Hasil Analisis Uji t (Paired Sample t Test)
2. Hasil Analisis Uji t (Paired Sample t Test)
Penelitian ini menggunakan software SPSS Versi 17 dalam menganalisis Dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari Surakarta. Uji yang akan dilakukan adalah uji t (Paired Sample t Test) adalah uji t untuk dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sampel dengan subyek yang sama namun mengalami perlakuan dan pengukuran yang berbeda. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95%. Data yang digunakan adalah data di Banjarsari yang telah disesuaikan dengan data pembandingnya (di Notoharjo) dengan menggunakan penghitungan angka indeks. Angka indeks yang digunakan adalah angka indek harga konsumen (IHK). Data yang dideflasikan adalah data omset penjualan, keuntungan, dan retribusi dan pungutan pasar.
a. Omset Penjualan
Penelitian ini terdapat rata-rata omset pedagang kaki lima saat di Banjarsari maupun di Notoharjo, rata-rata omset pedagang kaki lima pada saat di Banjarsari dengan IHK adalah Rp. 10.634.038,90 sedangkan omset pada saat di Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebesar Rp. 8.087.000,00. Omset antara Kawasan Banjarsari yang sudah dimasukkan IHK dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar - Rp.2.547.038,90 hal ini menunjukkan terjadi penurunan omset di
commit to user
Kawasan Banjarari.
Tabel. 4.24 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Omset Penjualan (per bulan)
Lokasi N Rata-rata
omset (Rp)
Correlation Sig. t
df Sig (2 tailed) Notoharjo 100 8.087.000
0,745 0,00 -6,447 99 0,000 Bajarsari
100 10.634.038,9
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,745 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara omset di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob < 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar - 6,447 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 :
99, diperoleh nilai 1,984),
t hitung (-6,447)
0 H diterima
0 H ditolak
H 0 ditolak
-t α/2 (-1,984)
t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.5 uji 2 fihak variabel omset penjualan
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel dengan uji 2 (dua) pihak maka H 0 ditolak atau H diterima sehingga rata- rata sampel omset penjualan saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di
commit to user
mean sebesar - Rp.2.547.038,90 perbedaan ini mempunyai range antara lower /batas bawah dengan nilai –Rp. 3.330.911,99 dan upper/ batas atasnya -Rp.1.7631.165,80. Uji t menerima H menunjukkan perbedaan mean -Rp.2.547.038,90 cukup berarti untuk menyatakan bahwa perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo mempengaruhi Omset pedagang dalam hasil penghitungan ini menunjukkan nilai negative (-) ini menunjukkan bahwa omset di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan Omset penjualan jika dibandingkan pada saat di Banjarsari. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah konsumen yang tidak sebanyak pada saat di Banjarsari.
b. Keuntungan Pedagang
Rata-rata keuntungan pedagang pada saat di Banjarsari (2006) dan nilainya sudah disetarakan dengan data pada saat di Notoharjo (2011) dengan memasukkan IHK kedalam hitungan. Nilai keuntungannya adalah sebesar Rp.2.393.227,15 dan pada saat observasi keuntungan pedagang di pasar Notoharjo sebesar Rp.1.817.500, jadi terdapat perbedaan keuntungan anatara pasar Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi sebesar -Rp.575.727,15 , tanda negatif pada beda mean tersebut menunjukkan bahwa nilai keuntungan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan.
commit to user
Penjualan Pedagang (per bulan)
Lokasi N Rata-rata
Keuntungan (Rp)
Correlation Sig. T df Sig (2 tailed)
Notoharjo 100 1.817.500 0,727 0,00 -7,017 99 0,006 Banjarsari 100 2.393.227,15
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Keuntungan yang didapatkan oleh pedagang antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar -Rp.575.727,15 ini menunjukkan bahwa keuntungan pedagang yang sekarang menempati Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan keuntungan pada saat di Banjarsari. hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah omset di Notoharjo. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,727 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara keuntungan di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,000 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar - 7,017 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984), Hasil tabel
mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel maka H 0 ditolak atau H diterima sehingga rata-rata sampel keuntungan penjualan saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata t hitung (-7,017)
0 H diterima
commit to user
-t α/2 (-1,984)
t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.6 uji 2 fihak variabel keuntungan
Beda mean sebesar -Rp.575.727,15 perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan nilai - Rp.738.519,61 dan upper/ batas atasnya -Rp.412.934,69 Uji t yang menolak H 0 menunjukkan perbedaan -Rp.575.727,15 cukup berarti untuk menyatakan bahwa perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo mempengaruhi keuntungan pedagang hal ini juga ditunjukkan t hitung
lebih besar dari pada t tabel sehingga menyebabkan H 1 diterima dengan hipotesis bahwa keuntungan mengalami perubahan secara signifikan dengan hasil t hitung -7,017 menunjukkan perubahan yang negatif atau menunjukkan adanya penurunan keuntungan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi.
c. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja secara rata-rata tidak mengalami perubahan secara signifikan perubahan jumlah pekerja yang dimiliki antara1-3 orang saja. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki sekarang (di Pasar Klitikan Notoharjo) mengalami penurunan dari jumlah tenaga kerja sebelumnya saat masih di Banjarsari. Jenis usaha yang mengalami penurunan antara lain jenis usaha variasi dan peralatan motor, pakaian,
commit to user
penurunan jumlah tenaga kerja dikarenakan salah satu faktornya adalah berkurangnya omset penjualan.
Tabel. 4.26 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk HOK Lokasi N Rata-rata
TK (orang)
Correlation Sig. t
df Sig (2 tailed) Notoharjo 100 2,19
0,464 0,00 - 0,872 99 0,385 Banjarsari 100 2,28
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Penghitungan variabel tenaga kerja antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo menggunakan satuan HOK (Hari Orang Kerja) 1 HOK = 7 jam kerja, di Pasar banjarsari maupun Pasar Klitikan Notoharjo jam buka – jam tutup antara jam 08.00 sd 16.30 atau jam kerja sekitar 8,5 jam dalam 1 hari, jika dithitung dalam satuan HOK maka nilainya adalah 1,21 HOK (8,5 jam/7jam). Variabel tenaga kerja memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar -0,096 perbedaan meannya sangat kecil maka perbedaan tersebut dianggap tidak ada, walau secara nyata jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK lebih banyak di Kawasan Banjarari. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,522 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara jumlah tenaga kerja di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,385 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung yang di hitung dengan
commit to user
pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984), t hitung (-0,872)
Ho diterima
Ho ditolak
Ho ditolak
-t α/2 (-1,984)
α/2 (1,984) t
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.7 uji 2 fihak variabel Tenaga Kerja
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung < (lebih keci dari) t tabel maka Ho diterima atau H ditolak sehingga rata-rata sampel jumlah tenaga kerja saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo tidak mengalami perubahan secara nyata. Akan tetapi terdapat beda mean sebesar - 0,096 perbedaan ini mempunyai range antara lower /batas bawah dengan nilai - 0,317 dan upper/ batas atasnya 0,123. Uji t yang menolak H menunjukkan perbedaan 0,96 dengan range > 0 sampai 0,123 tidak cukup berarti untuk menyatakan bahwa perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo mempengaruhi Jumlah tenaga kerjanya yang dihitung dengan HOK.
d. Kuantitas Penjualan Barang
Rata-rata Kuantitas barang yang dapat terjual oleh pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo rata-rata mengalami penururunan. Nilai rata-rata kuantitas (jumlah barang yang terjual) di Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebanyak 42,82 dibulatkan menjadi 43 barang dalam satu bulan,
commit to user
54,08 dan dibulatkan menjadi 54 barang dalam satu bulan.
Tabel. 4.27 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Kuantitas
Barang yang Terjual (per bulan)
Lokasi N Q Rata-rata
(barang)
Correlation Sig. t
df Sig (2 tailed) Notoharjo 100 42,82
0,887 0,00 -5,778 99 0,00 Banjarsari 100 54,08
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Jumlah kuantitas barang yang dapat terjual antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar -11,25 perbedaan meannya yang cukup terlihat perbedaannya antara di Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,887 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara jumlah kuantitas barang yang terjual di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung yang dihitung dengan software spss 17 menghasilkan nilai sebesar -5,778 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 :
99, diperoleh nilai 1,984), Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel maka Ho ditolak atau H diterima sehingga rata-rata sampel kuantitas barang yang dapat terjual saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata. t hitung (-5,778)
commit to user
Ho ditolak
Ho ditolak
-t α/2 (-1,984)
α/2 (1,984) t
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.8 uji 2 fihak variabel kuantitas barang yang terjual
Perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan nilai -15,120 dan upper / batas atasnya. -7,389. Ini menunjukkan permintaan akan barang di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan secara kuantitas jika di bandingkan ketika masih di Banjarsari.
e. Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar
Penelitian ini terdapat rata-rata pungutan retribusi dan pasar yang dibayarkan oleh pedagang kaki lima saat di Banjarsari maupun di Pasar Klitikan Notoharjo, rata-rata retribusi dan punguta pasar pedagang kaki lima pada saat di Banjarsari adalah Rp. 65.232,80 / bulan (data telah disesuaikan/ telah dideflasikan dengan IHK) sedangkan pada saat di Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebesar Rp. 103.247,00. Terdapat penigkatan pungutan retribusi dan pasar saat di pasar Klitikan Notoharjo besarnya peningkatan adalah sebesar Rp. 38.014,20 ini dikarenakan fasilitas yang terdapat di Pasar Klitikan Notoharjo jauh lebih baik dan lebih tertata secara rapi tempat maupun secara perijinannya.
Tabel. 4.28 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar (per bulan) Lokasi N Rata-rata Correlation Sig. t df Sig (2
commit to user
Notoharjo 100 103.247 0,109 0,282 23,961 99 0,00 Banjarsari 100 65.232,80
Sumber : Analisis Data Primer, data diolah, 2011
Jumlah pungutan retribusi dan pungutan pasar antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar Rp. 38.014,20 perbedaan meannya yang cukup terlihat perbedaannya antara di Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo hal ini disebabkan perbedaan penetapan jumlah retribusi dan pungutan pasar yang dibebankan kepada pedagang. Biaya ini digunakan untuk biaya perawatan fasilitas dan operasional pasar. Biaya penetapan retribusi dan pungutan pasar lebih tinggi di Pasar Klitikan Notoharjo dikarenakan fasilitas dan tempat pasar yang jauh lebih bagus dan tertata dari pada saat di Banjarsari yang terkesan masih liar dan tempat yang digunakan saat di Banjarsari merupakan tempat untuk umum bukan tempat yang disediakan untuk berdagang sehingga para pedagang belum mendapat ijin usaha dari pemerintah, dan hal ini yang menyebabkan peningkatan jumlah retribusi dan pungutan pasarnya. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,109 dengan signifikansi output sebesar 0,282 > (lebih besar) dari 0,05 berarti korelasi antara jumlah pungutan pasar dan retribusi di banjarsari dan di Pasar Klitikan Notoharjo tidak ada kaitannya dan tidak berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar 23,961 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984),
commit to user
t hitung (23,961)
Ho diterima
Ho ditolak
Ho ditolak
-t α/2 (-1,984)
α/2 (1,984) t
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.9 uji 2 fihak variabel Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar) t tabel maka Ho ditolak atau H diterima sehingga rata-rata sampel pungutan pasar dan retribusi saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata. Perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan nilai 34.866,21 dan upper / batas atasnya 41.162,18.