BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman menuntut lulusan sarjana yang lebih berkualitas, mahasiswa dituntut memiliki kemampuan skill dan pengetahuan knowledge
yang lebih dalam dunia kerja. Kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan juga bergantung pada karier atau profesi yang akan dipilih. Salah satu karier yang
membutuhkan kemampuan dan pengetahuan lebih tersebut adalah karier dalam bidang akuntansi Bawono, 2006.
Pendidikan Profesi Akuntan PPAk merupakan jenjang pendidikan tambahan yang ditujukan bagi lulusan sarjana ekonomi jurusan akuntansi yang
ingin mendapatkan gelar Akuntan Ak. Pendidikan ini menjadi modal dasar bagi SDM lulusan akuntansi dapat berkarir di bidang akuntansi. Hal ini dipicu atas
perubahan peraturan pendidikan seiring bergantinya Menteri Pendidikan pada saat tersebut. SK Mendiknas No.179U2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan
Profesi Akuntan PPAk merupakan salah satu peraturan Menteri yang merubah kurikulum pendidikan akuntansi di Indonesia. Surat keputusan ini menyebutkan
bahwa mahasiswa yang lulus dari jurusan akuntansi tidak secara otomatis mendapatkan gelar akuntan Ak sejak 31 Agustus 2004 tetapi harus menempuh
Pendidikan Profesi Akuntan PPAk untuk mendapatkan gelar akuntan Ak tersebut Bawono, 2006.
1
Sebelum SK tersebut dikeluarkan pada tahun 2001, pemberian gelar akuntan di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang UU No.34 tahun 1954,
yang menyatakan bahwa gelar akuntan diberikan pada lulusan perguruan tinggi negeri yang memenuhi syarat untuk menghasilkan akuntan atas proses pendidikan
yang diberikan. Dan peraturan lama ini memberikan kesenjangan antara pergururan tinggi negeri yang lain yang tidak diberikan wewenang. Juga membuat
kesenjangan bagi perguruan tinggi swasta yang sudah jelas tidak akan mendapat kesempatan mengadakan program lulusan akuntansinya menjadi gelar Ak
setelah lulus S1. Menurut Machfoed : 1998 dalam Widyastuti dkk, 2004 proses perolehan
gelar akuntan yang bersifat diskriminatif tersebut akan mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah tidak meratanya tingkat profesionalisme akuntan di
pasar tenaga kerja. Alasan inilah yang menguatkan IAI Ikatan Akuntan Indonesia dan Depdiknas merasa perlu melakukan peninjauan kembali terhadap
peraturan yang berlaku dalam menghasilkan akuntan yang professional. Maka keluarlah Peraturan Mendiknas No. 179U2001 dan juga surat keputusan
Mendiknas tentang pengangkatan panitia ahli ppersamaan ijazah akuntan yang dituangkan di No. 180P2001, serta ditandatanganinya Nota Kesepahaman
MoU pada tanggal 28 Maret 2002, antara IAI dengan Dirjen Dikti Depdiknas atas pelaksanaan pendidikan profesi akuntan, yang pada akhirnya Pendidikan
Profesi Akuntan PPAk di Indonesia tidak lagi secara otomatis diberikan kepada lulusan akuntansi S1. Namun harus di selenggarakan pendidikan keprofesian
secara khusus.
2
Adanya program PPAk ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan akan pentingnya sumber daya manusia yang professional dan kompeten di bidang
akuntansi. Reformasi pada wilayah sistem pendidikan akuntansi ini, bertujuan untuk mengejar kesenjangan antara konseptual sistem dengan praktek sistem yang
selama ini menjadi kelemahan pendidikan akuntansi. Pendidikan akuntansi sudah seharusnya diarahkan untuk memberi pemahaman konseptual yang di dasarkan
kepada penalaran sehingga ketika masuk ke dunia praktik dapat teradaptasi dengan keadaan sebenarnya dan memiliki resistance to chance yang rendah
terhadap gagasan atau pembaruan yang menyangkut profesinya Suwardjono 1992 dalam Abdullah 2002. Dorongan dan kritik dari praktisi dan juga pelaku bisnis
yang menggunakan tenaga akuntan inilah yang akhirnya mendorong lahirnya peraturan Mendiknas yang terbaru ini. Supaya lahir akuntan-akuntan yang
kompeten dengan standar yang terbaik. Namun, adanya peraturan baru ini pun memunculkan tanggapan serta
kritikan yang bermunculan dari kalangan bisnis, akademisi, atau praktisi. Begitu pula tanggapan juga datang dari sisi mahasiswa sebagai pihak stakeholders atau
pelaku yang akan menggunakan fasilitas pendidikan keprofesian ini. Dalam Santika 2005 melihat bahwa PPAk menimbulkan persepsi negatif dari calon
mahasiswa terutama terkait masalah biaya pendidikan yang dikeluarkan dan waktu yang harus ditempuh.
Peraturan terbaru dari Mendiknas tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akuntan PPAk mengakibatkan perlu adanya kelanjutan dari pendidikan
sarjana program studi akuntansi. Hal ini berpengaruh terhadap masa studi
3
mahasiswa ketika ingin terjun sebagai akuntan publik. Dengan demikian pada saat mahasiswa telah menyelesaikan program S-1, maka mereka dihadapkan pada tiga
alternatif. Pertama, bekerja dan terjun ke masyarakat sebagai sarjana ekonomi. Kedua, melanjutkan studi PPAk untuk mendapatkan gelar akuntan sebagai
penunjang karirnya di akuntan publik. Ketiga, lanjutkan S-2. Menjawab SK Mendiknas tersebut, maka beberapa perguruan tinggi pun
berusaha menyelenggarakan Pendidikan Profesi Akuntan. Penyelenggaraan ini diadakan oleh banyak universitas tujuannya adalah untuk meningkatkan
profesionalisme dan kompetensi lulusan akuntan yang memiliki kredibilitas dalam menyusun dan melaksanakan review audit atas laporan keuangan. Penyelengaraan
pendidikan ini di berbagai perguruan tinggi pun ditujukan untuk mencetak lulusan-lulusan PPAk yang siap mengikuti ujian tes berikutnya di dunia kerja
akuntan publik yakni USAP Ujian Sertifikasi Akuntan Publik. Karena PPAk menjadi syarat mutlak bagi seseorang yang ingin melangkah ke dunia kerja
akuntan publik. Peraturan Menteri Keuangan PMK nomor 25 tahun 2014 yang
menyatakan bahwa register akuntan mempunyai syarat baru yakni harus lulus S1 dan telah berpengalaman kerja di dunia akuntansi selama 3 tahun, menjadi sebuah
fenomena baru yang mungkin akan mempengaruhi respon dari mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntan PPAk.
Dengan telah berdirinya Pendidikan Profesi Akuntan PPAk dan dikeluarkannya peraturan menteri keuangan yang baru, peneliti merasakan ada
perlunya kita perlu mengetahui bagaimana respon mahasiswa akuntansi sebagai
4
stakeholder utama atau calon pengguna jasa dalam proses pendidikan profesi tersebut. Respon yang telah terbentuk pada mahasiswa baik positif maupun
negatif, nantinya akan mempengaruhi perilaku atau respon mereka terhadap keberadaan Pendidikan Profesi Akuntan PPAk. Sebelumnya, Bambang 2004
dalam Widyastuti, dkk 2004 telah meneliti faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk mengikuti PPAk. Hasil penulisan menunjukkan bahwa karir dan
materi PPAk merupakan faktor yang paling penting dalam mengikuti PPAk. Selain itu, Widyastuti, dkk 2004 telah meneliti pengaruh motivasi terhadap
minat mahasiswa dalam mengikuti PPAk di Yogyakarta. Hasil penulisan Widyastuti, dkk menunjukkan bahwa motivasi karir merupakan faktor yang secara
signifikan mempengaruhi minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk. Ellya Benny dan Yuskar 2008 meneliti pengaruh motivasi terhadap
minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi di kota Padang. Hasilnya menunjukkan bahwa motivasi kualitas dan motivasi karir
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti PPAk. Sedangkan motivasi ekonoomi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap motivasi mahasiswa mengambil pendidikan profesi ini. Viriany 2007 pun melakukan penelitian yang sama di Universitas Tarumanegara. Dan
mendapatkan hasil yang sama dengan Benny dan Yuskar 2006. Pada penelitian ini, penulis mempunyai tujuan untuk mengetahui
respon mahasiswa akuntansi di 3 perguruan tinggi negeri besar di Jakarta, yakni Universitas Indonesia UI, Universitas Negeri Jakarta UNJ dan Universitas
Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setelah dikeluarkannya peraturan
5
menteri keuangan nomor 25 tahun 2014 tentang syarat register akuntan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan perbedaan
ruang lingkup waktu dan juga tempat penelitian.
B. Perumusan Masalah