PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MENGAJAR BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS I SMP

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MENGAJAR BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS I SMP

Agus Harsoyo, SMA Negeri 2 Sukoharjo Email: [email protected]

Sapta Kunta Purnama, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan media mengajar bola lunak dengan bola standar terhadap hasil belajar keterampilan passing bolavoli pada siswa putra kelas I Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penelitian ini mengunakan metode eksperimen dengan rancangan “matched by subject design’’. Teknik sampling yang digunakan adalah proporsional random sampling, dimana proporsi sampel penelitian adalah 20% dari jumlah populasi tiap-tiap kelas. Teknik pengumpulan data dengan tes passing atas dan tes passing bawah bolavoli.Teknik analisis menggunakan uji “t” dengan taraf signifikansi 5%. Penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media mengajar bola lunak dengan bola standar terhadap hasil belajar keterampilan passing bolavoli. Hasil uji perbedaan antara kedua kelompok tersebut diperoleh t hitung sebesar 5,209 > t tabel =1,76; 2) Penggunaan bola lunak lebih baik dibanding dengan bola standar terhadap hasil belajar keterampilan passing bolavoli. Persentase peningkatan pada kelompok menggunakan bola lunak memiliki peningkatan sebesar 27,76%, sedangkan dengan bola standar peningkatan sebesar 16,87%.

Kata kunci: media mengajar, bola lunak, passing, bolavoli.

Salah satu kemampuan dasar yang harus juga termasuk cabang olahraga yang popu- dimiliki guru adalah kemampuan dalam me-

ler dan digemari oleh semua lapisan masya- rencanakan dan melaksanakan proses bel-

rakat. Untuk mencapai prestasi bolavoli perlu ajar mengajar, kemampuan ini membekali

adanya latihan yang dilakukan sejak usia guru dalam melaksanakan proses tugas dan

dini. Menurut Persatuan Bolavoli Seluruh tanggung jawabnya sebagai pengajar. Bel-

25) “pretasi prima ajar dan mengajar terjadi pada saat berlang-

Indonesia (PBVSI, 1995:

akan tercapai apabila pemain sejak usia dini sungnya interaksi antara guru dengan siswa

dibina secara ilmiah, kontinyu, bertahap, untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai

meningkat dan berkesinambungan se-lama proses, belajar dan mengajar memerlukan

kurang lebih 10 tahun. Pembinaan se- perencanaan yang seksama, yaitu “mengko-

baiknya dilaksanakan terutama di perkumpulan- ordinasikan unsur-unsur tujuan, bahan peng-

perkumpulan dan Sekolah Menengah Perta- ajaran, kegiatan belajar mengajar, metode

ma (SMP). Sasaran yang ditekankan oleh dan alat bantu mengajar serta penilaian/eva-

PBVSI pada pembinaan di Sekolah Mene- luasi” (Sudjana, 1991:1). Pada tahap berikut-

ngah adalah: 1) pembinaan fisik umum dan nya adalah melaksanakan rencana tersebut

fisik khusus; 2) teknik dasar benar; 3) pem- dalam bentuk tindakan atau praktik meng-

binaan mental terutama disiplin, sportivetas, ajar. Untuk melaksanakan rencana kegiatan

dan minat atau perhatian terhadap bolavoli. belajar mengajar harus memilih metode

Penguasaan teknik dasar yang benar yang baik dan tepat. Metode mengajar yang

merupakan salah satu sasaran pembinaan baik adalah metode yang dapat menumbuh-

pada tahap anak Sekolah Menengah. Menu- kan kegiatan belajar siswa.

77) “teknik-teknik dasar Bolavoli merupakan salah satu cabang

rut PBVSI (1995:66-

permainan bolavoli meliputi: 1) servis; 2) olahraga yang berkembang baik di Indonesia,

passing bawah; 3) passing atas; 4) umpan;

48 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

5) semes ; dan 6) bendungan (blok).” Dari menguasai teknik dasar bolavoli dengan keenam teknik dasar tersebut teknik passing

mudah. Dengan mempergunakan tinggi yang terdiri dari passing atas dan passing

jaring yang lebih rendah dan berat bola yang bawah merupakan keterampilan yang dasar

lebih ringan, kemungkinan besar permainan dan penting dalam permainan bolavoli

lebih menarik karena siswa lebih berhasil (PBVSI, 1995:75). Passing merupakan kete-

melakukan teknik-teknik dasar permaian rampilan minimal agar permainan bolavoli

bolavoli.

dapat dilakukan, selain itu teknik ini merupa- Pembinaan bolavoli di SMP seperti di- kan dasar bagi pelaksanaan suatu serangan.

harapkan PBVSI akan lebih efektif bila Serangan dalam permainan bolavoli selalu

dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. diawali dengan passing. Kualitas serangan

Mengandalkan intrakurikuler saja sangat sulit tergantung pada penguasaan para pemain.

untuk memperoleh penguasaan keterampil- Passing merupakan gerakan yang

an mengingat jam pelajaran yang terbatas. sederhana namun sulit untuk dipelajari,

SMP Negeri 2 Kartasura telah mendukung lebih-lebih untuk siswa yang baru mulai lati-

PBVSI dengan han, karenanya perlu ditelusuri faktor-faktor

program

pembinaan

kegiatan ekstrakurikuler yang mempengaruhi hasil belajar passing.

menggalakkan

bolavoli. Pemilihan cabang ini oleh guru Usaha untuk menguasai suatu ketrampilan

sekolah tersebut motorik, pada umumnya harus mempelajari

pendidikan

jasmani

didasarkan pada beberapa alasan: 1) dan memperhatikan faktor-faktor yang mem-

bolavoli merupakan olahraga yang populer di pengaruhi penguasaan ketrampilan tersebut.

masyarakat dan mengundang minat banyak Lutan (1988) menjelaskan bahwa, faktor-faktor

siswa; 2) kelengkapannya murah hanya yang mempengaruhi proses belajar motorik

membutuhkan fasilitas dan sarana yang adalah: 1) kondisi internal; dan 2) kondisi

sederhana, 3) untuk nama baik sekolah eksternal. Kondisi internal mencakup faktor-

dimana cabang bolavoli merupakan cabang faktor yang terdapat pada individu, atau

olahraga prioritas dalam peraihan medali atribut lain yang membedakan seseorang

pada Pekan Olahraga dan Seni dan Pekan dengan lainya. Kondisi eksternal mencakup

Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia yang faktor-faktor yang terdapat di luar individu

diselenggarakan setiap tahun. yang memberikan pengaruh terhadap penampilan gerak. Salah satu faktor kondisi

Jenis Permainan Bolavoli

eksternal ini adalah peralatan. Kondisi Jenis permainan bolavoli yang sekarang eksternal seperti peralatan memberikan

dikembangkan di Indonesia, menurut Persa- pengaruh yang dominan terhadap proses

tuan Bolavoli Seluruh Indonesia (2009:2) belajar (Lutan, 1988). Peralatan yang

adalah: 1) Bolavoli internasional, yang dise- dibutuhkan dalam permainan bolavoli adalah

but juga bolavoli gedung/indoor, 2) Bolavoli bola dan jaring (net). Beberapa alasan

sistem Timur Jauh (nine man system); 3) kegagalan pelaksanaan dalam proses

Bolavoli mini; 4) Bolavoli pantai, yang dise- belajar antara lain: 1) perasaan takut

but juga bolavoli pasir (beach volleyball/sand mengalami sakit atau cidera; 2) defisiensi dalam

volleyball); 5) Bolavoli lunak (soft volleyball) kondisi atau kesiapan seperti kekuatan be- lum cukup.

Bola lunak Sarana Belajar Mengajar

Perasaan takut mengalami sakit atau ce-

Olahraga

dera merupakan penghambat dalam proses Bola lunak sarana belajar mengajar penguasan teknik, oleh sebab itu menurut

olahraga adalah usaha atau cara yang dila- Lutan (1988) perlu upaya pemecahan

kukan dalam rangka aktivitas pengajaran sebagai berikut: 1) mengubah atau mebola

guna mencapai tujuan pengajaran olahraga. lunak peralatan yang dipakai; 2) melakukan

Suatu pengajaraan dapat dikatakan efektif latihan dalam kondisi yang lebih mudah.

apabila proses belajar mengajar sesuai Untuk mengajarkan bolavoli di SMP

dengan tujuan pengajaran dan tujuan pendi- misalnya, jaring dapat diturunkan dari ukuran

dikan. Pengajaran yang efektif membu- standar, bola dapat dibola lunak (diturunkan)

tuhkan terjadinya instruksi yang harmonis beratnya dari ukuran standar dan agak lebih

semua faktor yang terlibat dalam kegiatan besar ukurannya sehingga para siswa dapat

belajar baik secara langsung maupun tidak

Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak 49

langsung. Untuk itu guru harus memilih adalah gerak otot atau gerakan tubuh untuk metode mengajar yang tepat dan dapat

mensukseskan pelaksanaan aktivitas yang memberikan peluang untuk terjadinya proses

diinginkan. Dal Monte seperti yang dikutip belajar mengajar secara efektif dalam kegiat-

Subroto (1975:3) mendefinisikan ketrampil- an instruksional. Metode mengajar yang

an sebagai kemampuan melakukan gerak tepat ditentukan berdasarkan suatu analisis

secara tepat, cepat dan harmonis yang tak terhadap hal-hal tertentu.jadi kegiatan peng-

mungkin untuk disederhanakan lagi seperti ajaran dengan sendirinya harus memperha-

pada gerakan yang bertujuan praktis karena tikan faktor-faktor internal yang merupakan

meliputi kegiatan yang sangat berbeda- salah satu faktor yang sangat penting dalam

beda.

menentukan metode mengajar. Proses dan hasil belajar keterampilan Untuk menyajikan seperangkat kegiatan

gerak dipengaruhi oleh beberapa faktor. pengajaran yang bertujuan untuk tercapai-

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nya tujuan yang diinginkan, salah satunya

proses belajar ketrampilan gerak dijelaskan adalah mebola lunak sarana mengajar yang

oleh Singer (1980) sebagai berikut: 1) faktor mengacu kepada penemuan yang terarah

proses belajar; 2) faktor personal meliputi dan pemecahan masalah. Dalam penelitian

persepsi, ketajaman berfikir, ukuran fisik, ini dilaksanakan bola lunak sarana belajar

latar belakang pengalaman, emosi, kapabili- mengajar passing bolavoli, yaitu usaha atau

tas, motivasi, sikap jenis kelamin, usia; dan cara yang dilakukan dalam rangka aktivitas

3) faktor situasi meliputi situasi alami dan pengajaran

situasi sosial. Belajar keterampilan gerak pengajaran passing bolavoli.

olahraga tidak terlepas dari proses peng- ajaran gerak atau keterampilan motorik. Di

Media Bola Lunak

dalam pendidikan jasmani dan olahraga Dengan menggunakan bola lunak pada

gerak manusia dimanipulasi dalam belajar prinsipnya siswa merasa lebih nyaman dan

gerak. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo mudah untuk melakukan passing bawah

(1991: 232) dikemukakan bahwa “belajar maupun passing atas. Dengan demikian di-

gerak merupakan salah satu bentuk belajar harapkan teknik dasar yang paling penting

yang mempunyai penekanan pada sesuatu dalam bolavoli yaitu passing lebih mudah

yang spesifik, yaitu untuk tujuan peningkatan dikuasai siswa SMP. Untuk memenuhi hara-

kualitas gera k tubuh.” Menurut Singer pan tersebut bola dibuat sedemikian rupa,

9) “belajar gerak adalah perubahan antara lain: bola lebih ringan sehingga tidak

tingkah laku yang relatif tetap dalam menimbulkan rasa sakit saat di-passing, bola

penampilan atau potensi tingkah laku yang ukuran lebih besar sehingga pantulan yang

merupakan hasil balajar atau pengalaman dihasilkan mudah diarahkan, harga bola

dala m situasi ke arah yang lebih baik.” lebih murah daripada bola standar sehingga

Salah satu teori yang termasuk ke dalam dapat memenuhi rasio kebutuhan bola

kelompok teori asosiasi stimulus respon dan dengan jumlah siswa.

paling populer dalam belajar gerak adalah “teori Koneksionisme Thorndike”. Asumsi da-

Belajar Keterampilan Passing Bolavoli

sar Thorndike adalah asosiasi antara kesan Belajar adalah suatu perubahan penam-

yang diperoleh alat indera dan impuls untuk pilan atau perilaku potensial yang relatif per-

berbuat (respon). Asosiasi kedua elemen manen sebagai hasil dari latihan dan penga-

tersebut dikenal sebagai “koneksi”. Thorndike laman masa lalu terhadap situasi tugas

dalam Oxendine (1984) memandang bahwa tertentu (Singer, 1980). Sedangkan belajar

penguasaan ketrampilan memerlukan perta- motorik adalah proses perubahan atau bola

utan antara stimulus dan respon yang serasi. lunak individu sebagai hasil timbal balik

Beberapa hukum yang berpengaruh dalam antara latihan kondisi lingkungan (Drowatzky,

belajar telah dirumuskan oleh Thorndike, 1975). Hampir sama dengan itu Schmidt

yaitu ; “1) law of readiness; 2) law of exerci- (1988) menjelaskan bahwa belajar motorik

se; 3) law of effect ” (Oxendine, 1984). adalah suatu proses perubahan merespon

Law of readiness atau hukum kesiapan yang relatif permanen sebagai akibat dari

menyatakan bahwa belajar akan berlangsung latihan dan pengalaman. Yang dimaksud

paling efektif bila siswa yang bersangkutan dengan keterampilan menurut Singer (1980)

telah siap untuk menyesusaikan diri dengan

50 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

stimulus dan telah siap untuk memberikan respon. Hukum tersebut dapat diartikan bahwa individu akan belajar dengan cepat dan efektif apabila ia telah siaga atau siap, yakni telah matang dan telah ada kebutuhan untuk itu. Belajar akan lancar jika materi yang disajikan cocok dengan kebutuhan individu. Sebaliknya individu akan terganggu dan tidak tertarik bila belum siap. Semakin individu matang mendekati kesiagaan sema- kin memuaskan pula aktivitas yang dilaku- kan.

Law exercise atau hukum latihan me- nyatakan bahwa mengulang-ulang respon tertentu sampai beberapa kali akan mem- perkuat koneksi antara stimulus dan res- pons. Pertautan yang erat ini akan dikem- bangkan dan diperkuat melalui pengulangan yang memadai jumlahnya. Koneksi akan menjadi lemah bila latihan tidak diteruskan. Karena itu istilah penguatan disini berarti respon tertentu akan diberikan jika, situasi yang sama akan terjadi kembali. Inti dari hukum latihan adalah penguatan-penguatan yang dilakukan melalui latihan akan mem- buat belajar semakin dikuasai. Semakin banyak frekuensi pengulangan semakin men- dekati penguasaan gerak. Menurut Ateng (1992:42),

menyatakan bahwa latihan akan memper- baiki koordinasi, irama gerak, mengurangi pemakaian energi, lebih terampil dan mem- buat kinerja lebih baik. Sebagai akibat lati- han, jalur antara situasi dan tindakan akan lebih baik dan lebih permanen. Ditambah bahwa, belajar akan berhasil dengan ber- buat, berlatih. Namun latihan tersebut harus bermakna dan mempunyai konsep yang jelas tentang apa yang harus dilakukan, agar penguasaan keterampilan dapat dicapai.

Kunci utama untuk penguasaan kete- rampilan terletak pada kegiatan yang terus menerus dengan penuh ketekunan. Untuk itu beberapa faktor kendala bagi siswa harus diantisipasi seperti kebosanan, rasa sakit, cedera, dan lain-lain, agar kemauan siswa untuk terus berjuang melaksanakan tugas tidak terhalangi. Implikasi dari hukum latihan ini adalah “pelaksanan driil atau latihan berulang-ulang akan menjamin tercapainya tujuan proses belajar” (Lutan, 1988).

Law of effect atau hukum pengaruh me- nyatakan bahwa penguatan atau melemah- nya suatu koneksi merupakan hasil kon-

sekuensi. Koneksi antara stimulus respon akan diperkuat jika dialami penguatan yang menyenangkan. Jika suatu respon diikuti oleh pengalaman yang tidak menyenangkan, koneksi antara stimulus-respon menjadi lemah.

Implikasi dari hukum pengaruh ini menu- rut Lutan (1988) antara lain: guru menyiap- kan rangkaian urutan materi yang tepat agar pelaksanaan latihan dapat dilakukan siswa dengan puas. Sependapat dengan Lutan, Ateng (1992) menambahkan bahwa setiap usaha dalam belajar pendidikan jasmani harus dibuat agar setiap orang merasa berhasil dan mengalami kesenangan dan ke- puasan. Agar kepuasan siswa tercapai uru- tan materi hendaknya disajikan secara sis- tematis, dimulai dari tugas yan mudah hingga tugas yang sulit, atau mulai tugas yang sederhana hingga tugas yang kom- pleks (lutan, 1988).

Salah satu prinsip belajar mengajar mo- torik yang berkaitan dengan penguatan ko- neksi antara stimulus respon adalah “umpan balik”. Tujuan kegiatan belajar pada dasar- nya adalah perubahan perilaku pada diri siswa. Perubahan perilaku itu disebabkan karena siswa aktif dan memberikan respon terhadap seperangkat tugas sebagai stimu- lus. Salah satu yang mempengaruhi peruba- han tingkah laku adalah karena adanya umpan balik. Menurut Oxendine (1984), umpan balik adalah pengetahuan yang dite- rima tentang sesuatu perbuatan atau res- pons. Sedang Bourne (1966) mendefinisi- kan umpan balik sebagai sebuah sinyal yang terjadi setelah atau pada saat respon ber- langsung. Sinyal yang terjadi setelah atau pada saat respon berlangsung. Sinyal tersebut menyampaikan tanda-tanda tentang benar salahnya, tepat tidaknya, cukup tidak- nya respon tersebut.

Diantara bentuk-bentuk umpan balik, dua diantaranya perlu mendapat perhatian dalam belajar motorik yaitu: 1) Knowlegde of Result (KR) atau pengetahuan tentang hasil; dan 2) Knowlegde of Performance (KP) atau pe-ngetahuan penampilan (Schmidt,1992). .

Pengetahuan tentang hasil (KR) ialah informasi yang berkenaan dengan hasil dari suatu gerakan dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Umpan balik tentang hasil sering dianggap sebagai komponen hadiah atau faktor penguat (reinforcer). Faktor

Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak 51

penguat (reinforcer) merupakan komponen yang penting dalam memahami perilaku seseorang. Thoha (l990) menjelaskan beberapa konsep penguatan pada perilaku manusia. Beberapa konsep yang layak di- aprisiasikan ke dalam teori belajar gerak antara lain: 1) penguatan positif; 2) penguat- an negatif; 3) extcintion atau pemadaman.

Penguatan positif adalah suatu hasil dari respon yang menyenangkan dan dapat menguatkan asosiasi antara respon dan sti- mulus. Karena adanya hubungan yang kuat antara respon dan stimulus ini, penguat posi- tif akan terjadi dan berlangsung lain kelak dikemudian hari atau ingin diulangi kembali. Pengalaman yang menyenangkan tersebut dinamakan penguatan positif. Sebagai con- toh dalam bola bolavoli, siswa yang berhasil melakukan passing tepat ke arah sasaran akan merasa puas. ini merupakan penge- tahuan tentang hasil dan dianggap sebagai penguat positif.

Penguatan negatif adalah suatu hasil yang dapat merubah kekuatan-kekuatan per- hubungan antara respon dan stimulus yang menghasilkannya. Jika atas stimulus tertentu seseorang mengalami respon yang kurang manyenangkan maka kelak pengalaman tersebut tidak akan dilanjutkan. Pengalaman yang tidak menyenangkan itu dinamakan penguatan negatif. Contoh: siswa yang ke- kuatannya masih lemah, kesulitan memain- kan bola yang dirasakannya terlalu berat sehingga susah dikontrol, hasilnya seringkali gagal dan menyebabkan rasa tidak puas pada diri siswa. ini merupakan pengetahuan tentang hasil yang diangggap sebagai nega- tif. Exctintion atau pemadaman adalah suatu gejala melemahnya hubungan antara stimu- lus dan respon. Gejala ini timbul karena respon tidak mendorong. Suatu respon pada mulanya ada kelangsungan, akan tetapi tidak menghasilkan sesuatu hasil yang tidak bermanfaat, respon tersebut akan mulai memudar, frekuensinya berkurang dan tidak efektif. Respon yang tidak mendorong dan berhenti untuk keseluruhannya, akan mudah dilupakan oleh seseorang dari ingatan tingkah lakunya. Dengan demikian maka pa- damlah hubungan antara stimulus respon. Dari contoh diatas kegagalan-kegagalan teknik passing yang dilakukan siswa pada akhirnya akan membuat respon siswa men- jadi tidak mendorong, stimulus-respon yang

ada lama-lama menjadi pudar akhirnya padam.

Pengetahuan tentang penampilan (KR) ialah informasi yang berkenaan dengan pola gerak yang telah dilakukan seseorang. Tujuan dari umpan balik ini terutama untuk memperbaiki kesalahan pola gerak untuk mencapai hasil yang lebih baik. Pemberita- huan mengenai kesalahan akan pola gerak sering dilakukan oleh guru, sebab siswa tidak akan menyadari penampilannya sen- diri. Efektif pengajaran di samping membu- tuhkan teori tentang belajar gerak juga harus dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar motorik. Salah satu prinsip belajar motorik yang perlu dikaji sehubungan dengan penelitian ini adalah “pemrosesan informasi dan sistem memori”. Prinsip ini memberikan dukungan terhadap pemahaman proses penguasaan keterampilan. Penguasaan informasi yang diterima seseorang akan mempengaruhi pro- ses penguasaan keterampilan.

Memori sebagai tempat pemyimpanan infomasi memiliki kerangka yang disebut se- bagai “kerangka memori”. Kerangka memori

bisa dianalogkan sebagai kotak penyim- panan memori. Ada tiga kotak pemyimpanan memori, yakni: 1) Short Term Sensory Store (STSS); 2) Short Term Memory (STM); 3) Long Term Memori (LTM), (Schmidt, 1992). Proses penyimpanan informasi ke dalam kotak-kotak memori digambarkan Schmidt seperti Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Antara Memori dan Proses

yang Terdapat di Dalamnya

Sumber : Schmidt, R.A. (1992: 42)

Berbagai stimulus (misalnya penglihat- an, pendengaran, dan sebagainya) diterima oleh komparteman STSS. Dalam waktu singkat (kurang dari satu detik) kemudian akan lenyap karena penambahan informasi baru. Hanya yang relevan dengan suatu situasi yang akan diproses ke dalam tahap berikutnya, memori jangka pendek (STM).

52 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

Informasi di STM yang berasal dari STSS ini Selanjutnya Lutan (1988) memberikan akan tersimpan dan bertahan 1 sampai 60

contoh. Untuk mengajarkan bolavoli di SD detik. Informasi yang tersimpan di STM di-

atau SMP, jaring dapat diturunkan dari uku- samping berasal dari STSS juga berasal dari

ran standar, berat bola lebih ringan dari memori jangka panjang (LTM). Komparte-

berat standar, serta panjang/lebar lapangan men STM inilah yang dijadikan sebagai

lebih sempit dari ukuran standar. Dengan ruang kerja untuk menghasilkan output

demikian siswa atau pemula dapat mengua- gerak.

sai teknik dengan baik dan kemungkinan Melalui latihan berulang-ulang, informasi

besar permainan lebih menarik karena para dari STM akan dipindahkan ke LTM dimana

siswa akan lebih berhasil melakukan teknik- infomasi ini akan tersimpan secara perma-

teknik dasar permainan bolavoli, dengan nen. Perhatikan gambar, diantara komper-

bola lunak sarana bolavoli, kiranya merupa- temen STM dan LTM ada istilah “rehearsal”

kan salah satu alternatif yang tepat sebagai artinya proses yang menghasilkan intensitas

perwujudan konsep tersebut. untuk mentransfer informasi dari STM ke

Bola lunak sarana permainan bolavoli LTM. Kaitan antara penyimpan informasi di

merupakan jembatan untuk menuju bolavoli LTM dengan perwujudan output gerak dapat

yang sesungguhnya. Mengajarkan model dijelaskan melalui konse p “retrieval” yaitu

bolavoli yang sederhana terlebih dahulu proses yang mencangkup pencarian infor-

sebelum mengajarkan bolavoli yang sebe- masi melalui LTM guna dipakai untuk melak-

narnya merupakan tindakan yang tepat apa- sanakan tugas yang sedang dihadapi.

bila kemampuan dan karakteristik siswa Rehearsal merupakan proses pemindah-

belum memadai.

an informasi dari STM ke LTM sedangkan Teknik passing, yaitu passing bawah retrieval merupakan proses pemanggilan

dan passing atas merupakan teknik dasar informasi dari STM ke LTM. STM merupakan

yang paling penting dalam bolavoli (PBVSI, ruang kerja untuk bergerak, yang informa-

1995). Oleh sebab itu, dalam belajar kete- sinya berasal dari STSS dan LTM. Dalam

rampilan bolavoli, yang pertama kali harus keterampilan gerak output gerak yang

dikuasai oleh pemula adalah teknik passing dihasilkan di STM, informasinya diharapkan

bawah dan teknik passing atas. berasal dari LTM. Dengan demikian jelaslah bahwa, dalam kaitannya dengan prinsip ke- rangka memori tujuan akhir dari proses bel-

METODE

ajar keterampilan motorik adalah pengem- bangan memori jangka panjang (LTM).

Metode penelitian adalah dengan meto- Prinsip-prinsip dan teori tentang belajar mo-

de eksperimen. Rancangan penelitian yang torik seperti telah diuraikan di atas merupa-

digunakan “matched by subject design” kan kerangka landasan untuk memahami

(Sugiyanto, 1994:28 ).

proses belajar keterampilan khususnya kete- rampilan passing bolavoli.

Berkaitan dengan pengajaran teknik da- sar

passing bolavoli,

Lutan

menjelaskan bahwa, alasan pokok kega- galan pelaksanaan teknik yang baik antara

lain: 1) perasaan takut mengalami sakit atau

Gambar 2. Rancangan Eksperimen

cedera; dan 2) defisiensi dalam kondisi atau

kesiapan siswa, seperti kekuatan belum

Keterangan:

cukup.

Treatment A : Menggunakan bola standart.

Untuk mengatasi hal itu

Lutan

Treatment B : Menggunakan bola lunak.

menganjurkan untuk: 1) mengubah kondisi

ekternal seperti peralatan yang dipakai dan Jumlah populasi dalam penelitian ini se- lapangan yang dipergunakan; dan 2)

banyak 200 siswa. Sampel sebanyak 30 sis- melakukan latihan dalam kondisi yang lebih

wa, adapun teknik sampling dengan propor- mudah.

sional random sampling, yaitu mengambil 20% dari jumlah tiap kelas.

Agus Harsoyo & Sapta Kunta P., Pengaruh Penggunaan Media Mengajar Bola Lunak 53

HASIL

dangkan kelompok standar memiliki pening- Rangkuman hasil analisis secara ke-

katan nilai passing bolavoli sebasar 16.87%. seluruhan disajikan dalam Tabel 1.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok bola lunak memiliki persentase

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes

peningkatan nilai passing bolavoli yang lebih

Akhir Passing Bolavoli .

besar dari pada kelompok bola standar.

Kelompok Tes N

X

X SD

Bola Awal

Lunak Akhir

Pengaruh Hasil Belajar Passing Bolavoli dengan Media Bola Uji Perbedaan Antara Kelompok Bola

Standart Akhir

Lunak dan Bola Standar

Pada umumya siswa SMP kelas 1 masih Hasil uji perbedaan antara kedua ke-

memiliki kekuatan otot lengan yang belum lompok disajikan pada Tabel 2.

memadai untuk memainkan bola standart. Dengan menggunakan bola yang lebih ringan

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan

memungkinkan siswa lebih berhasil memain-

Kelompok NM

t hitung

t tabel 5%

kan bola. Siswa mampu mengendalikan bola agar tidak jatuh ke lantai, reli-reli passing da-

Bola Lunak 15 20.8667

1.76 pat bertahan lebih lama sehingga frekuensi

Standart 15 18.9333

sentuhan banyak. Atas kemampuan dan ke- berhasilannya timbul rasa puas pada diri sis-

Dari uji yang dilakukan dapat disimpul-

wa dan motivasinya.

kan bahwa nilai t hitung yang diperoleh se- Selain itu bola lunak bola lebih murah besar 5.209, dengan db = 14 dan taraf sig-

sehingga tersedia bola lebih banyak hal ini nifikansi 0.05, nilai t tabel 1.76 Ternyata nilai

memungkinkan siswa untuk lebih banyak t yang diperoleh lebih besar dari t tabel.

melakukan partisipasi dalam belajar, sehing- Dengan demikian hipotesa nol ditolak, yang

ga frekuensi sentuhan setiap siswa tinggi. berarti bahwa hasil tes akhir kelompok bola

Hal ini juga menimbulkan kegembiraan bagi lunak berbeda dengan hasil tes akhir kelom-

siswa karena mereka dapat menikmati per- pok standar.

mainan bolavoli dengan mudah. Dengan bolavoli lebih lunak dan lebih besar berdam-

Perbedaan Persentase Peningkatan

pak pada siswa dapat belajar mengerjakan Untuk mengetahui kelompok mana yang

pola gerak passing yang benar. Ini sangat nemiliki persentase peningkatan yang lebih

penting bagi mereka menjelang pembel- baik, diadakan perhitungan perbedaan pro-

ajaran passing bolavoli dengan ukuran sentase peningkatan tiap-tiap kelompok.

bolavoli yang sebenarnya. Adapun nilai perbedaan disajikan pada

Menurut hukum kesiapan (law of readi- Tabel 3.

nees), belajar akan efektif bila siswa telah siap untuk memberikan respon, dimana res-

Tabel 3. Rangkuman Hasil Penghitungan

pon atau tugas-tugas tersebut memang su-

Perbedaan Peningkatan Passing Bolavoli

dah pantas dan dikuasai oleh siswa. Banyak

Prosen-

faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar

passing bolavoli, diantaranya tingkat kekuat-

Kelompok N

Diffe-

Tes Awal Tes Akhir

Pening-

an otot lengan dan pengalaman sebelum-

rent

katan

nya. Untuk anak-anak SMP masih memiliki

Bola 15 16.3333 20.8667 4.5334 27.76

kekuatan otot lengan yang belum memadai.

Lunak

Disamping itu mereka belum punya penga-

Standart 15 16.2000 18.9333 2.7333 16.87

laman belajar bolavoli sebelumnya. Dengan demikian penggunaan bola standart dapat diartikan siswa masih belum siap, sehingga

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa penugasaan keterampilan menjadi lama ka- kelompok bola lunak memiliki peningkatan

rena pengajaran tidak berjalan efektif. Keti- nilai passing bolavoli sebesar 27.76 %, se-

dak siapan siswa menyebabkan pelaksa-

54 JURNAL OLAHRAGA PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, Mei 2014, 47 - 55

naan passing banyak mengalami kegagalan, ini merupakan penguat negatif sehingga sis- wa merasa tidak puas. Di samping itu akibat benturan dengan bola standart, kebanyakan siswa mengalami rasa sakit pada kedua lengannya. Demikian halnya dengan passing atas, kebanyakan siswa merasa takut meng- alami terkilir pada ruas-ruas jari tangannya. Pengalaman yang tidak menyenangkan ter- sebut menurut hukum pengaruh (law of effect) akan membuat siswa cenderung tidak berani mengulanginya lagi, akibatnya konek- si stimulus respon menjadi lemah.

Kecenderungan siswa untuk tidak meng- ulangi pengalaman yang tidak menyenang- kan tersebut menyebabkan frekuensi peng- ulangan menjadi sedikit, padahal menurut hukum latihan (law of exercise) pengulangan- pengulangan merupakan syarat terjadinya penguasaan keterampilan. Akibatnya sedikit frekuensi pengulangan, akan timbul axctin- tion atau pemadaman, yaitu gejala mele- mahnya hubungan antara stimulus-respon. Respon tidak mendorong dan mulai memu- dar, frekuensinya semakin berkurang dan tidak efektif, akhirnya akan mudah dilupakan siswa dari ingatan tingkah lakunya. Dengan demikian maka padamlah hubungan antara stimulus-respon. Akibat berikutnya dari sed- ikit frekuensi pengulangan adalah bahwa

belajar melalui prinsip “trial and error” sulit dicapai. Menurut konsep belajar “trial and error ” pada awal belajar sedikit sekali keber- hasilan dicapai, lambat laun respon yang salah berkurang, koneksi yang tepat sema- kin disadari, akhirnya gerak menjadi efisisen. Tanpa pengulangan-pengulangan, proses mencoba dan mencoba lagi tidak terjadi se- hingga untuk mencapai gerak yang efisien sulit dijangkau.

Selain itu menurut konsep kerangka memori, frekuensi pengulangan berpengaruh terhadap transfer infomasi dari kotak Short Term Memory (STM) ke kotak Long Term Memory (LTM). Tujuan akhir dari proses bel- ajar keterampilan pada hakikatnya adalah pengembangan memori jangka panjang (LTM). Agar LTM berkembang maka harus diupaya- kan terjadinya rehearsal, yaitu proses pe- mindahan informasi dari STM ke LTM. Rehearsal hanya akan terjadi melalui latihan yang berulang-ulang. Akhirnya proses pe- mindahan informasi dari STM ke LTM berjalan lambat.

KESIMPULAN DAN SARAN