2.4.1 Alat Pengukuran Warna
Suatu perubahan warna tidak dapat dideteksi oleh mata manusia karena kemampuan mata manusia dalam menilai perubahan warna sangat variasi dan
terbatas. Beberapa instrumen ilmiah telah dicipta untuk mengukur intensitas cahaya dan panjang gelombang cahaya diantaranya adalah colorimeter, spectrophotometer,
densitometer dan photometer.
12,13,25
Spectrophotometer, densitometer dan photometer sama pentingnya dengan colorimeter. Colorimeter adalah alat yang sensitif terhadap
cahaya yang digunakan dalam colorimetry untuk mengukur intensitas warna dari suatu benda atau warna sampel dalam kaitannya dengan komponen merah, biru, dan
hijau cahaya yang dipantulkan dari objek atau sampel.
36
Gambar 4 Spectrophotometer terdiri dari 2 jenis pencahayaan yaitu UV spectrophotometer
dan IR spectrophotometer yang mana UV spectrophotometer menggunakan cahaya ultra violet dan IR spectrophotometer menggunakan cahaya infrared.
37
Pada penelitian ini digunakan alat FTIR spectrophotometer untuk mengukur besarnya
intensitas cahaya dan panjang gelombang cahaya yang diteruskan oleh suatu benda menggunakan prinsip spektrum cahaya Gambar 5.
Kelebihan alat ini adalah dapat mendeteksi perubahan panjang gelombang yang berlaku pada gugus fungsi kimia
suatu bahan.
38,39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Colorimeter
36
Prinsip pengukuran perubahan warna adalah dengan menggunakan perbedaan panjang gelombang cahaya dengan satuan cm
-1
. Bila intensitas cahaya yang diteruskan lebih banyak dari intensitas cahaya yang dipantulkan, maka nilai panjang
gelombang akan meningkat berarti warna makin terang dan stabilitas warna lebih baik. Begitu juga sebaliknya, jika intensitas cahaya yang diteruskan makin berkurang,
maka nilai panjang gelombang akan menurun berarti warna menjadi lebih gelap dan stabilitas warna lebih buruk.
25
Gambar 5. Spectrophotometer
37
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna
Menurut Crispin dan Caputo cited from Muetia R perubahan warna dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
40
a. Pencemaran bahan pada waktu proses pembuatan bahan atau pengolahannya.
b. Kemampuan penyerapan permeabilitas cairan pada bahan. Proses absorpsi dan adsorpsi cairan tergantung pada keadaan lingkungannya.
c. Akibat reaksi kimia di dalam bahan itu sendiri dan berbagai teknik pengolahan yang mengakibatkan terjadinya porositas pada permukaannya sehingga
memudahkan penumpukan kotoran. d. Lingkungan sekitar tempat gigitiruan di dalam mulut yang kurang baik.
Kebiasaan makan dan minum sesuatu yang banyak mengandung zat warna dan minuman tersebut.
Menurut Annusavice, perubahan warna yang terjadi pada resin dapat bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel,
mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan. Semakin luas ukuran sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi.
Mikroporositas menentukan terjadinya penempelan partikel warna daerah yang poreus. Semakin banyak porositas maka akumulasi dari zat warna yang terabsorbsi
melalui proses difusi juga akan semakin banyak.
41
Lama kontak antara bahan resin dan zat berwarna mempengaruhi perubahan warna, hal ini karena semakin lama
bahan resin direndam maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.
15,41
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, stabilitas warna dan kekasaran permukaan mempunyai hubungan yang erat antara satu sama lain. Ini karena kekasaran permukaan akan mempengaruhi
retensi plak dan akumulasi stain pada bahan restorasi. Makin kasar sesuatu permukaan maka makin mudah akumulasi stain dan akhirnya menyebabkan
perubahan warna pada bahan restorasi.
42
Bahan-bahan yang menyebabkan perubahan warna pada basis gigitiruan antara lain zat atau bahan pewarna sintetis maupun alami yang bisa didapat dari
makanan dan minuman. Umumnya makanan atau minuman dapat memiliki warna karena lima hal yaitu :
43
a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, sebagai contoh klorofil yang memberi warna hijau, karoten yang memberi warna jingga
sampai merah, dan mioglobin yang memberi warna merah pada daging. b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan. Reaksi ini akan
memberikan warna cokelat sampai kehitaman, contohnya pada kembang gula karamel, atau pada roti bakar.
c. Reaksi Maillard yaitu reaksi antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi, reaksi ini memberikan warna gelap misalnya pada susu
bubuk yang disimpan lama. d. Reaksi senyawa organik dengan udara oksidasi yang menghasilkan warna
hitam, misalnya warna gelap atau hitam pada permukaan buah-buahan yang telah dipotong dan dibiarkan di udara terbuka beberapa waktu. Reaksi ini dipercepat oleh
adanya kontak dengan oksigen.
Universitas Sumatera Utara
e. Penambahan zat warna, baik alami maupun sintetik. Zat warna sintetik termasuk ke dalam zat adiktif atau bahan tambahan makanan yang penggunaannya
tidak bisa sembarangan.
2.5 Teh Teh merupakan functional food mengingat khasiat dan potensi yang