Potensi Sumber Daya Alam

BAB IV POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA DI DESA RIANIATE

KABUPATEN TAPANULI SELATAN

4.1 Potensi Sumber Daya Alam

Danau Siais terletak di desa Rianiate Kecamatan Siais Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan, dengan jarak tempuh 45 km dari ibu kota Kabupaten Padang Sidimpuan. Desa Rianiate merupakan salah satu desa tertua di Kabupaten Tapanuli Selatan, yang disebabkan letak desa ini dekat dengan Pantai Barat. Danau Siais yang berada di Rianiate ini terjadi karena menyusutnya air pantai barat yang meninggalkan bekas pada daerah terendah di kawasan ini sehingga memungkinkan terkumpulnya air, baik itu air dari gunung ataupun mata airnya sendiri. Di sepanjang jalan menuju Danau Siais terdapat perkebunan sawit dan karet milik Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara PTPN III Batangtoru, yang merupakan pemandangan yang dapat dilihat sepanjang perjalanan menuju Danau Siais. Perkebunan ini merupakan perkebunan peninggalan zaman kolonialisme Belanda yang masih menopang pertumbuhan ekonomi daerah. Danau Siais merupakan danau terluas kedua di Sumatera Utara setelah Danau Toba Kompas, 17 Desember 2005. Danau ini memiliki potensi sumber daya alam yang cukup memadai untuk dikembangkan. Danau Siais memiliki pemandangan yang sangat indah. Danau Siais masih bersifat alami, yaitu dikelilingi oleh bukit-bukit yang Universitas Sumatera Utara merupakan hutan tropis. Selain keindahan danuanya, Desa Rianiate juga memiliki potensi atau daya tarik lain yaitu air terjun. Air terjun ini berjarak kira-kira 10 km dari kawasan Danau Siais. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 200 meter serta dikelilingi hutan alami dan udara yang sejuk. Air terjun ini dinamakan Air Terjun Sirambe, dan masyarakat setempat menyebutnya Aek Sirambe . Kawasan Danau Siais memiliki pemandangan alam yang indah dan alami sehingga pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan membangun bumi perkemahan. Pada bulan Oktober 2006, Danau Siais pernah menjadi tuan rumah dalam kegiatan jambore pramuka se-Sumatera Utara. Kegiatan pramuka inilah yang merupakan langkah awal Danau Siais mulai dikenal oleh masyarakat Kabupaten Tapnuli Selatan sebagai salah satu objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan kini terus berupaya memperkenalkan Danau Siais sebagai objek wisata baru di daerah tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mengadakan kegiatan tahunan di Danau Siais seperti : Perlombaan Dayung Tradisional dan Kolaborasi Musik Tradisional dengan Musik Modern. Dengan adanya kegiatan tahunan tersebut diharapkan masyarakat berkunjung ke Danau Siais dan untuk mendukung kegiatan ini Pemerintah Daerah telah menyediakan fasilitas penginapan berupa sebuah mess yang terdiri dari 18 kamar, begitupun fasilitas pendukung kepariwisataan lainnya seperti : rumah makan, listik, dan toilet. Universitas Sumatera Utara Dalam pengembangan kepariwisataan di kawasan ini, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah sarana jalan menuju ke Danau Siais yang keadaannya kini sangat rusak. Kerusakan jalan membuat jarak tempuh menjadi relative lama, sekitar tiga hingga empat jam. Jalan rusak di mulai dari desa Simataniari hingga lokasi Danau Siais yang berjarak 15 km dan kondisi jalan hampir semuanya tak beraspal. Jalan dari desa Simataniari menunju Danau Siais semakin parah pada saat hujan, dengan kata lain, jalan sama sekali tidak dapat dilalui kendaraan roda empat. Selain keindahan danau dan air terjunnya, Desa Rianiate juga memiliki keunikan lain yaitu ribuan ekor ikan jurung yang ada di danau tersebut dan masyarakat setempat sering menyebutnya dengan ikan mera atau ikan kramat. Ikan kramat ini berada di sungai kecil yang mengalir di Desa Rianiate. Jenis ikan ini cukup beragam meskipun sebenarnya didominasi ikan jurung dengan populasi sekitar 10.000 ekor dengan rata-rata berat 1 sampai 2 kg per ekor dan panjang 50 cm, namun ikan tersebut tidak pernah di konsumsi oleh masyarakat karena diyakini dapat membawa malapetaka. Konon kabarnya sekitar tahun 1940-an ikan tersebut ditebar oleh Syekh Tabuyung, seorang guru tasawuf yang tinggal di masjid dekat sungai. Ikan-ikan tersebut terus berkembang hingga kini masih tetap ada dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Rianiate. Universitas Sumatera Utara

4.2 Potensi Sumber Daya Budaya