Pemanfaatan Internet Presentasi Power Point

18

III. EVALUASI Teknik dan metode evaluasi serta tugas-tugas

yang diberikan harus disesuaikan dengan indikator keberhasilan yang diacu. Daftar Pustaka Berisi daftar referensi yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan modul. Berdasarkan analisis kebutuhan guru di SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen, maka dalam penyusunan modul ini, penulis akan memasukkan dua jenis materi pembelajaran, yaitu pengenalan aplikasi Microsoft Power Point dan pemanfaatan internet.

2.1.1.2 Pemanfaatan Internet

Menurut Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Ester Wibowo 2007:117 yang dikutip oleh Rivai Sukadi 2013, Internet merupakan sekumpulan jaringan yang terhubung satu dengan lainya, dimana jaringan menjadikan sambungan menuju global informasi. Darmawan 2012:267 mengatakan bahwa Internet merupakan jaringan komunikasi secara elektronik yang mampu membawa informasi dari satu tempat ke tempat yang lain melalui perantara relay satelit yang mampu mengitari dunia. Jika dilihat dari manfaatnya, internet memiliki kemampuan mengirim dan menerima 19 informasi dengan sangat cepat, bahkan mampu mengelilingi dunia dalam waktu yang singkat. Dengan internet, siapapun dapat mengakses informasi untuk setiap jenis kebutuhan, karena internet menawarkan kecepatan dan kemudahan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, yang memungkinkan untuk mengakses informasi kapanpun dan dimanapun. Maka dengan adanya internet ini diharapkan dapat membantu dalam pencarian informasi yang dibutuhkan oleh tenaga pendidik di SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen.

2.1.1.3 Presentasi Power Point

Menurut Sanaky 2009:127, Microsoft Power Point adalah program aplikasi presentasi yang berada dibawah naungan Microsoft Office, yang dapat menampilkan pesan ke layar dengan bantuan LCD Proyektor. Sedangkan Power Point menurut Nurseto 2011 adalah salah satu perangkat lunak software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan presentasi dengan menarik, mudah dalam pembuatan maupun penggunaan dan memiliki harga yang murah dan dapat dijangkau, karena hanya membutuhkan alat untuk menyimpan data yang biasa disebut data storage. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung penggunaan Power Point seperti komputer, laptop, dan LCD Proyektor, maka diharapkan 20 penggunaan media presentasi Power Point ini dapat membantu merancang pembelajaran dan menampilkan dalam bentuk presentasi dihadapan peserta didik dengan lebih menarik. Menurut Jonnes 2003, ada beberapa alasan menggunakan Power Point diantaranya adalah: 1 penggunaan Power Point yang tepat dapat meningkatkan pengalaman belajar mengajar baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik; 2 menggunakan Power Point dapat menjadi gaya mengajar tenaga pendidik yang pada akhirnya dapat memberi stimulus bagi peserta didik untuk belajar menggunakan media audiovisual; dan 3 materi pembelajaran dari Power Point berupa format file, sehingga materi dapat didistribusikan dan dimodifikasi dengan mudah. Dari beberapa manfaat penggunaan Power Point, dapat disimpulkan bahwa Power Point memberikan banyak keuntungan bagi guru dan siswa, yaitu dapat meningkatkan pengalaman belajar mengajar. Bagi guru yang kreatif, penggunaan Power Point dalam penyampaian materi pembelajaran menjadi gaya yang khas dalam proses pengajaran, sehingga hal ini dapat menjadi daya tarik yang dapat menangkap perhatian siswa dalam proses belajar mengajar. Bagi guru, penggunaan media presentasi Power Point dalam penyampaian materi pembelajaran memberikan kemudahan dalam penyusunan materi, sehingga dapat 21 dengan mudah dilakukan modifikasi maupun pemindahan file karena materi pembelajaran disimpan dalam bentuk file. Sebaliknya, penggunaan Power Point juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang diungkapkan oleh Alfian, 2010:6 yaitu: 1 jika presentasi terdiri dari banyak animasi, grafik, dan suara-suara yang terlalu banyak dapat mengalihkan perhatian siswa terhadap materi pembelajaran; 2 dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam pembuatannya untuk mendapatkan slide presentasi yang menarik; 3 jika tidak pandai dalam mengkombinasikan warna, akan mengganggu penglihatan; 4 pengguna Power Point yang tidak kreatif, ditakutkan hanya akan membacakan isi slide saja tanpa menjelaskan isi pembelajaran; dan 5 penggunaan Power Point dan perangkat penyajiannya sangat tergantung pada aliran listrik. Jika terjadi pemadaman aliran listrik, maka penggunaan Power Point tidak dapat dilaksanakan pada saat itu juga. Jika melihat dari kelemahan penggunaan Power Point, beberapa hal tersebut dapat dicarikan solusi, sehingga dapat meminimalisir kelemahan Power Point. Apabila membuat materi presentasi, sebisa mungkin diperhatikan keseimbangan antara design dengan kebutuhan. Apabila akan menambahkan materi dalam bentuk audio visual, pastikan komposisinya seimbang. 22 Suara yang dihasilkan disarankan tidak terlalu keras, sehingga dapat mengganggu pendengaran saat proses belajar mengajar. hal ini dapat menyebabkan materi pembelajaran tidak dapat tersampaikan dengan baik. Apabila hendak menyisipkan gambar, hendaknya dipilih gambar yang warnanya tidak terlalu mencolok, sehingga cahaya yang dipancarkan oleh LCD Proyektor tidak mengganggu pandangan. Pada dasarnya pembuatan materi dengan menggunakan Power Point membutuhkan waktu yang relatif lama, terutama jika pengguna belum terbiasa. Hal ini akan berangsur menghilang jika pengguna berlatih terus menerus sehingga menjadi terbiasa. Hal ini akan mengakibatkan menjadi mudahnya penggunaan Power Point. Dalam membuat materi pembelajaran menggunakan Power Point, hendaknya membuat dengan sekreatif mungkin, sehingga siswa dapat menikmati proses belajar dan yang terpenting adalah materi dapat tersampaikan dengan baik. Yang perlu diperhatikan adalah, materi yang dibuat hanya terdiri dari poin-poin atau kata kunci. Jadi diharapkan guru mampu menjelaskan isi poin-poin tersebut. Apabila menyisipkan materi yang terlalu banyak hanya akan membuat guru show and tell memperlihatkan dan menyampaikan semua isi slide tanpa menjelaskan isi materi. Ketergantungan Power Poiint terhadap arus 23 listrik juga menjadi kelemahan yang utama. Apabila terjadi pemadaman listrik, materi pembelajaran menggunakan Power Point hanya akan sia-sia saja. Akan tetapi, jika sekolah memiliki mesin Generator akan lebih baik lagi, karena adanya pemadaman listrik tidak akan menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar. sebaliknya, jika sekolah tidak memiliki mesin Generator, maka hal ini adalah kelemahan Power Point yang paling utama, dan guru pun tidak dapat berbuat apa-apa selain kembali melakukan metode pengajaran konvensional.

2.1.2 Training

Training pelatihan adalah tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan sumber daya dalam suatu organisasi untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu Flipo, 1961 dalam Sujoko 2012. Widodo 2015:80 mengutip Instruksi Presiden No. 15 tahun 1974 yang merumuskan pengertian pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang berhubungan dengan proses belajar untuk meningkatkan ketrampilan dalam waktu yang singkat, dengan mengedepankan praktek daripada teori. Hal senada dengan Instruksi Presiden diungkapkan oleh Andrew E. Sikula dan dikutip oleh Murtoyo 2000:63, bahwa pelatihan merupakan proses pendidikan yang mempunyai tujuan untuk memperbaiki ketrampilan 24 dan pengetahuan secara teknis yang diadakan dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini biasanya dilakukan untuk menghadapi suatu pekerjaan tertentu pada saat itu. Sikula mengatakan bahwa pelatihan merupakan proses pendidikan dalam jangka pendek yang memanfaatkan prosedur yang sistematis dan terorganisir Sedarmayanti, 2016. Dari beberapa teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelatiha atau Training merupakan suatu proses pendidikan atau latihan yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat, yang diselenggarakan untuk meningkatkan ketrampilan. Menurut SK Menpan No. 01KepM.Pan2001, di lingkungan PNS, pelatihan lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan untuk meningkatkan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan tertentu. Nawawi 1983:113 mengatakan bahwa Training adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Menurut Simamora 2004:348 – 350 manfaat pelatihan antara lain : 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas. 25 2. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan. 3. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia. 4. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka. Dari beberapa manfaat yang diutarakan oleh Simamora 2004:348-350 dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga produktivitas dan kerjasama antar karyawan akan lebih menguntungkan. Menurut Danim 2010, ada beberapa strategi yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan dan pelatihan, yaitu: In-house training, program magang, kemitraaan sekolah, belajar jarak jauh, pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus, kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya, pembinaan internal oleh sekolah, dan pendidikan lanjut. Dari beberapa strategi yang ada, penulis berfokus hanya pada In-House Training IHT sebagai strategi untuk meningkatkan kompetensi guru. Menurut Danim 2010, In-House Training adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal, dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah maupun di tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pelatihan melalui In-House Training ini 26 dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru tidak harus dilakukan dalam lingkungan eksternal saja, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru yang lain. Dengan begitu, strategi In-House Training diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya. IHT dipilih karena menurut Danim 2010 dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan dalam lingkungan internal. IHT dapat dilakukan di rumah sendiri, dalam hal ini IHT dilakukan di sekolah sehingga pelatihan menjadi lebih efektif dan efisien. Pelatihan melalui IHT ini dapat dipimpin oleh sesama guru yang memiliki keterampilan tertentu yang belum dimiliki oleh guru lain. Dengan demikian, In-House Training ini tidak membutuhkan biaya yang banyak. Pemilihan waktunya juga dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

2.1.3 Kompetensi ICT

Kompetensi adalah “behaviours that individuals demonstrate when undertaking job-relevant tasks effectively within a given organizational context”, yang artinya kompetensi merupakan perilaku yang dibuktikan oleh individu ketika mendapatkan tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dalam konteks 27 organisasi tertentu Whiddett Hollyforde, 2003 dalam Sopiatin 2010:57. Sebagai pendidik yang professional, guru tentunya wajib menguasai empat kompetensi yang diperolehnya melalui pendidikan profesi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, social, dan professional, seperti yang tertera dalam UU RI No. 4 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan juga Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru, untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat pada lampiran 1. Dalam UU RI No. 4 tahun 2005, pasal 10 ayat 1 mengatakan bahwa ke-empat kompetensi tersebut adalah: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, Kompetensi Profesional. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran, tidak hanya sekedar memindahkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada murid, tetapi juga harus menguasai secara teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Diantara keempat kompetensi tersebut, kompetensi yang erat hubungannya dengan pengelolaan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi pedagogik, kompetensi tersebut berhubungan dengan: 1 menguasai karakteristik peserta didik, 2 menguasai teori dan 28 prinsip-prinsip pembelajaran, 3 mengembangkan kurikulum dan merancang pembelajaran, 4 menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK atau Information and Communication Technology ICT untuk kepentingan pembelajaran, 5 memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, 6 berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, 7 menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar, 8 memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran, 9 melakukan tindakan reflektif untuk untuk peningkatan kualitas pembelajaran Irwantoro Suryana, 2016: -4. Kompetensi pedagogik dinilai sangat penting bagi guru, karena berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran. Irwantoro Suryana 2016:292 menyebutkan beberapa alasan mengapa masih banyak guru belum sepenuhnya memanfaatkan internet dan multimedia , yaitu a banyak guru yang berusia lanjut dan menghadapi kesulitan dalam belajar internet dan multimedia, b rendahnya motivasi guru untuk belajar mengoperasikan internet dan multimedia, c belum adanya instruksi yang kuat untuk mewajibkan guru untuk memiliki kompetensi ICT bagi pelaksanaan pembelajaran, d minimnya sarana jaringan internet dan multimedia, serta e belum adanya pelaksanaan 29 program pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan untuk menguasai kompetensi ICT berbantuan internet bagi kepentingan proses pembelajaran. Di era global ini, dalam dunia pendidikan, internet dan multimedia seperti sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi penggunaannya, apalagi mulai diterapkan kembali kurikulum 2013. Hal itu akan sangat diperlukan untuk mendukung pembelajaran, dimana materi yang diperoleh tidak hanya dari textbook yang tersedia. Penggunaan ICT diharapkan mampu mendukung proses pembelajaran, sehingga pelaksanaan kurikulum 2013 di SD Negeri Kroyo 1 Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen dapat berjalan sesuai harapan. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 tanpa menggunakan ICT sebenarnya dapat ditoleransi, tetapi untuk jangka waktu yang lama, ditakutkan akan berdampak pada proses belajar mengajar yang semakin melambat. Hal ini terjadi karena kemajuan teknologi yang begitu cepat tetapi tidak diimbangi dengan kompetensi guru yang masih rendah.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sujoko 2012:36 dalam jurnalnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran melalui In-House

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar

0 0 70

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Modul In-House Training untuk Meningkatkan Kompetensi ICT di Kalangan Guru Sekolah Dasar T2 942015009 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB IV

2 52 56

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: In House Training untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SD dalam Penyusunan Instrumen Penilaian Ranah Sikap T2 942015016 BAB I

0 0 12

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB II

0 1 27