UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan data statistik SPSS 20 diketahui bahwa nilai efisiensi penjerapan dari tiap formula berbeda secara siginifakan. Hal ini terlihat dari
hasil Uji Kruskal-Wallis, nilai signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi penjerapan dari tiap formulasi berbeda secara bermakna.
4.3.6 Disolusi In Vitro
Uji disolusi merupakan proses di mana suatu zat padat akan masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Laju pelarutan obat dalam carian
saluran cerna merupakan satu tahapan penentu rate limiting step absorpsi sistemik obat Sutriyo,2005. Uji disolusi secara in vitro pada penelitian ini
ditujukan untuk melihat profil disolusi alfa mangostin dari mikropartikel yang menggunakan polimer HPMC sebagai bahan penyalutnya. Uji disolusi
dilakukan pada medium dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 500 mL yang diasumsikan sama dengan kondisi usus, menggunakan alat uji disolusi tipe
dayung tipe 2 dengan suhu 37±0,5 ⁰C, kecepatan pengadukan 100 rpm.
Cuplikan diambil pada tempat yang sama pada menit ke-5, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360. Profil disolusi alfa mangostin dapat dilihat pada
Gambar 4.2 dan Tabel 4.4. Dari hasil disolusi alfa mangostin selama 6 jam pada Tabel 4.4 dapat
dilihat bahwa bobot zat aktif yang terdisolusi untuk FI 2,09±0,14mg, FII 1,85±0,09mg, dan FIII 1,50±0,11mg
.
Mikropartikel yang mengandung HPMC terbanyak memiliki waktu disolusi yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan mikropartikel yang mengandung HPMC paling sedikit. Hal ini membuktikan bahwa jumlah polimer yang terkandung dalam suatu
mikropartikel merupakan salah satu parameter yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan disolusi suatu sediaan. Selain itu, kecepatan disolusi juga
dipengaruhi oleh bentuk partikel yang dihasilkan. Pada FI distribusi ukuran partikel yang dihasilkan lebih kecil jika dibandingkan dengan FII dan FIII.
Sehingga luas permukaan untuk berinteraksi dengan medium lebih luas dan mempercepat proses disolusi.
Bobot disolusi FI yang tinggi sangat dipengaruhi oleh nilai efisiensi penjerapan, karena berdasarkan hasil uji efisiensi penjerapan diketahui kadar
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bebas alfa mangostin pada FI memiliki jumlah paling besar jika dibandingkan dengan FII dan FIII. Sehingga diasumsikan bahwa alfa mangostin yang
terlarut lebih dahulu di dalam medium dapar fosfat pH 6,8 adalah alfa mangostin yang tidak terjerap atau bebas tersebut. Sedangkan untuk FIII kadar
alfa mangostin yang terjerap lebih besar dibandingkan kadar bebasnya sehingga bobot terdisolusinya lebih kecil dibandingkan FI dan FII.
Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 20 menunjukkan bahwa persentase disolusi alfa mangostin pada setiap formula terdapat
perbedaan yang signifikan, hal ini terlihat dengan hasil uji Kruskal-Wallis dengan nilai signifikansi 0,05. Persentase disolusi alfa mangostin antara FI,
FII, dan FIII menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Tabel 4.4 Bobot Disolusi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50 Kulit Buah Manggis
Menit ke Bobot terdisolusi mg
FI FII
FIII 5
0,71±0,03 0,41±0,06
0,49±0,09
15 0,84±0,12
0,46±0,10 0,57±0,11
30
1,36±0,04 0,65±0,18
0,68±0,10
45 1,43±0,06
0,76±0,19 0,79±0,15
60
1,50±0,09 1,01±0,33
0,92±0,11
90 1,56±0,13
1,11±0,26 1,09±0,10
120
1,61±0,14 1,30±0,24
1,15±0,14
180 1,83±0,11
1,60±0,16 1,24±0,12
240
1,94±0,10 1,72±0,10
1,31±0,12
300 2,01±0,12
1,81±0,06 1,38±0,07
360
2,09±0,14 1,85±0,09
1,50±0,11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2 Profil Bobot Terdisolusi Mikropartikel
0,5 1
1,5 2
2,5
50 100
150 200
250 300
350 400
B o
bo t
T er
dis o
lus i
m g
Waktu Menit
FI FII
FIII
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil karakterisasi mikropartikel dari tiap formula secara berturut-turut adalah sebagai berikut nilai PK yaitu FI 24,96 , FII 26,75 , dan FII
27,02 . Sifat Alir FI 0,04 gs, FII 0,06 gs dan FIII 0,1gs. Sedangkan sudut istirahat FI 43,38
⁰, FII 39,31⁰, dan FIII 38,27. Kadar air FI 5,58 , FII 4,49 , dan FIII 3,50 .Diameter rata-rata dari partikel FI 13,12 µm,
FII 15,10 µm, dan FIII 26,33 µm. Nilai efisiensi penjerapan FI 9±0,8 , FII 23,87±4,0 , dan FIII 32,83±0,6 . Hasil dari disolusi mikropartikel
selama 6 jam, bobot terdisolusi untuk FI 2,09±0,14mg, FII 1,85±0,09mg,
dan FIII 1,50±0,11mg.
2. Berdasarkan hasil karakterisasi maka disimpulkan bahwa FIII adalah formula terbaik.
5.2 Saran
1. Pembuatan mikropartikel dengan metode lain, misalnya dengan metode
penguapan pelarut atau gelasi ionik.
2. Dapat digunakan pelarut organik dengan alat semprot kering spray drying yang sesuai.