Sifat-sifat Beton

2.1.7. Sifat-sifat Beton

Sifat-sifat beton meliputi sifat fisik, kimia, mekanik baik yang dapat dilihat atau yang hanya dengan bantuan mikroskop. Tetapi dalam segi kondisi beton dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

commit to user

a. Sifat-sifat beton sebelum mengeras (fresh concrete).

b. Sifat-sifat beton setelah mengeras (hard concrete).

2.1.7.1. Sifat-sifat Beton Sebelum Mengeras

Hal penting yang perlu diketahui pada sifat-sifat beton segar adalah Workabilitas atau kemudahan pengerjaan. Workabilitas adalah tingkat kemudahan pengerjaan beton dalam mencampur, mengaduk, menuang dalam cetakan dan pemadatan tanpa mengurangi homogenitas beton dan beton tidak mengalami bleeding (pemisahan) yang berlebihan untuk mencapai kekuatan beton yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya pengertian workabilitas dapat didefinisikan dengan istilah- istilah sebagai berikut :

a. Mobilitas adalah kemudahan adukan beton untuk dapat mengalir dalam cetakan dan dituang kembali.

b. Stabilitas adalah kemampuan adukan beton untuk selalu bersifat homogen, selalu mengikat (koheren) dan stabil baik selama dikerjakan maupun digetarkan tanpa mengalami pemisahan butiran (segregasi dan bleeding).

c. Kompaktibilitas adalah kemudahan adukan beton untuk dipadatkan, sehingga mengurangi rongga-rongga udara dalam adukan.

d. Finishibilitas adalah kemudahan adukan beton untuk mencapai tahap akhir yaitu mengeras dengan kondisi yang baik.

Menurut Kardiyono Tjokrodimuljo (1996), unsur-unsur yang mempengaruhi sifat workability antara lain adalah berikut ini :

a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton, semakin banyak air yang dipakai semakin mudah beton segar ini dikerjakan.

b. Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan adukan betonnya, karena pasti diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.

commit to user

gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton akan mudah dikerjakan.

d. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara pengerjaan beton.

e. Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai juga berpengaruh terhadap tingkat kemudahan pengerjaan.

f. Cara pemadatan adukan beton menetukan sifat pengerjaan yang berbeda. Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit jika dipadatkan dengan tangan.

Tingkat workabilitas harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan beton itu sendiri seperti pada Tabel 2.6 Tabel 2.6. Penggunaan Beton pada Tingkat Workabilitas yang Berbeda-beda

Tingkat Workabilitas

Slump

(cm)

Faktor Pemadatan

Penggunaan Beton yang Sesuai

Sangat Rendah

0-25

0,80-0,87

Beton yang diperlukan di jalan atau seksi lain yang lebih luas, dimana mesin getar yang kuat dapat dilakukan. Tiang yang digetarkan, balok pencetak, bantalan rel kereta api dan lainnya dimana dibutuhkan kekuatan yang

tinggi, misal 40 N/mm 2 atau lebih pada

umur 28 hari.

Rendah sampai sedang

25-50

0,87-0,93

Jalan raya dengan bentuk mesin penggetar dan penghalus yang biasa, dan pemadat yang dioperasikan dengan tangan biasa atau sejenis.

Sedang sampai tinggi

50-100

0,93-0,95

Jalan raya dengan pemadatan tangan slump 50-75 mm. Untuk beton bertulang biasa tanpa penggetaran dan bertulang rapat dengan penggetaran dan bertulang rapat dengan penggetaran dan pompa.

Tinggi

100-175

Lebih dari

0,95

Untuk bagian dengan tulangan rapat. Pekerjaan yang sukar pencetakannya. Umumnya

tidak

sesuai untuk

digetarkan.

commit to user

(keenceran) adukan beton. Semakin encer adukan, makin mudah pekerjaan. Untuk mengetahui tingkat keenceran adukan beton biasanya dilakukan percobaan slump atau slump test. Semakain besar niali slump test berarti adukan beton semakin mudah dikerjakan. Pada umumnya nilai slump berkisar antara 50-125 mm.

2.1.7.2. Sifat-sifat Beton Setelah Mengeras

2.1.7.2.1. Kekuatan (Strength)

Sifat dari beton setelah mengeras antara lain adalah mempunyai kekuatan dan ketahanan. Kekuatan (strength) adalah sifat dari beton yang berkaitan dengan mutu dari beton tersebut untuk menerima beban dari luar. Kekuatan beton antara lain adalah kekuatan tekan, kekuatan tarik, dan kekuatan geser.

2.1.7.2.2. Ketahanan (Durability)

Ketahanan (durability) adalah gaya tahan beton terhadap suatu kondisi atau gangguan yang berupa gangguan dari dalam atau dari luar tanpa mengalami kerusakan selama bertahun-tahun. Gangguan dari luar dapat berupa cuaca, suhu, korosi dan bahan kimia lainnya. Sedangkan gangguan dari dalam berupa reaksi kimia antara semen dengan alkali atau sering disebut ASR (Alkali Silica Reaction) yang jika terlalu banyak dapat menyebabkan beton retak.

2.1.7.2.3. Rangkak dan Susut

Rangkak (creep) merupakan deformasi yang berjalan lambat akibat pembebanan dalam jangka waktu yang panjang dengan tegangan konstan. Rangkak disini dipengaruhi oleh umur beton, besar regangan, faktor air semen dan kekuatan beton. Proses susut (shringkage) merupan perubahan bentuk volume yang terjadi bila terjadi perubahan suhu. Hal yang mempengaruhi susut antara lain mutu agregat dan faktor air semen. Proses susut dan rangkak saling berkaitan karena

commit to user

yang bertambah sesuai dengan berjalannya waktu.

commit to user

Istilah ‘beton precast’ atau beton pracetak digunakan karena beton tersebut diproduksi di dalam pabrik yang bersifat permanen atau dalam kondisi lapangan sementara dengan pemasangan di lapangan (erection) sebagai penyelesaian akhir. Konstruksi dengan system beton pracetak pada berbagai bentuk konstruksi merupakan system alternative dari system yang selama ini dipakai yaitu system cor di tempat (cast insitu concrete).

Paten pertama untuk beton precast dibuat pada tahun 1875 oleh William Iascelles, untuk system bangunan perumahan. Eugene Freyssinet dari Perancis mengembangkan beton precast pada tahun 1927. Pada tahun 1946 diperkenalnan cladding dari beton precasts untuk bangunan tingkat tinggi dengan percobaan Le Corbusier pada kehidupan urban : Unite d’Habitation di Marselles.

Pada prinsipnya system pelaksanaan antara beton pracetak dengan system beton cor di tempat sangatlah sedikit perbedaannya, yaitu bahwa pelaksanaan beton cor di tempat semua bahan dan alat yang dipakai berada pada tempat dimana konstruksi tersebut akan dibuat. Sedangkan untuk pelaksanaan dengan system beton pracetak bahan yang akan digunakan telah diproduksi dopabrik dengan bentuk konstruksi sesuai dengan gambar desain kemudian dikirim ke lapangan untu dipasang dengan alat yang telah tersedia di lapangan, misalnya mobil crane atau tower crane. Adapun keuntungan dan kerugian dalam pemakaian beton pracetak, yaitu :

1. Keuntungan

a. Waktu pelaksanaan sebuah konstruksi akan lebih cepat.

b. Efisiensi pekerjaan-pekerjaan bekisting (cetakan).

c. Konstruksi tidak dipengaruhi oleh cuaca.

d. Produksi dapat dibuat missal dan presisi.

e. Produk yang dihasilkan akan lebih baik.

commit to user

a. Sambungan-sambungan antara elemen bentuk pracetaj menjadi perhatian khusus.

b. Beton pracetak tidak dapat di desain dengan ukuran yang terlalu besar untuk setiap unit/elemen.

c. Membutuhkan alat berat untuk pengangkutan, penyimpanan dan pemasangannya.

d. Dilihat dari sudut pandang arsitektur, bentuk dari beton pracetak tidak indah dan kaku karena bentuknya yang seragam.

Dokumen yang terkait

4.1 Hasil Perancangan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan dan Evaluasi Vertical Garden Bertema “Golden Year” = Design and Evaluation of “Golden Year” Themed Vertical Garden

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Fear of Failure dan Perfeksionisme terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Skripsi di Fakultas Teknologi Informasi UKSW

0 1 11

2.1 PROKRASTINASI AKADEMIK 2.1.1 Definisi Prokrastinasi Akademik - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Fear of Failure dan Perfeksionisme terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Skripsi d

0 1 21

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Fear of Failure dan Perfeksionisme terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Skripsi di Fakultas Teknologi Informasi UKSW

0 2 17

4. 1 Deskripsi Tempat Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Fear of Failure dan Perfeksionisme terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Skripsi di Fakultas Teknologi Informasi U

0 1 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Fear of Failure dan Perfeksionisme terhadap Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Sedang Menyelesaikan Skripsi di Fakultas Teknologi Informasi UKSW

0 1 17

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Distribusi Maloklusi Skeletal Klas I, II dan III Berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need Pada Pasien Periode Gigi Permanen Yang Dirawat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGMP FKG USU

0 0 19

IMPROVING STUDENTS’ READING COMPREHENSION ON NARRATIVE TEXT USING ANIMATION VIDEO (A Classroom Action Research at Eleventh Grade Students of MA Nahdlatul Muslimin Kudus in Academic Year 20132014) By RUFAIDA NAURIN NIM. 201032232

1 3 20

THE TEACHING AND LEARNING PROCESS OF READING COMPREHENSION TO STUDENTS WITH VISUAL IMPAIRMENT (A Descriptive Research at the Seventh and Eighth Grade of SMP YKAB Surakarta in 20122013Academic Year)

0 0 56