92
parkir menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan di Medan, selain itu investor menjadi ragu-ragu untuk menanamkan modalnya pada usaha pengelolaan parkir swasta. Dari
hasil penelitian perusahaan konsultan properti Colliers International yang melakukan survei tarif parkir di kota-kota dunia ternyata tarif parkir di sebuah kota menunjukkan kemajuan
ekonominya. Jika tarif parkir semakin meningkat, itu menunjukkan kota tersebut serius membenahi diri untuk menyambut investor.
Beberapa kendala yang mengakibatkan pemungutannya retribusi perparkiran berjalan kurang baik, diantaranya:
1. Petugas pemungut pajak yang telah di tugaskan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan tidak bertemu dengan wajip pajak WP
2. Wajib pajak menunda pembayaran pajak dengan alasan parkiran sepi atau libur 3. Banyak wajib pajak yang beralasan memiliki banyak hutang di bank sehingga minta
keringan pembayaran pajak 4. Banyaknya retribusi parkir tanpa karcis
VI.6 Upaya yang Dilakukan Terhadap Pemungutan Retribusi Perparkiran
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pemerintah Kota Medan harus melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut :
1. Pemerintah melakukan peninjauan langsung ketempat yang di sediakan untuk lahan parkir oleh pengusaha atau wajib pajak parkir. Kegiatan peninjauan langsung ini dilakukan dua kali
2x dalam setahun 2. Pemerintah melakukan penyelidikan ke bank-bank yang di infokan oleh wajib pajak, untuk
memastikan berapa besar hutang yang di tanggung oleh wajib pajak 3. Membuat prosedur pengajuan keringanan dan prosedur pengajuan banding
4. Pendataan ulang tempat-tempat parkir yang tersebar di Kota Medan 5. Menyediakan sarana pendukung pemungutan retribusi parkir.
Universitas Sumatera Utara
93
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat lebih meningkatkan efektifitas retribusi parkir, antara lain :
1. Menyediakan sarana pendukung pemungutan retribusi parkir.
Untuk lingkungan parkir sarana pendukung seperti rambu parkir, garis marka parkir, papan tarif retribusi parkir, sudah memadai, namun untuk parkir tepi jalan fasilitas
pendukung tersebut masih sangat kurang. Bahkan untuk parkir tepi jalan tidak disediakan tanda retribusi parkir. Pada waktu pengguna jasa parkir memarkirkan kendaraannya di tepi
jalan, langsung ditinggal begitu saja, juru parkir tidak menyerahkan tanda retribusi parkir. Lain halnya dengan parkir lingkungan, begitu melewati gardu pintu masuk, petugas gardu
langsung memberikan tanda retribusi parkir kepada pengendara. Hal demikian mengakibatkan keamanan dan kenyamanan parkir tepi jalan menjadi sangat rawan, karena
sulit untuk melakukan kontrol dan pengecekan apabila ada yang mengaku bahwa kendaraan orang lain adalah miliknya.
2. Meningkatkan SDM Parkir
Menjadi juru parkir tidak dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, siapa pun orang yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap dapat melakukannya. Hal inilah
yang membuat proses perekrutannya menjadi lemah. Apalagi berdasarkan sejarahnya, mereka telah lebih dulu menguasai lokasi parkir sebelum Pemerintah Kota Medan melegalkan
aktivitas mereka, sehingga proses perekrutannya tanpa seleksi khusus. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang sudah diwariskan pada keturunannya.
Menjadi juru parkir tidak hanya sekedar mampu mengarahkan pengemudi untuk memarkirkan kendaraannya dengan benar, tetapi perlu juga dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan bagaimana melayani pelanggan dengan baik dan benar. Mengigat rasio perbandingan petugas organik dan pegawai harian lepas 53 : 361, dimana lokasi kerja petugas
organik di lingkungan parkir off street sedangkan pegawai harian lepas lokasi kerjanya di
Universitas Sumatera Utara
94
tepi jalan on street. Sehingga keluhan tentang tidak diberikannya karcis oleh juru parkir tidak ditemukan lagi.
3. Mengintegrasikan program-program yang ada Upaya untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor perparkiran
hendaknya dibarengi dengan upaya untuk bisa mengembalikan fungsi jalan sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Disebutkan bahwa jalan
harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. Sehingga tidak terjadi program yang tumpang tindih
atau B bertentangan dengan program lain. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tersebut fasilitas parkir di dalam ruang milik
jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lintas, dan atau marka jalan. Sedangkan
sebagian besar status jalan yang ada di Medan adalah jalan Provinsi, yaitu jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota Provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota. Jalan
kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 empat puluh kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 sembilan meter. Sedangkan
jalan kabupaten atau kota merupakan jalan lokal primer, yaitu jalan yang di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 dua puluh kilometer per jam, dengan lebar
badan jalan paling sedikit 7,5 tujuh koma lima meter.
Universitas Sumatera Utara
95
BAB VII PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Sistem pengendalian internal terhadap penerimaan dari pungutan retribusi parkir oleh Dinas Perhubungan Kota Medan belum efektif dan kurang memadai karena pendapatan
retribusi parkir yang diterima tidak langsung disetor di hari yang sama ke Kas Daerah Kota Medan sehingga memberikan kesempatan untuk memungkinkan terjadinya penyelewengan
terhadap dana yang mengendap tersebut; pemantauan di lapangan yang kurang dan tidak tegas kepada juru parkir maupun pengawas parkir.
2. Evaluasi terhadap kinerja Dinas Perhubungan dalam Pemungutan retribusi parkir belum optimal dan memberi dampak positif yang signifikan. Namun berbagai upaya telah coba
dilakukan perlahan oleh Dinas Perhubungan untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dialami.
3.Target PAD dari retribusi parkir yang dalam beberapa tahun terakhir tidak tercapai, lebih
disebabkan karena wewenang penetapan target PAD retribusi parkir bukan pada Dinas Perhubungan Kota Medan, melainkan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan
dan titik lokasi parkir tidak terlalu berkembang.
VII.2 Saran
Universitas Sumatera Utara
96
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis memberikan saran atau masukan sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi Dinas Perhubungan Kota Medan dan pengawas parkir sebagai mitranya dapat memaksimalkan kerja agar dapat meminimalkan masalah-masalah di lapangan yang
sering terjadi; 2. Pemeriksaan mendadak surprise audit sebagai pemantauan lapangan langsung dan
perputaran jabatan secara rutin job rotation perlu sekali untuk diterapkan dalam Dinas Perhubungan Kota Medan.
3. Pendapatan dari retribusi parkir yang disetor oleh pengawas parkir ke Dinas Perhubungan Kota Medan sebaiknya langsung disetor oleh Dinas Perhubungan Kota Medan di hari yang
sama ke Kas Daerah Kota Medan, agar kemungkinan penyelewengan terhadap pendapatan retribusi parkir tersebut dapat diminimalisir karena tidak memberi kesempatan untuk
mengendap. 4. Segera melakukan perbaikan terhadap pelanggaran yang dilakukan atas PERDA Kota
Medan No. 72002 dengan tidak mengalihkan pemungutan apalagi memborongkannya ataupun dengan penetapan target kepada pihak ketiga; serta melakukan pemungutan retribusi
parkir tersebut dengan karcis. 5. Dalam menetapkan target retribusi parkir pada tahun-tahun yang mendatang, hendaknya
Dewan Perwakilan Rakyat DPRD sebagai penentu keputusan benar-benar melihat atau meninjau kondisi dan potensi titik perparkiran di lapangan. Sejauh mana target ditetapkan
untuk mencapai realisasi penerimaan yang baik;
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II KERANGKA TEORI
Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan
pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiono 2005 : 55 menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan
agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
II.1 Evaluasi II.1.1Pengertian Evaluasi