Dakwah yang bertujuan selain Allah atau menyertai tujuan-tujuan yang lain, seperti tujuan dalam kepentingan pribadi adalah suatu
penyimpangan.
23
2. Manajemen Dakwah
a. Pengertian Manajemen Dakwah Berdakwah agar tercapai tujuannya dengan baik maka harus
diatur dengan manajemen yang baik. Tanpa sebuah manajemen maka dakwah yang kita lakukan hanya sebatas dakwah yang asal-asalan.
Demikian pula gerakan dakwah yang frontal, dan tidak terorganisir dengan baik, menyebabkan kesalahan langkah dalam operasional
gerakan dakwah, sehingga dakwah tidak membawa perubahan apa-apa. Padahal tujuan dakwah adalah untuk merubah masyarakat sasaran
dakwah ke arah yang lebih baik dan lebih sejahtera lahiriyah maupun batiniyah, duniawiyah maupun ukhrawiyah. Tujuan mulia tersebut dapat
diraih apabila dakwah diatur dengan baik. Manajemen juga terdapat hampir di semua kegiatan manusia, seperti di sekolah, di pasar, lembaga
sosial, bahkan rumah tangga pun butuh manjemen. Apalagi dengan banyaknya problematika dakwah yang semakin
komplek, maka pelaksanaan dakwah tidak mungkin dilaksanakan oleh seorang saja, akan tetapi harus dilaksanakan oleh semua umat Islam.
Kegiatan dakwah menjadi semakin mudah bila dalam pelaksaannya dilakukan secara organisasi. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan dakwah
berjalan secara efisien dan efektif dan proses pelaksanaan dakwah dapat
23
Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 1997, h. 32
terarah dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem kerja yang efektif dan efisien. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Rasyad Shaleh,
bahwa untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang makin berat, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan oleh seorang saja,
akan tetapi harus diselenggarakan oleh para pelaksana dakwah secara bekerja sama dalam satu kesatuan yang tersusun rapi dan direncanakan
semaksimal mungkin dan menggunakan sistem kerja yang efektif dan efisien.
24
Terkait dengan pelaksaan dakwah, maka penerapan manajemen mutlak digunakan untuk keberhasilan sebuah dakwah. Hal tersebut
dikarenakan dalam manajemen memberikan penjelasan bagaimana cara sebuah organisasi merencanakan sebuah kegiatan, mengorganisasikan
dengan mendelegasikan kewenangan kepada personil dalam organisasi tersebut. Manajemen organisasi selain memberikan kewenangan kepada
personil organisasi juga memberikan tugas kepada personil organisasi untuk melaksankan program dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan
dakwah selama waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Rasyad
Shaleh yang telah dikutip oleh Rafiuddin dan Maman Abdul Jalil, mengatakan bahwa manajemen dakwah adalah sebagai proses
merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan
24
Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997, cet. Ke-1, h. 101
menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu, kemudian menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah.
25
Sementara itu, Zaini Muchtarom dalam buku Dasar-dasar Manajemen Dakwah
mengemukakan bahwa manajemen dakwah adalah suatu kepemimpinan yang fungsi dan perannya sebagai manajer suatu
organisasi atau lembaga dakwah yang bertanggung jawab atas jalannya semua fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengawasan.
26
Usaha dakwah islamiyah yang mencakup segi-segi yang sangat luas itu hanya dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, apabila
sebelumnya sudah dilakukan dengan tindakan-tindakan persiapan dan perencanaan secara matang.
Dengan perencanaan, maka penyelanggaraan dakwah dapat berjalan secara lebih terarah dan teratur rapi. Hal ini dapat terjadi sebab
dengan pemikiran secara masak mengenai hal-hal apa yang harus dilaksanakan dan bagaimana cara melakukannya dalam rangka
menjalankan dakwah, maka dapatlah dipertimbangkan kegiatan apa yang harus dikemudiankan. Demikian maka perlu adanya urutan-urutan atau
jadwal yang teratur sedemikian rupa, tahap yang mengarah pada sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.
27
Perencanaan yang mantap dan matang dalam melaksanakan dakwah Islam, maka dakwah islamiyah akan berlangsung secara efektif
25
Rafiuddin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah h. 14
26
Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Alami Press, 1996, cet. Ke-1, h. 73
27
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta: Amzah, 2008, h. 68
dan efisien. Untuk itu diperlukan adanya susunan mengenai langkah- langkah perencanaan dakwah, baik untuk masa kini maupun masa yang
akan datang, baik tentang perumusan sasaran target pencapaian tujuan dakwah, menegenai tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya,
mengenai metode, penjadwalan waktu dan lain-lain. Untuk memperjelas langkah-langkah perencanaan dakwah,
menurut Samsul Munir Amin ada beberapa hal penting yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
28
1 Langkah untuk Masa Kini dan Masa Depan Sebagaimana diketahui bahwa dakwah islamiyah itu meliputi
segala aspek kehidupan manusia, baik manusia di negeri Arab di mana Nabi Muhammad SAW dilahirkan dan menerima risalah untuk
disebarluaskan, maupun di luar negeri Arab bahkan di seluruh pelosok dunia.
Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan juga sebagai pelaksanaan dakwah islamiyah telah mempraktikkan langkah-
langkah dakwahnya secara tahap demi tahap dalam periode-periode tertentu yang kalau kita susun secara urut maka langkah-langkah itu
adalah sebagai berikut: • Dari dakwah dengan sembunyi-sembunyi, lalu terang-terangan,
dan kemudian dengan cara demonstratif. • Dari dakwah di kalangan keluarga rumah tangga, lalu keluarga
terdekat, para sahabat-sahabatnya, sampai penduduk di jazirah Arab dan akhirnya di luar Arab.
• Dari dakwah pembinaan pribadi-pribadi kepada dakwah pembinaan masyarakat masyarakat Islam.
• Dari dakwah dalam satu aspek kehidupan menuju ke berbagai aspek kehidupan.
2 Penentuan dan Perumusan Sasaran dalam Rangka Pencapaian Tujuan Dakwah
Tujuan utama dakwah merupakan tujuan akhir dakwah yaitu usaha untuk membahagiakan kehidupan umat manusia baik
kesejahteraaan hidup di dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai tujuan utama atau tujuan akhir ini harus melalui berbagai usaha atau
tindakan-tindakan yang menjadi tangga atau perantara. Berbagai tindakan-tindakan dan usaha-usaha yang menjadi perantara ini harus
ditentukan dan dirumuskan pada tujuannya agar tidak bertentangan
28
Ibid, h.74-77
atau menyimpang dari tujuan utama dan harus mendukung terlaksanya keberhasilan tujuan utama tersebut.
Oleh karena itu, tujuan perantara dari masing-masing tindakan maupun aktivitas yang menjadi tangga untuk pencapaian tujuan
utama harus ditargetkan sedemikian rupa sehingga para pelaku dakwah dapat melaksanakan dakwahnya sesuai dengan pedoman
dakwah yang telah ditentukan.
Suatu tindakan atau usaha barulah dapat dinamakan dakwah islamiyah bilamana usaha dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan
dakwah. Tujuan dakwah ini haruslah dijadikan dasar dan landasan bagi seluruh gerak dan dinamika dakwah. Ia memberikan motivasi
dan inspirasi kepada para pelaku dan penyelanggara dakwah, sehingga mereka dengan tabah dan tekun serta tidak kenal menyerah,
mampu melaksanakan usaha yang besar itu. Ia pulalah yang membuat para pelaku dakwah, terutama di zaman Rasulullah SAW
bersedia mengorbankan apa saja yang dimilikinya.
3 Penetapan Tindakan-Tindakan Dakwah dan Prioritas Dakwahnya Setelah dirumuskan sasaran dakwah dan target yang akan
dicapai sesuai dengan tujuan perantara dakwah, maka pelaku dakwah harus menentukan pilihan terhadap tindakan dakwah yang perlu
dengan segera dilaksanakan dan mana pula yang dikemudiankan, dengan mengingat kepentingannya.
4 Penetuan Metode Dakwah Menentukan metode dakwah yang akan dipergunakan dalam
proses berdakwah adalah merupakan salah satu langkah perencanaan yang penting. Perlu diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi dan
menentukan cara-cara berdakwah itu ialah sasaran dakwah, tindakan- tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan serta situasi dan kondisi
masyarakat. Suatu penyelenggaraan dakwah yang dilakukan pada suatu lingkungan masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu, akan
berbeda caranya bilamana dilaksanakan pada masyarakat yang lain dan pada waktu yang lain pula, meskipun sasaran yang hendak
dicapai adalah sama.
Untuk dapat menentukan metode dakwah yang tepat, memang diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang obyek dakwah yang
akan dihadapi, baik mengenai alam pikirannya, kepercayaan yang dianutnya, latar belakang pendidikan dan kehidupan sosial
ekonominya.
5 Penentuan dan Penjadwalan Waktu Membuat jadwal waktu serta susunan urutan kegiatan dakwah
mempunyai arti penting bagi proses dakwah. Penjadwalan waktu dan pembatasan waktu penyelesaian tugas-tugas dakwah tersebut
hendaknya selalu dijadikan pedoman oleh para pelaku dan penyelenggara dakwah, agar kegiatan-kegiatan dakwah itu dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tepat waktunya, sehingga kegiatan-kegiatan dakwah berikutnya tidak
terganggu jalannya.
6 Penetapan Lokasi atau Tempat Dakwah Masalah lokasi dan tempat kegiatan dakwah yang akan
dilakukan haruslah
mendapatkan perhatian
dalam rangka
perencanaan dakwah. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan metode dan pesan dakwah yang tepat untuk disampaikan kepada
mad’u. 7 Penetapan Biaya dan Fasilitas
Dalam penetapan biaya dan fasilitas perlu dipertimbangkan, sehingga persediaan biaya maupun fasilitas sesuai dengan besar
kecilnya kegiatan dan tindakan-tindakan dakwah yang akan dilakukan. Kegiatan dan tindakandakwah yang dilakukan hendaknya
sepadan dengan biaya dan fasilitas yang tersedia.
b. Pengorganisasian Dakwah Dalam menciptakan suatu tatanan dakwah yang baik maka
diperlukan juga pengorganisasian dakwah yang baik. Adapun yang dimaksud dengan pengorganisasian dakwah adalah rangkaian aktivitas
menyusun suatu kerangka dengan jalan membagi dan melaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja di antara satuan-
satuan organisasi atau petugasnya.
29
Pengorganisasian dakwah merupakan faktor penting dalam tugas dakwah. Terutama dalam kaitannya untuk meningkatkan efektivitas,
efsiensi, dan pengelolaan strategi dakwah dalam rangka mewujudkan tujuan dakwah itu sendiri. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri
bahwa pengorganisasian dakwah adalah mutlak diperlukan bagi organisasi yang bekerja di bidang dakwah islamiyah.
Dalam pengorganisasian dakwah diperlukan suatu strategi yang tepat sehingga pengorganisasian tersebut dapat berjalan dengan baik.
Menurut Abdul
Rasyad Shaleh,
bahwa langkah-langkah
pengorganisasian dakwah dirumuskan dalam hal-hal berikut:
29
Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, h. 77
1 Membagi-bagi dan menggolongkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu.
2 Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan, serta menempatkan pelaksana atau da,i untuk melakukan tugas
tersebut. 3 Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksana.
4 Menetapkan jalinan hubungan.
30
c. Evaluasi Dakwah Evaluasi dakwah adalah penilaian seobjektif mungkin mengenai
apakah dakwah Islam yang diselenggarakan itu mencapai target atau tujuan baik umum maupun khusus yang dicita-citakan atau tidak dalam
kegiatan dakwah. Evaluasi terhadap pelaksanaan dakwah adalah suatu hal yang perlu dilakukan oleh para juru dakwah untuk memperbaiki
pelaksanaan dakwah pada masa-masa berikutnya. Sesuatu yang dilakasanakan dengan memperoleh keberhasilan, maka akan menjadi
prestasi bagi pelaksana tindakan tersebut. Oleh karena itu, dakwah Islam pun perlu dievaluasi untuk dicari mana nilai-nilai positif dan mana nilai-
nilai yang negatif. Untuk mengetahui apakah tugas-tugas dakwah dilaksanakan oleh
para pelaksana, bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan, sudah sejauh mana
pelaksanaannya, apakah
tidak terjadi
penyimpangan- penyimpangan, seorang pemimpin dakwah haruslah senantiasa
melakukan kontrol dan penilaian. Dengan kontrol dan penilaian itu pemimpin dakwah dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak
diinginkan dan proses dakwah yang dapat diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan. Selain itu juga, pengendalian dan penilaian berfungsi
30
Ibid, h. 79
untuk mengadakan usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan dakwah sehingga dapat terus berjalan dengan baik.
Rasulullah SAW juga melakukan kontrol dan evaluasi terhadap tugas-tugas dakwah yang dilakukan oleh para sahabatnya. Di samping
itu, Rasulullah SAW pun mengajarkan dan mendidik para sahabatnya, terutama kepada sahabat yang empat
31
supaya pandai melakukan kontrol dan mengevaluasi tugas dakwah, karena beliau tahu bahwa kelak mereka
akan menjadi pemimpin besar dalam tugas-tugas dakwah setelah beliau wafat.
32
Mengenai cara evaluasi yang dapat dilakukan oleh para da’i atau juru dakwah antara lain sebagai berikut:
1 Sudah jelas bahwa da’i tidak mungkin melakukan evaluasi secara individual seperti evaluasi di sekolah, tetapi evaluasi ini dapat
ditempuh dengan cara mengadakan kunjungan atau kontak kepada panitia yang dahulu telah mengundangnya, dengan cara berdialog
tentang kesan atau pengaruh dakwah yang pernah dilaksanakannya pada masyarakat setempat.
2 Da’i hendaknya berusaha menjalin persahabatan dengan panitia setempat, karena pada hakekatnya panitia itu tergolong da’i juga,
yaitu sebagai penyelenggara dakwah.
33
d. Tujuan dari Manajemen Dakwah Tujuan dari manajemen dakwah adalah untuk mengatur upaya
pencapaian tujuan dakwah yang lebih baik. Baik sebagai individu fardiyah
, keluarga usroh, kelompok jamaah maupun masyarakat ummah
, dengan menjalankan fungsi-fungsi dan proses manajemen
31
Sahabat empat yang dimaksud dalam tulisan tersebut adalah Abu Bakar Siddiq, Umar Bin Khatab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib
32
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, h.89
33
Anwar Masy’ari, Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiyah, Surabaya: Bina Ilmu, 1993, h. 170
dakwah tersebut secara tertib, jujur dan penuh kesungguhan dalam mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah digariskan.
Seorang da’i juga harus memiliki kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan kontrol secara baik terutama dalam
melakukan kegiatan dakwah. Kemampuan atau keahlian manajemen itu sendiri secara terperinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1 Melihat ke depan, menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan dan tindakan-tindakan dakwah yang akan dilaksanakan pada waktu-
waktu yang akan datang, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2 Mengelompokkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan- kersatuan tertentu, menempatkan para pelaksana yang kompeten
pada kesatuan-kesatuan tersebut serta memberikan wewenang dan jalinan hubungan diantara mereka.
3 Menggerakkan para pelaksanaan dakwah untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan.
4 Mengusahakan agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, petunjuk, pedoman dan ketentuan-ketentuan
lain yang telah diberikan sebelumnya.
34
Dari berbagai pengertian dakwah dan manajemen dakwah tersebut peneliti mendefinisi bahwa dakwah adalah kegiatan untuk menyeru atau
mengajak orang lain ke jalan Allah dengan proses perencanaan yang jelas sehingga dakwah tersebut menjadi efektif, efisien dan dapat mencapai
tujuannya.
D. Pola Komunikasi