Variabel Omset Penjualan

a. Variabel Omset Penjualan

Penelitian tentang Analisis Dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima ini menggunakan 100 responden yang terbagi dalam beberapa kelompok pedagang. Dalam penentuan variabel omset penjualan penulis membaginya menjadi 8 (delapan) jenis usaha antara lain; variasi dan perlengkapan mobil, las dan cat, sepatu dan alat olah raga, pakaian, elektronik dan audio mobil, variasi motor, barang rupa-rupa, dan konter handphone. Penelitian ini menggunakan pedagang variasi dan peralatan motor dengan jumlah sampel yang terbanyak yaitu 20 sampel dari total sampel yang berjumlah 100 sampel yang terbagi menjadi 8 kategori jenis usaha. Penetapan jenis usaha variasi dan peralatan motor menjadi sampel yang terbanyak dikarenakan mayoritas pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo berjenis usaha variasi dan peralatan motor. Tingkat perubahan omset penjualan dari data diatas menunjukkan bahwa jenis dagangan yang bisa berkembang di Pasar Notoharjo dari pada saat masih di Pasar Banjarsari adalah, Variasi dan Peralatan Mobil, Las dan Cat sedangkan jenis barang dagangan lain seperti jenis barang dagangan sepatu dan peralatan olah raga, pakaian, elektonik dan audi mobil, variasi dan peralatan motor, barang lain-lain, dan konter masih menunjukkan

commit to user

Banjarsari.

Tabel. 4.11 Rata-rata Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo

No Jenis Dagangan

Jumlah Responden

Rata-rata Omset / bulan (Rp.) Notoharjo Banjarsari

1 Variasi dan

Peralatan Mobil

3 Sepatu dan Alat

Olah Raga

5 Elektronik dan

Audio Mobil

15 14.200.000 15.240.000

6 Variasi dan

Peralatan Motor

30 8.100.000 9.991.666

7 Barang Rupa-rupa

10 5.800.000 7.450.000

8 Konter handphone

5 2.900.000 4.200.000 Sumber : Data Diolah 2011

jenis dagangan yang paling mengalami penurunan adalah jenis dagangan pakaian. Hal ini dikarenakan di tempat baru yaitu di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami banyak penurunan permintaan atau omset dikarenakan tempat dari Pasar Klitikan Notoharjo berada di pinggiran Kota Surakarta dan menyebabkan berkurangnya jumlah konsumen dikarenakan salah satu faktornya adalah tempat yang baru agak susah untuk dijangkau dan lebih jauh sehingga memerlukan usaha yang lebih untuk menuju ke pasar Klitikan, selain itu daerah yang baru juga

commit to user

usaha dari pedagang dan khususnya bagi pemerintah Kota Surakarta untuk dapat memulihkan keadaan pedagang yang telah direlokasi ke kawasan Semanggi agar tujuan dari revitalisasi pedagang kaki lima di Kawasan Banjarsari dapat berjalan sesuai dengan rencana, sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan untuk masayarakat sekitar dan khususnya bagi pedagang yang terrevitalisasi.

Tabel. 4.12 Persentase Perubahan Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo

No Jenis Dagangan

Jumlah Responden

Persentase perubahan (%) Omset/bulan

1 Variasi dan

Peralatan Mobil

3 Sepatu dan Alat

Olah Raga

5 Elektronik dan

Audio Mobil

15 -9%

6 Variasi dan

Peralatan Motor

30 -13%

7 Barang Rupa-rupa

10 -22%

8 Konter handphone

5 -31% Sumber : Data Diolah 2011

Variasi dan Peralatan Mobil mengalami peningkatan Kurang lebih 80% dari omset penjualan pada saat di Banjarsari ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain; laju pertumbuhan kendaraan roda empat

commit to user

pedagang yang dikutip oleh penulis peningkatan pendapata ini dikarenakan adanya permintaan dari showroom-showroom Mobil di Kota Surakarta, Pasar mobil bekas di area Sriwedari hal ini yang menyebabkan peningkatan omset untuk Variasi dan Peralatan Mobil di Pasar Notoharjo begitu juga utuk jenis usaha las dan cat juga mengalami peningkatan omset dikarenakan adanya permintaan dari variasi dan peralatan mobil. Omset penjualan para pedagang kaki lima tersbut juga dipengaruhi letak blok atau kios yang ditempatinya untuk berdagang, semakin kedalam atau semakin kebelakang maka tingkat pendapatan atau omsetnya juga akan semakin berkurang ini dikarenakan konsumen sudah terserap di pedagang-pedagang bagian depan.

Pedagang Kaki Lima pada awal dipindah atau direlokasi juli tahun 2006 omset di Pasar Notoharjo Semaggi rata-rata masih sangat kecil, bahkan hal itu menyebabkan pedagang merugi karena hampir tidak adanya omset pejualan, hal itu bahkan berlanjut sampai kurang lebih kurun waktu 2 tahun setelah itu baru pendapatan menanjak, ini dikarenakan masih kurang tahunya masyarakat akan keberadaan Pasar klitikan Notoharjo yang secara letak memang jauh dari pusat kota atau jauh dari daerah asal (Banjarsari). Pemerintah sangat berperan dalam mempromosikan Pasar Klitikan Notoharjo melalui beberapa cara antara lain; pemberian tanda jalan ke Pasar Klitikan Notoharjo, membuat beberapa event untuk mengenalkan pasar Notoharjo kepada masyarakat,

commit to user

(Koran, poster, spanduk ,dll) dan media elektronik (Radio, televisi, internet). Omset rata-rata pedagang mengalami penurunan tetapi masih banyak pedagang yang memilih bertahan di Pasar Klitikan Notoharjo dikarenakan mendapat fasilitas ruko, tempat sudah tetap,dan sudah mendapat ijin usaha, selain mendapatkan fasilitas yang sudah disediakan pedagang juga mendapat pinjaman modal dari kementrian perindustrian, perdagangan dan koprasi pada awal berdirinya setiap pedagang mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp. 5.000.000,00 dengan angsuran Rp.270.833,00 per bulan, dan sekarang dikelola oleh koprasi Pasar Klitikan Notoharjo. Data yang diperoleh diatas belum dideflasikan, dalam pendeflasian nilai tersebut penulis menggunkan indek harga konsumen.

Angka indeks konsumen Kota Surakarta dimasukkan kedalam hitungan dikarenakan untuk mencari nilai omset sekarang pada saat di Banjarsari, data yang didapatkan penulis adalah data dari hasil wawancara dengan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi dan data tersebut diasumsikan adalah data terakhir pada saat di Banjarsari yaitu tahun 2006 maka untuk menyesuaikan dengan data pembanding (data pada saat di Pasar Notoharjo) dan di asumsikan data omset di Pasar Klitikan Notoharjo adalah data pada saat dilaksanakannya wawancara yaitu tahun 2011. Angka indeks konsumen yang digunakan adalah angka indeks Kota Surakarta dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

commit to user

Tahun 2007 2008 2009 2010 Total IHK 5,51% 11,06% 2,78% 6,96% 26,31% Sumber: BI Kota Surakarta, 2010

Metode yang digunakan adalah dengan mengkalikan total IHK dari tahun 2007 s/d 2010 yaitu sebesar 26,31% dengan nilai omset saat di Banjarsari.

Tabel. 4.14 Rata-rata Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari (data dideflasikan) dan di Notoharjo

No Jenis Dagangan

Jumlah Responden

Rata-rata Omset / bulan (Rp.) Notoharjo Banjarsari dng IHK

1 Variasi dan

Peralatan Mobil

3 Sepatu dan Alat

Olah Raga

5 Elektronik dan

Audio Mobil

15 14.200.000 19.249.644

6 Variasi dan

Peralatan Motor

30 8.100.000 12.620.474

7 Barang Rupa-rupa

10 5.800.000 9.410.095

8 Konter handphone

5 2.900.000 5.305.020 Sumber : Data Diolah 2011

Nilai indek dari penghitungan dengan menggunakan angka indek harga konsumen didapat angka sebesar 126,31% ini menunjukkan ada penurunan nilai uang sebesar 26,31% dari saat pindah sampai sekarang, maka dari itu nilai omset di Banjarsari dikalikan dengan hasil penghitungan angka indek dan didapatkan hasil omset di Banjarsari yang

commit to user

disesuaikan dengan data pembanding terdapat peningkatan nilai omset penjualan di Banjarsari, dari data tabel diatas omset penjulan yang mengalami peningkatan adalah jenis usaha variasi dan peralatan mobil, las dan cat jenis usaha ini (variasi dan peralatan mobil, las dan cat) dengan jarak waktu kurang lebih 5 tahun setelah direvitalisasi secara signifikan telah mengalami peningkatan omset di Pasar klitikan Notoharjo dari pada saat di Banjarsari, sedangkan jenis usaha lain seperti variasi dan peralatan motor, sepatu dan alat olah raga, pakaian, elektronik dan audio mobil, barang rupa-rupa, konter hendphone belum menunjukkan peningkatan bahkan masih terlihat mengalami penurunan omset penjualan.