yaitu sepakbola dan
ngan baik, seseorang dituntut untuk mempu- bolavoli. Dikatakan sama dengan sepakbola
nyai kemampuan atau keterampilan gerak karena permainan itu dimainkan mengguna-
dasar yang baik. tanpa kemampuan dasar kan kaki, bola dimainkan dengan mengguna-
seseorang tidak akan bisa bermain dan juga kan anggota badan kecuali tangan. Sepak
mengembangkan permainan sepak takraw takraw merupakan salah satu materi pilihan
(Darwis dan Basa, 1992:15). yang dikembangkan di lingkungan sekolah
Penguasaan keterampilan sepak takraw seperti SD, SMP/MTs, SMA atau SMK.
tidak dapat lepas dari penguasaan teknik da- Walaupun tidak setiap sekolah mengem-
sar permainan sepak takraw, salah satunya bangkan permainan sepak takraw. Hal ini
adalah teknik sepakan. Namun dari beberapa
74 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
teknik sepakan, dalam penelitian ini tertuju pada teknik sepak sila karena sepak sila merupakan teknik dasar yang dominan dila- kukan dalam permainan sepak takraw, sehing-
ga banyak orang menyebutkan sebagai ibu dari permainan sepak takraw dengan hal itu diharapkan siswa akan mampu menguasai teknik sepak sila yang diharapkan mampu melakukan dengan baik dan tepat sehingga siswa dapat bermain sepak takraw dengan baik.
Dalam hal ini pembina harus mempunyai keterampilan dan inovasi dalam memberikan materi dalam melatih ekstrakurikuler sehingga siswa senang dalam melakukan latihan, hal itu dapat diwujudkan dengan salah satu cara yaitu memodifikasi kondisi lingkungan pem- belajaran (peralatan, penataan ruang gerak dalam berlatih, jumlah siswa yang terlibat). Dalam proses pelatihan, seorang pelatih da- pat mengurangi tingkat kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill tersebut. Misalnya berat ringannya, besar kecilnya, tinggi rendahnya, panjang pendeknya per- alatan yang digunakan.
Memodifikasi peralatan diharapkan untuk bisa membantu pelatih pada saat meng- hadapi kesulitan dalam proses pelatihan karena seorang atlet sepak takraw yang masih baru akan merasa sulit beradaptasi dengan peralatan yang baru digunakannya. Dengan beberapa modifikasi media pelatih- an dalam bentuk peralatan maupun bentuk permainan yang digunakan nantinya diha- rapkan akan mudah dalam mengontrol atau menyepak dalam teknik sepak sila, yang akhirnya diarahkan pada permainan sepak takraw. Berdasarkan pengamatan dalam pene- litian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar, olahraga sepak takraw diajarkan pada pengembangan diri atau ekstrakurikuler de- ngan salah satu sub materi sepak sila. Sepak sila merupakan materi yang dirasa sulit untuk siswa. Mereka mengatakan bahwa ke- sulitan yang dialami saat perkenaan bola ketika menyepak. Terkadang bola tidak ter- sepak, bola tidak beraturan saat disepak, pada saat menerima bola pertama bola tidak bisa terkontrol dengan baik dan benar. Dan mereka takut untuk menerima bola karena sifat bola yang keras, sehingga kesulitan tersebut terjadi karena kegiatan ekstraku- rikuler berlangsung secara monoton dimana
guru langsung memberikan bola takraw yang sesungguhnya, kemudian,siswa disuruh un- tuk melakukan passing. Sehingga akibat yang ditimbulkan siswa pada saat bermain, bola pertama mereka pada saat menyepak tidak beraturan.
Dengan demikian diharapkan dalam pem- berian media pelatihan bola modifikasi ini siswa dapat mengembangkan teknik sepak sila. Upaya untuk meningkatkan keterampil- an bermain sepak takraw harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu, salah satunya yaitu menguasai teknik dasar sepak sila. Karena dalam pelaksanaan sepak sila ada beberapa teknik yang harus dilakukan. Hal tersebut dapat menjadi acuan bagi pembina menerapkan media pelatihan yang tepat, sehingga siswa dapat memahami dan melaksanakan sepak sila dengan baik, maka hasil prestasi siswa akan lebih baik. Dari penelitian ini diharapkan akan terungkap bahwa dengan menggunakan modifikasi per- alatan dan menggunakan model latihan se- pak sila akan dapat meningkatkan permainan sepak takraw.
Adapun pelaksanaan penelitian ini dila- kukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar de- ngan menggunakan siswa yang mengikuti pelatihan ektrakurikuler pada cabang olah- raga sepak takraw. Pada dasarnya latihan adalah merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama diting- katkan secara progresif dan bersifat indivi- dual, yang mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis, serta fungsi psikhologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah diten- tukan. Bompa (1994), Untuk memberikan berbagai bentuk dan model latihan dalam kecabangan olahraga seorang atlet dituntut tidak hanya tahu bagaimana harus melaku- kan dan mengikuti perintah pelatih. Atlet harus mampu melakukan dua hal dalam pelatihan yaitu: a) mampu bergerak; dan b) memahami tujuan dari gerakan-gerakan harus dilakukan. Dua kemampuan ini akan dapat mempercepat peningkatan keterampilan yang akan dilakukan. Oleh karena itu, seorang atlet juga harus memahami gerakan-gerakan baru yang akan dialihkan, seperti yang disebutkan oleh Magil (1980) bahwa penguasaan keterampilan olahraga terjadi melalui proses belajar. Cepat lambatnya proses penguasaan keterampilan merupakan tema pokok dalam keberbakatan olahraga.
Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi 75
Karena itu keberbakatan identik dengan cara tidak langsung tersedia fasilitas untuk karekteristik belajar dan kemampuan belajar.
penerapan latihan ilmiah. Anak yang berbakat adalah mereka yang
Beban latihan yang sama tidak akan memiliki kemampuan belajar tinggi.
direaksi dengan sama oleh atlet yang berbe- Aspek belajar dalam olahraga sebagai
da, oleh karena itu pelatih perlu memahami unsur penyangga keberbakatan olahraga dapat
setiap atlet secara individual. Individu ini juga diuraikan dengan cara memodifikasi aspek
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti; belajar secara umum unsur keberbakatan,
faktor keturunan, umur latihan dan umur per- dalam hal ini dapat berbentuk kemampuan
kembangan. Prinsip ini juga berkatiran de- menangkap pelajaran olahraga, disamping juga
ngan hukum kekhususan yang berimplemen- mampu memanfaatkan ingatan dan fungsi
tasi pada latihan yang khusus bagi setiap memori untuk kepentingan belajar. Disamping
atlet. Hukum dan prinsip inilah yang memun- itu juga harus memiliki kemampuan memaha-
culkan adanya beban luar dan beban dalam. mi hubungan sebab-akibat serta memilki ke-
Beban luar adalah beban yang diberikan segaran dan sering banyak bergerak lebih
dari luar atlet, misalnya oleh pelatih seperti aktif, dan memiliki penguasaan terhadap ba-
lari 4 x 400 meter dengan waktu 90 detik. nyak variasi gerak. Menurut Bompa (1994)
Sedangkan beban dalam adalah beban ada dua cara untuk mengidentifikasi atlet
fisiologis dan psikologis atlet setelah berbakat, yaitu: (1) Seleksi menggunakan
mendapatkan beban luar sebagai reaksi dan pendekatan natural atau alamiah. Seleksi
adaptasi internalnya, seperti; denyut nadi, pendekatan natural atau alamiah, anak usia
perubahan warna kulit, dan sebagainya. dini berkembang dan menekuni salah satu
Dengan demikian kita dapat memahami cabang
bahwa dua orang yang berbeda diberikan pengidentifikasian bakat. Anak usia dini
beban luar yang sama akan mereaksi secara menekuni olahraga sebagai akibat dari
berbeda yang ditunjukkan dengan denyut pengaruh lingkungan, seperti pengaruh
jantungnya, kadar laktat dalam darahnya, teman sebaya, keinginan orang tua,
sehingga wajar bila atlet yang satu kebiasaan olahraga di sekolah. Per-
mengalami kelelahan lebih dahulu daripada kembangan dan kemajuan atlet sangat
atlet yang lain. Sebaliknya bila atlet diminta lambat, karena tidak adanya pengidentifi-
untuk berlari dengan beban dalam yang kasiaan bakat untuk menentukan cabang
sama (denyut nadi 160/menit) maka waktu olahraga yang paling tepat untuk atlet; dan
yang dicapai (beban luar) untuk berlari 1200 (2) Seleksi menggunakan pendekatan
meter akan berbeda.
ilmiah. Seleksi menggunakan pendekatan Salah satu tugas pelatih dalam proses ilmiah mengandung pengertian bahwa dalam
latihan adalah memperlakukan atlet dengan pro-ses pengidentifikasian bakat anak usia
kesempatan yang sama, oleh karena itu dini telah menggunakan langkah-langkah
pelatih perlu merancang manajemen latihan- yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan
nya agar setiap atlet dapat melaksanakan dan teknologi.
kegiatannya secara optimal. Keterlibatan Melalui pendekatan dengan metode ilmi-
yang aktif pada setiap atlet akan menghasil-
ah anak-anak usia dini di tes kemudian di- kan hasil yang optimal. Keterlibatan ini ber- identifikasi untuk dapat diarahkan ke cabang
kaitan dengan hai-hal sebagai berikut: (1) olahraga yang sesuai dengan potensi dan
Kegiatan fisik (motor density), yaitu bagai- bakatnya. Menurut Bompa (1994:328) ada
mana atlet dapat melaksanakan aktifitas fisik beberapa keuntungan yang diperoleh apabi-
dengan kesempatan yang sama pada setiap la menggunakan metode ilmiah dalam pro-
sesi latihan; dan (2) Kegiatan mental dan ses pengidentifikasian bakat, yaitu: 1) Mem-
intelektual, yaitu bagaimana atlet dilibatkan persingkat waktu yang diperlukan untuk men-
dalam setiap pengambilan keputusan yang capai prestasi optimal; 2) Efisiensi program
berkaitan dengan penyusunan program latihan dapat dicapai bagi atlet yang memiliki
latihan, pelaksanaan latihan dan kompetisi potensi dan kemampuan tinggi; 3) Mening-
dan berbagai hal yang berkaitan dengan katkan kompetisi, daya saing dan menam-
pengembangan kepribadian dan kedewasa- bah banyaknya jumlah atlet yang berpotensi
an atlet.
dan mampu mencapai prestasi tinggi; 4) Latihan merupakan proses jangka pan- Meningkatkan rasa percaya diri atlet; 5) Se-
jang, oleh karena itu diperlukan kegembiraan
76 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
dan kesenangan dalam berlatih agar tidak dan berhubungan dengan motor ability serta terjadi kebosanan dan atlet meninggalkan
dapat diamati dan diukur yaitu: kekuatan latihan. Pemberian variasi dalam latihan me-
statis, kekuatan dinamis, kekuatan eksplosif, rupakan cara yang baik untuk memberikan
kekuatan togok, kelenturan tubuh, koordinasi kesempatan bagi atlet untuk menikmati lati-
tubuh secara keseluruhan, keseimbangan han dengan rasa senang dan gembira. Vari-
tubuh secara keseluruhan dan stamina asi yang dapat diberikan oleh pelatih dalam
(Magill, 1985).
latihan ini dapat berupa: (1) Tempat latihan Perhatian berhubungan dengan keterba- yang berganti-ganti, misalnya di stadion, di
tasan dengan kemampuan pikiran untuk mem- ruang latihan beban, di alam bebas, di
proses informasi. Keberhasilan menampilkan pantai,
suatu keterampilan gerak menuntut kemam- sebagainya
bukit, ternpat
rekreasi
dan
puan memilih dan mengatur informasi yang suasana baru bagi atlet; (2) Metode latihan
penting dari sejumlah informasi yang ada. yang bervariasi, Untuk tujuan latihan yang
Wiecrozek (1975) mengemukakan bah- sama pelatih dapat menggunakan metode
wa waktu reaksi adalah kualitas yang sangat berbeda, misalnya latihan kecepatan dapat
spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan. diberikan dengan metode repetisi, namun
Keanekaragaman manifestasi tersebut dapat dapat juga dengan metode permainan.
dikelompokkan dalam tiga tingkat yaitu: 1) Latihan kekuatan dapat diberi-kan dengan
pada tingkat rangsang yaitu dalam suatu metode pembebanan (besi) dan dapat pula
persepsi tanda/sinyal yang bersifat pengli- dengan medicine ball, part-nerwork, dan
hatan, pendengaran, perabaan dan sebagai- sebagainya; dan (3) Suasana latihan, yaitu
nya; 2) pada tingkat pengambilan keputusan dengan memberikan berbagai situasi
yakni agar hanya memberi reaksi terhadap lapangan
rangsangan yang tepat; 3) pada tingkat pengor- mendatangkan club lain untuk berlatih
ganisasian realis kinetis.
bersama, atau berlatih dalam kondisi Dari sisi fisiologis, membagi waktu rea- keramaian yang ada di lapangan, dan
ksi ke dalam empat tahap yaitu: 1) permula- sebaliknya.
an stimulus; 2) periode latensi pertama, sela- Pada hakekatnya pelatihan adalah suatu
ma proses reseptor berlangsung; 3) periode proses pemberian pola, aturan yang meru-
latensi kedua, yang melibatkan pengiriman pakan salah satu kunci tercapainya prestasi
impuls-impuls sensori pusat ke serabut- individu (Syarifuddin dan Yusuf: 1996:23).
serabut otot (waktu perhatian satu pemikir- Dan Media pelatihan merupakan alat yang
an); 4) penundaan (delay) yang melibatkan bisa merangsang siswa untuk terjadinya pro-
proses motorik yang mendahului kontraksi ses belajar dan meliputi perangkat keras yang
otot.
dapat mengantarkan pesan dan perangkat Walau reaksi secara umum dikenal se- lunak yang mengandung pesan. Rancangan
bagai latensi respon (response latency) yaitu penggunaan peralatan modifikasi merupa-
walau yang berlalu diantara pemberian sti- kan media pembelajaran yang memperhatikan
mulus dan munculnya suatu respon. Dengan perubahan dan kemampuan anak sehingga
kata lain walau reaksi menggambarkan ke- dapat membantu mendorong perubahan yang
cepatan seseorang dapat merasakan dan didasarkan pada konsep pertumbuhan dan
memberikan respon terhadap lingkungan- perkembangan anak yang seringkali anak
nya. Istilah latensi respon menunjukkan pro- merasa kesulitan dan takut dengan bola
ses pemberian respon tetap yang tersem- sepak takraw yang sesungguhnya yang di-
bunyi atau terpendam sampai menyentuh sebabkan bola sepak takraw yang keras,
otot-otot pada saat respon yang dapat di- sehingga dengan adanya modifikasi tersebut
amati diproduksi (Drowatszky, 198 ). siswa akan merasa terbantu dalam pengusa-
Latensi adalah suatu kondisi ketidak an teknik sepak sila yang baik dan benar
aktifan antara penepatan suatu stimulus dan sehingga siswa merasa senang dan gem-
awal dari suatu reaksi. Latensi disebabkan bira.
oleh beberapa faktor dan waktu reaksi Kemampuan ketangkasan fisik adalah
melibatkan proses sistem saraf pusat di pencerminan dari berbagai aspek keteram-
dalam pengembangan respon yang bersifat pilan yang dilakukan dan dapat diidentifikasi
kemauan (violition), yaitu proses me-
Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi 77
nentukan langkah perbuatan. Pertama, or- terbanyak. Kompleksitas stimulus dan pem- gan perasa/pengindra dibangkitkan oleh be-
berian respon secara dramatis mempenga- berapa stimulus (perubahan fisiologi dalam
ruhi walau reaksi.
suatu reseptor atau dalam neoron-neoron Manusia sejak lahir sudah mempunyai yang disebabkan oleh rangsangan) dari or-
kemampuan-kemampuan antara lain kemam- gan pengindra. Kemudian diubah ke dalam
puan untuk bergerak (motorik). Kemampuan impuls saraf dan dibawa ke otak diinterpre-
ini akan berkembang sesuai dengan kebu- tasikan pada dasar pengalaman yang lalu.
tuhan manusia itu sendiri dan juga tergan- Impuls yang lain kemudian dikirim dari otak
tung dan keadaan lingkungan. Kemampuan melalui sistim saraf ke otot-otot yang tepat,
yang ada, kemauan untuk berprestasi, ling- akhirnya otot-otot akan berkontraksi untuk
kungan yang mendukung dan cara penyam- memproduksi respon.
paian tujuan yang baik akan memungkinkan Waktu reaksi adalah waktu yang diperlu-
olahraga dapat berkembang. Disamping itu kan untuk terjadinya proses, terjadinya di da-
prestasi yang tinggi juga dapat dicapai harus lam organ perasa/pengindra, otak, saraf, dan
melalui perjuangan. Perjuangan dalam arti otot. Waktu reaksi terbagi menjadi dua jenis
melawan waktu, jarak dan ketinggian. Seper- yaitu: 1) waktu reaksi sederhana (simple
ti lari semakin cepat, lempar semakin jauh reactions) dan 2) waktu reaksi kompleks
dan lompat semakin tinggi. Demikian perju- (complex reaction). Waktu reaksi sederhana
angan untuk dapat mencapai tujuan keme- ditentukan sebelumnya (predeterminined),
nangan dalam pertandingan dengan mem- respon yang sadar terhadap sinyal yang di-
perhatikan dan mentaati peraturan-peraturan ketahui sebelumnya yang dilakukan secara
yang ada maka kemampuan motoriklah yang mendadak, misalnya bunyi pistol dalam start
menentukan. Dikatakan pula oleh Singer lari cepat (Bompa, 1983).
bahwa kemampuan motorik adalah kemam- Reaksi sederhana diterapkan di dalam
puan awal seseorang untuk mempelajari ke- gerakan-gerakan yang akan dilakukan terle-
terampilan gerak yang baru (Singer, 1980). bih dahulu. Sedangkan walau reaksi kom-
Kemampuan motorik juga merupakan pleks atau pilihan menunjukkan pada kasus
kapasitas dari seseorang yang berkaitan de- dimana individu dihadapkan pada beberapa
ngan pelaksanaan dan peregangan suatu stimulus dan harus memilih dan ditentukan
relatif melekat. diantara beberapa stimulus tersebut (Bompa,
keterampilan
yang
kemampuan motorik merupakan kemampu- 1983). Reaksi kompleks biasanya dilakukan
an umum seseorang dalam melakukan suatu dalam permainan-permainan dan olahraga-
kegiatan. kemampuan motorik merupakan olahraga pertandingan. Di dalam situasi kom-
kesanggupan seseorang melakukan gerak- petitif dapat menentukan reaksi motorik se-
gerak dasar yang bersifat umum. Kemam- lanjutnya bagi seorang atlet.
puan motorik ini berfungsi untuk memper- Waktu reaksi pada tenis lapangan ter-
tinggi daya kerja seseorang. Dengan arti masuk salah satu jenis waktu reaksi kom-
makin tinggi kemampuan motorik seseorang, pleks, yaitu dalam permainan reaksinya ter-
maka kemungkinan daya kerjanya akan gantung kepada bola yang bergerak dan
semakin tinggi pula.
sulit diterka kemana arah yang pasti. Disam- Fungsi utama dari kemampuan motorik ping itu pula ditentukan oleh lawan dalam
adalah untuk mengembangkan dan kesang- bermain, untuk itu perlu suatu latihan reaksi
gupan dan kemampuan fisik setiap individu yang kompleks agar dapat meningkatkan
yang berguna untuk mempertinggi daya ker- permainan tenis lapangan. Usaha mening-
ja. Selanjutya kemampuan motorik itu terdiri katkan kecepatan reaksi menurut Wiecrozek
dari beberapa faktor yaitu: kecepatan reaksi (1975) dapat dicapai dengan: 1) meningkat-
(speed), daya eksplosif (power), kelincahan kan penalaran terhadap persepsi khusus ter-
(agility), kekuatan (strength), daya tahan sebut; dan 2) mengotomatisasikan semak-
(endurance) dan kelentukan (flexibility). Ke- simal mungkin, jawaban motorik yang perlu
cepatan adalah kemampuan seseorang un- dibuat atau perilaku kinetis yang perlu dipilih
tuk melakukan gerakan yang sejenis dan dalam situasi nyata.
tidak sejenis dalam waku yang sesingkat- Dari uraian di atas dapat diperoleh pe-
singkatnya. Daya eksplosif adalah kemampuan ngertian bahwa kerja yang dilakukan di
dari otot/sekelompok otot untuk menghasil- dalam otak yang menghasilkan waktu yang
kan kerja fisik secara eksplosif (mendadak).
78 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
Kelincahan adalah kemampuan seseorang belakang yang bertugas menservis bola, me- untuk mengubah arah dalam keadaan ber-
nerima bola, menerima, dan menahan se- bergerak dengan cepat, kekuatan adalah
rangan dari regu lawan di bagian belakang kemampuan seseorang untuk mengembang-
lapangan. Dua orang lainya menjadi pemain kan ketegangan otot dalam kontraksi maksi-
depan yang berada disebelah kiri dan kanan mal. Daya tahan adalah kemampuan seseo-
yang disebut apit kiri dan apit kanan yang rang untuk melaksanakan suatu kerja otot
tugasnya melempar bola ke tekong, peneri- secara terus menerus dalam waktu yang
ma dan pemblok bola dari pihak lawan. lama. Dan kelentukan adalah kemampuan
Dalam penelitian ini ingin diketahui tentang seseorang untuk melakukan gerakan seluas-
adanya perubahan keberhasilan dari latihan luasnya pada persendian. Oleh sebab itu
sepak takraw yang didahului dengan meng- semakin tinggi kemampuan motorik seseo-
gunakan sepak sila dengan menggunakan rang semakin tinggi pula kemampuan dalam
media modifikasi. Adapun pelaksanaannya melakukan sesuatu tugas gerak dalam olah-
dilakukan di SMP Negeri 3 Srengat Blitar. raga termasuk olahraga tenis lapangan. Sehubungan dengan hal ini kemampuan motorik dapat diukur menggunakan Barrow
METODE
Motor Ability Test yang terdiri dari: a) lari zigzag/shuttle run; b) medicine ball put; dan
Populasi dari penelitian ini adalah peser-
c) standing broad jump. Tes ini adalah ta ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri menerapkan modifikasi dari Nelson.
3 Srengat-Blitar yang berjumalah 30 orang. Sepak sila merupakan langkah yang di-
Berdasarkan penguraian populasi yang gunakan untuk memulai latihan sepak takraw,
berjumlah 30 orang dan sampel di atas maka karena teknik-teknik dasar dari permainan
penelitian ini menggunakan penelitian popu- sepak sila akan mendukung dan memper-
lasi, apabila seseorang ingin meneliti semua mudah bagi calon pemain sepak takraw me-
elemen yang ada di wilayah penelitian, maka laksanakan gerakan inti dari permainan ter-
penelitiannya merupakan penelitian populasi sebut.
(Arikunto 2010:173). Karena dalam peneli- Pelaksanaan latihan sepak takraw di-
tian ini sampel yang digunakan adalah selu- awali dengan menggunakan modifikasi per-
ruh siswa yang mengikuti ekstrakurikuler se- alatan dan permainan sepak sila yang dilak-
pak takraw di SMP Negeri 3 Srengat Blitar sanakan pada jam kegiatan ekstrakurikuler.
yang berjumlah 30 siswa. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan diluar jam
Untuk mengetahui adanya perubahan pelajaran pendidikan jasmani, dan pelaksa-
dari hasil pelatihan dilakukan pengukuran naannya dilakukan pada sore hari. Pelaksa-
keterampilan sepak sila dengan membuat naan ekstrakurikuler diharapkan akan mem-
satu lapangan berbentuk lingkaran. Dalam bentuk minat dan bakat anak dalam tujuan
pelaksanaannya orang coba harus melaksa- menuju prestasi olahraga. Bakat dan minat
nakan sepak sila selama satu menit, dan anak dalam suatu sekolah tidak bisa diting-
hasilnya dihitung. Adapun norma yang telah katkan hanya dengan mengikuti pendidikan
disusun adalah sebagai berikut. jasmani (penjas), tapi harus ditambah de-
ngan kegiatan ekstrakurikuler. “Tujuan kese- >40 kali Nilai =
90 luruhan dari olahraga sekolah adalah mem- 30-39 kali Nilai =
80 bangkitkan minat dan meletakkan dasar bagi 20-29 kali Nilai =
70 prestasi anak dalam olahraga di masyarakat, 10-19 kali Nilai =
60 di luar sekolah baik langsung maupun untuk <10 kali Nilai =
50SD masa yang akan datang” Pada dasarnya permainan sepak takraw
(Sulaiman, 2008:1993) dimainkan secara beregu oleh dua regu. Se-
tiap regu dimainkan oleh 3 orang yang dipi- Pelaksanaan pengukuran dilakukan se- sahkan oleh net terbentang membelah
belum diberikan perlakuan dan diukur kem- lapangan menjadi dua bagian. Setiap ragu
bali setelah pemberian perlakuan setelah terdiri dari tiga orang pemain yang masing-
enam minggu.
masing sebagai tekong yang berdiri paling
Ari Susana & Sapto Wibowo, Penggunaan Media Pelatihan Bola Modifikasi 79
Adapun perlakuan yang diberikan kepa- rogen). Dari pre test dan Post F hitung 1,156 <
F tabel 1,765 ternyata mempunyai harga F hitung sepak sila dengan melakukan pasing setinggi
da orang coba adalah memberikan latihan
<F tabel , berdasarkan kriteria pengujian, maka kepala. Pemberian perlakuan tersebut menggu-
dapat dikatakan bahwa semua data bersifat nakan bola modifikasi.
Homogen.
Setelah pemberian perlakuan tersebut Untuk mengetahui keberartian nilai uji T berlangsung selama enam minggu maka di-
independent data pre-test dilakukan dengan lakukan pengukuran ulang seperti yang per-
uji t. Dengan mengkonsultasikan nilai thitung nah dilaksanakan pada awal pelaksanaan
dan nilai t tabel , maka dapat disimpulkan pelatihan.
bahwa Ha diterima dan Ho di tolak karena nilai t hitung 9,14 > nilai t tabel 2,045. Dengan kata lain bahwa terdapat perbedaan yang
Deskriptif
t hitung t tabel
signifikan antara hasil tes sepak sila sepak Pre-Test – Post-Test 9,14
takraw sebelum dan sesudah diberikan peng- gunaan media pelatihan bola modifikasi pada siswa ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat Blitar dengan mengguna- kan taraf signifikansi 5%.
HASIL
Menurut hasil perhitungan dapat dikata- kan bahwa penggunaan media pelatihan Dari hasil penelitian dan perhitungan di-
bola modifikasi dapat meningkatkan hasil tes hasilkan diketahui untuk pre-test rata-ratanya
sebesar 28,77% hasil prestasi sepak sila sebesar 23,53 dengan nilai varians adalah
sepak takraw pada siswa ekstrakurikuler 184,74 sedangkan nilai standar deviasinya
sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat-Blitar. 13,59 serta nilai terendah 9 dan nilai tertinggi sebesar 71. Jadi rentangnya adalah 62. Untuk nilai median atau nilai tengah adalah
KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar 19. Sedangkan hasil post-test rata- ratanya sebesar 30,30 dengan nilai varians
Kesimpulan
213,11. Sedangkan nilai standar deviasinya Berdasarkan hasil analisis data dapat 14,59 serta nilai terendah 16 dan nilai
disimpulkan bahwa: Penggunaan media pe- tertinggi sebesar 87. Jadi rentangnya adalah
latihan bola modifikasi terhadap terhadap
71 Untuk nilai median atau nilai tengah hasil prestasi sepak sila pada ekstrakurikuler adalah sebesar 26.
sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat-Blitar
pada hasil pretest dengan post test sepak PEMBAHASAN sila sepak takraw didapatkan t hitung sebesar
9,14 dan nilai t tabel 2,045 maka dapat dika- Berdasarkan perhitungan uji asumsi nor-
takan bahwa (t hitung 9,14 > t tabel 2,045) nilai t malitas pada taraf signifikansi 5%, data pada
hitung lebih besar dari t tabel dengan taraf variabel pre-test dinyatakan berdistribusi
signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan normal. Karena nilai signifikansi lebih besar
(dk = n-1) 29. Sehingga dapat disimpulkan dari signifikansi yang telah ditentukan yaitu
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan 0,193 > 0,05. Demikian pula data dari post-
antara hasil tes sepak sila sepak takraw test juga dinyatakan berdistribusi normal.
sebelum dan sesudah diberikan penggunaan Karena nilai signifikansi lebih besar dari
media pelatihan bola modifikasi terhadap ha- signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,072
sil prestasi sepak sila pada ekstrakurikuler > 0.05. Untuk mengetahui apakah deskripsi
sepak takraw pada peserta ekstrakurikuler data yang ada bersifat homogen atau tidak,
sepak takraw SMP Negeri 3 Srengat Blitar. dapat dilihat dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel. Dengan kriteria peng-
Saran
ujian adalah sebagai berikut: jika nilai F hitung Berdasarkan hasil penelitian disarankan, < F tabel maka, kedua data tersebut mem-
bagi para pelatih, pembina dan guru pendi- punyai varian yang sama (homogen), dalam
dikan jasmani, untuk meningkatkan kete- hal lainnya dikatakan tidak homogen (hete-
rampilan sepak sila dalam permainan sepak
80 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 73 - 80
takraw disarankan menggunakan media bola Singer, R.N. 1980. Motor Learning and modifikasi dalam melakukan latihan.
Human Performance. New York Mac Milland.
Singer, R.N. 1984. Teaching Physical