BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Spinal anestesi adalah salah satu jenis anestesi regional. Banyak terminologi tentang spinal anestesi ini, bisa dikatakan subarachnoid analgesia,
subarachnoid blok atau subarachnoid anestesi. Tempat kerja anestesi ini adalah di ujung saraf dan anestesi lokal diinjeksikan ke ruang subarachnoid dalam
cairan serebrospinalis.
1
Ruang subarachnoid terbentang dari foramen magnum sampai ke daerah sakral ke-2 S2 pada orang dewasa dan sakral ke-3 S3 pada
anak-anak. Injeksi anestesi lokal ini memberikan respon fisiologi yang bermakna oleh karena di dalam columna vertebralis terdapat susunan saraf otonom, yaitu
saraf simpatis keluar dari daerah torakolumbal dan saraf parasimpatis keluar dari kraniosakral.
1,2
Oleh karena saraf simpatis cabang-cabang sarafnya keluar dari daerah torakolumbal, maka ketika spinal anestesi saraf simpatis akan terblok. Respon
fisiologis yang terpenting pada saat spinal anestesi adalah pada sistem kardiovaskuler. Hal ini karena terjadi denervasi simpatis dan tingginya blok saraf.
Ada beberapa aspek efek kardiovaskular akibat spinal anestesi. • Denervasi sistem saraf simpatis
Akibat denervasi sistem saraf simpatis maka akan terjadi vasokonstriksi sebagai reaksi kompensasi dari efek vasodilatasi perifer
pada daerah yang terblok.
2
• Sirkulasi arterial
Akibat denervasi sistem saraf simpatis terjadi vasodilatasi arteriolar walaupun tidak maksimal. Otot pembuluh darah arteri sangat peka
terhadap tonus autonom yang bisa disebabkan oleh obat-obatan ataupun denervasi simpatis. Akibatnya terjadi penurunan tahanan total perifer
6
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
pembuluh darah lebih kurang 15-18 pada orang normal yang selanjutnya akan memepengaruhi cardiac output dan tekanan darah seterusnya.
2
• Sirkulasi vena
Pembuluh darah vena dan venula tidak begitu peka terhadap tonus autonom yanhg bisa berubah akibat obat-obatan sehingga dapat terjadi
vasodilatasi maksimal. Hal ini bisa dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik intraluminal yang bergantung pada gravitasi bumi. Jika terjadi blok pada
darah vena di bawah atrium kanan, gravitasi akan menyebabkan darah berkumpul di pembuluh darah. Tapi bila blok terjadi di atas level atrium
kanan maka darah akan kembali ke jantung. Hal ini yang akan mempengaruhi aliran balik vena venous return yang selanjutnya akan
mempengaruhi tekanan darah.
2
• Cardiac output
Hal yang sangat mempengaruhi cardiac output adalah pre load. Pada orang normovolemia dengan posisi kaki di atas jantung cardiac aout put
tidak akan berubah. Pada posisi kepala di atas, kaki di bawah akan menyebabkan penurunan aliran balik vena ke jantung dan selanjutnya
akan menyebabkan penurunan cardiac output.
2
• Denyut jantung
Denyut jantung akan menurun pada spinal anestesi. Umumnya terjadi 10-15. Dan insiden bradikardi berat bisa terjadi pada orang
normal denngan blok tinggi spinal anestesi. Bradikardi bisa terjadi pada blok tinggi spinal anestesi T3-T4 karena blok pada preganglion akselerator
jantung yaitu pada T1-T4. Bradikardi juga bisa terjadi karena penurunan tekanan atrium kanan dan vena besar yang masuk ke atrium kanan oleh
karena di atrium kanan terdapat reseptor kronotropik intrinsik. Untuk menghindari hal ini maka posisikan pasien pada kepala di bawah atau kaki
7
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
di atas bila blok spinal anestesi sudah menetap untuk meningkatkan aliran balik vena.
2
• Tekanan darah Mean arterial bloood Pressure MAP Terjadi penurunan MAP kira-kira 15 pada blok tinggi spinal oleh
karena penurunan afterload dan selanjutnya menurunkan tahanan perifer sistemik.
2
• Oksigenasi miokard jantung Penurunan MAP akan menyebabkan penurunan aliran darah ke
koroner. Pada orang normal, Hackel dkk menemukan bahwa penurunan MAP dari 119,5 mmHg ke 67,20 mmHg selama spinal anestesi akan
menurunkan aliran darah ke koroner 153.2 ml100grmenit ke 73,6 ml100 grmenit. Penurunan 48 penyediaan oksigen ke miokard oleh karena
penurunan 53 kebutuhan oksigen. Konsumsi oksigen miokard meningkat dari 16,1 ml100 grmenit menjadi 7,5 ml100 grmenit selama spinal
anestesi. Penurunan kebutuhan oksigen miokard selama spinal anestesi dihubungkan dengan 1 penurunan after load, oleh karena tahanan
selama ventrikel kiri memompakan darah selama sistolik berkurang sehingga kerja ventrikel kiri berkurang 2 penurunan preload, aliran balik
vena dan cardiac output menurun sehingga jumlah darah pada kedua ventrikel juga berkurang 3 penurunan denyut jantung.
2
• Aliran darah cerebral Mekanisme autoregulasi cerebrovaskular mempertahankan aliran
darah cerebral pada keadaan yang tetap walaupun terjadi fluktuasi MAP. Namun bila MAP menurun sampai di bawah kira-kira 55 mmHg
mekanisme autoregulasi tidak akan berjalan lagi. Autoregulasi cerebrovaskular tidak tergantung dengan sistem saraf simpatis. Aliran
darah cerebral berjalan selama spinal anestesi terjadi pada MAP 93
8
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
mmHg sd 63 mmHg pada orang normal. Pada pasien hipertensi mekanisme autoregulasi tidak berlaku. Penurunan MAP 50 pada orang
hipertensi dari 158 mmHg menjadi 79 mmHg selama spinal anestesi maka akan terjadi penurunan 17 aliran darah cerebral dari 47
ml100grmenit ke 38 ml100grmenit. Maka keadaan penurunan tekanan darah selama spinal anestesi pada orang hipertensi harus segera mungkin
dikoreksi dibanding dengan orang normotensi.
2
• Aliran darah regional Terjadi penurunan aliran darah ke hepar sebesar 10
Penatalaksanaan hipotensi pada spinal anestesi Hal yang terpenting pada penatalaksanaan hipotensi ini adalah oksigenasi
dua organ penting yaitu jantung dan otak. Terapi fisiologis hipotensi selama spinal ini adalah memberikan preload yang cukup dengan menaikkan aliran balik
vena ke jantung dan selanjutnya dapat memperbaiki cardiac output. Pada pasien normal penurunan tekanan darah sistolik sampai 30 segera diterapi. Pada
pasien hipertensi segera dikoreksi jika tekanan darah sistolik turun sampai dengan 20. Yang terpenting adalah monitor sistem kardiovaskular dan
kesadaran. Memperbaiki tekanan darah tidaklah dapat dilakukan dengan hanya satu
terapi saja. Langkah-langkah untuk menaikkkan tekanan darah 1. pemberian vasopressor seperti ephedrin atau mephenteramine.
2.
posisikan pasien dengan tredelenburg, atau menaikkan kaki.
3.
berikan oksigen.
4.
memperbaiki preload
dapat diberikan cepat cairan infus intravena 1000-
1500 ml pada 70 kg selama 10-15 menit. Pada penelitian Venn dkk cairan preload tidak hanya menurunkan kejadian hipotensi selama spinal
9
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
anestesi pada blok simpatis saja namun bisa juga utnuk blok di atas T6. Langkah 2-4 menjadi prioritas.
2
Fisiologi Cairan
Jumlah seluruh cairan Total Body water adalah persentase dari total berat badan dan menurun secara progressif dengan kenaikan umur. Pada umur
60 tahun Total Body Water TBW menurun menjadi hanya 50 berat badan pada laki-laki oleh karena kenaikan dari jaringan adiposa lemak. Banyaknya
cairan sangat bervariasi pada setiap individu tergantung banyaknya jaringan lemak. Pada orang obesitas mempunyai rasio yang lebih rendah. Pada plasma
terdapat 93 air, jaringan lemak 10-15 air, jaringan tulang 20 air.
3,4,20
Tubuh manusia terdiri dari lebih kurang 60 cairan pada dewasa 0,6 Lkg BB dan pada neonatus 75-80 dengan proporsi lebih banyak cairan extraseluler
dibandingkan orang dewasa. Cairan tersebut terbagi di intraselluler 75 0,4 Lkg BB dan extraselluler 25 0,2 Lkg BB. Cairan extraselluler terbagi lagi yaitu
cairan interstitial 80 0,15 Lkg BB dan cairan plasma intravaskular berjumlah 20 0,05 Lkg BB. Jadi misal pada orang dewasa 70 kg jumlah cairan seluruh
tubuh 40 L, cairan intraselluler 25 L, cairan extraselluler 15 L yang terdiri dari cairan interstitial 12 L dan cairan plasma 3 L. Cairan plasma hanya 7,5 dari
seluruh cairan tubuh namun dia memegang peranan penting dalam hemodinamik. Bila dilihat dari perbandingan di atas maka perbandingan volume
cairan plasma dan interstitial adalah 1 : 3. 3,4,20 Bila dilihat dari perbandingan di atas maka perbandingan volume cairan
plasma dan interstitial adalah 1 : 3. Maka hal ini yang menjadi landasan dalam penggantian cairan untuk kasus-kasus hipovolemia bila dengan cairan kristalloid
Na Cl 0,9, Ringer Laktat, Ringer Asetat. Bila dipakai cairan koloid albumin, HES hampir 100 cairan berada di dalam intravaskular.
Dalam tubuh kita manusia selalu terdapat keseimbangan dan semuanya diatur sedemikian rupa dengan adanya mekanisme pertukaran dalam kapiler.
Proses itu menyebabkan pertukaran air, ion-ion, lipid, protein dapat melewati dinding kapiler. Proses tersebut dinamakan difusi, filtrasi dan reabsorbsi. Difusi
10
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
adalah gerakan ion-ion atau molekul-molekul dari daerah konsentrasi lebih tinggi ke daerah konsentrasi lebih rendah. Filtrasi adalah lewatnya zat terlarut dalam
larutan melewati membran plasma. Filtrasi ini diatur oleh tekanan hidrostatik. Pada kapiler air dan molekul-molekul yang kecil melewati dinding kapiler.
Reabsorbsi terjadi oleh karena adanya tekanan osmotik. Semakin tinggi konsentrasi larutan akan semakin tinggi tekanan osmotik. Perpindahan air tidak
akan keluar lagi dari kapiler dengan adanya tekanan hidrostatik, jadi tekanan osmotik dan hidrostatik saling berhubungan erat.
3,4,20
Gambar 1. gerakan cairan antara kapiler dan cairan interstitial
Dari uraian fisiologi di atas dapat disimpulkan bahwa dengan larutan konsentrasi tinggi cairan intraselluler dapat ditarik ke dalam cairan extraselluer.
Hal ini yang mendasari pemakaian cairan infus hipertonis saline NaCl 3 sebagai preloading spinal anestesi dalam mempertahankan hemodinamik.
11
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
Cairan saline hipertonis
Saat ini cairan infus yang dipakai bermacam-macam jenisnya baik cairan untuk resusitasi mau pun untuk cairan rumatan. Salah satu cairan resusitasi yang
dipakai saat ini adalah cairan saline hipertonis. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa saat ini cairan saline hipertonis ni telah banyak digunakan
untuk kasus-kasus hipovolemia karena perdarahan
5
, resusitasi pasien-pasien kritis di ICU
9
, luka bakar
8,10
, operasi jantung
11,12
, kraniotomi
7
, preloading cairan sebelum spinal anetesi
14,15
, dan pasca pembedahan. Pada keadaan sepsis terjadi respons inflamasi sistemik, vasodilatasi
perifer, depresi miokard dan kurangnya volume intravaskular. Oleh karena itu dengan cairan saline hipertonis sebagai cairan resusitasi untuk menangani
hemodinamik secara cepat dapat dikurangi volume cairan
9
. Begitu juga dengan keadaan shock pada luka bakar, mengurangi terjadi kejadian kelebihan cairan.
Pada luka bakar juga terjadi penurunan nilai albumin, sebagai bahan untuk mempertahankan tekanan onkotik pada kapiler sehingga pemberian cairan harus
dipantau dengan ketat.
8,10
Cairan saline hipertonis merupakan cairan dengan osmolaritas 900 mosmL, tiga kali lebih besar dari osmolaritas plasma. Dengan osmolaritas yang
lebih besar maka cairan interselluler dapat ditarik masuk ke dalam cairan ekstraselluler yaitu ke dalam vaskular. Perpindahan cairan dan perubahan
osmolaritas dapat diprediksi. Air dapat melewati membran sel dengan mudah dan berdistribusi secara pasif sebagai respion akibat perbedaan osmolaritas. Jumlah
elektrolit natrium dari cairan membatasi cairan yang infuskan ke extraselluler. Misal pemberian cepat infus 1000 ml NaCl 3 kepada orang 70 kg dengan
TBW 42 liter, ICF 23 liter, ECF 19 liter Sebelum diinfuskan cairan hipertonis.
Total isi cairan tubuh : 42 x 290 = 12.180 mOsm ECF : 19 x 290 = 5.510 mOsm
ICF : 23 x 290 = 6.670 mOsm
12
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
Setelah diinfuskan : Total Body water : 42 + 1 = 43 liter
Total isi cairan tubuh : 12.180 + 900 = 13.080 mOsm ECF isi cairan tubuh : 5.510 + 900 = 6410 mOsm
ICF isi cairan tubuh : 6670 mOsm
Perkiraan Osmolality akhir : 13.080 43 = 304 mOsmL
Volume ECF : 6410 304 = 21.1 liter Volume ICF : 6670 304 = 21.9 liter.
Dari uraian sebelumnya dapat dilihat bahwa dengan kenaikan volume ECF 2,1 liter yaitu dengan kira-kira 500 ml cairan terdapat di dalam intravaskular
sehingga volume darah akan naik kira-kira 10. Sehingga dengan demikian maka volume cairan yang diperlukan untuk mempertahankan hemodinamik lebih
sedikit dibanding cairan kristaloid, Dengan kenaikan osmolaliti akan disensasi oleh osmoreseptor di hypothalamus dan ini merupakan stimulus yang baik untuk
mensekresi ADH menahan air di ginjal. Maka rasa haus akan timbul. Kenaikan volume darah kira-kira di bawah level sensitivitas reseptor volume. Reseptor
volume akan berespon pada perubahan volume darah di atas 7 sd 10. Efeknya akan menghambat sekresi ADH. Kenaikan osmolality juga akan menyebabkan
ekskresi natrium. Ekspansi volume akan merangsang sekresi atrial natriuretic factor ANF, sehingga sekresi aldosterone akan terhambat akibat penurunan
produksi renin dan angiotensin. Sehingga akhirnya perubahan ini akan menyebabkan natriuresis dan ekskresi air.
7
Penurunan volume intraselluler akan menyebabkan perubahan mental oleh karena dehidrasi sel dan hipertonisitas secara mendadak. Efek cerebral ini
13
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
akan terlihat jelas pada klinis.
7,12,13
Namun hal ini terjadi pada keadaan hiponatremia kronis yang diberi cairan hipertonis segera oleh karena
hiperotnisitas secara mendadak. Pada keadaan normonatremia sangat jarang terjadi perubahan mental akibat pemberian cairan hipertonis.
12,13
Pemberian natrium yang dianggap aman adalah 1-2 mmolkg BB dalam satu jam, dan tidak lebih dari 8 mmol kg BB per hari. Bila lebih akan
menimbulkan manifestasi klinis disfungsi sistem syaraf pusat seperti kejang, hilang kesadaran sampai terjadi koma. Pengkeriputan otak brain shrinkage
yang disebabkan oleh hipernatremia dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan terjadi perdarahan otak seperti perdarahan subarachnoid dan
kerusakan neurologis permanen atau kematian. Namun brain shrinkage ini dapat diatasi dengan respon adaptasi dari tubuh sehingga dapat menormalkan kembali
volume otak dan terjadi symptom yang ringan saja. Tapi respon ini bukan mengoreksi hiperosmolaritas otak.
14
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
gambar 2. Efek hipernatremia terhadap otak dan respon adaptasi
Analisa Bioelectrical Impedance BIA
Semua sesuatu yang hidup terdiri dari sel. Membran sel merupakan larutan konsentrat kimiawi dan garam yang mempertahankan gradien konsentrasi
ion intraselluler dan extraselluler. Gradien ini yang menghasilkan perbedaan potensial listrik melewati membran. Hal ini yang mempertahankan kehidupan sel.
15
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
Pada tubuh yang sehat terdapat sel membran yang mempunyai lapisan lipid yng bersifat non konduktif di antara dua molekul protein yang bersifat
konduktif. Lapisan lipid ini bersifat soluble terhadap air sehingga air, ion-ion dan bahan-bahan kimia lainnya dapat keluar masuk sel. Dengan kata lain, tubuh
mempunyai sifat kelistrikan, di mana tubuh merupakan suatu konduktor yang baik dan suatu sirkuit biologis.
16
Pada tahun 1940 perubahan status hidrasi dapat dihubungkan dengan perubahan total resistansi dan reaktan kapasitan. Dr.
Jan Nyboer yang pertama sekali menghubungkan perubahan bioelectrical impedance dengan perubahan pulsasi aliran darah ke organ, gelombang pulsasi
arteri dan respirasi. Hubungan antara total body water dan pengukuran elektrik diteliti pertama sekali oleh Thomasett pada tahun 1962.
17
Bioelectrical impedance adalah suatu derajat terhadap medium yang akan memperlambat atau menghentikan arus listrik yang melaluinya yang diukur
seluruh tubuh dari tangan ke kaki dengan berdasarkan konduksi dan non
16
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
konduksi dari berbagai jaringan tubuh. Umumnya massa tubuh yang bukan lemak adalah jaringan konduktif seperti otot, dan lemak merupakan jaringan non
konduktif. Jaringan lemak mempunyai kandungan air 20 sehingga tidak menghantarkan arus listrik dengan baik, hanya sejumlah kecil arus yang dapat
melalui jaringan lemak sehingga jaringan lemak dianggap mempunyai impedance yang tinggi. Otot mempunyai kandungan air lebih banyak 75 karena itu otot
dianggap mempunyai impedance yang rendah. Impedance Z mempunyai dua komponen yaitu resistance R dan
reactance Xc. Resistance R adalah jumlah arus yang mana jaringan akan menghentikannya. Reactance Xc adalah ukuran dari kemampuan jaringan
untuk memperlambat arus. Membran sel dapat menyimpan atau menahan suatu muatan listrik untuk waktu yang singkat sehingga dapat memperlambat arus.
Reactance merupakan kemampuan dari membran sel untuk memperlambat arus. Membran sel dapat dianggap sebagai kapasitor. Dan jaringan lemak merupakan
resistor yang baik oleh karena jaringan lemak terdiri dari 80 fat.
16,17
Ada beberapa teori dasar yaitu tubuh dapat dianggap sebagai silinder. Maka Resistansi R adalah dianggap sebagai panjang L dan berbanding
terbalik dengan diameter A, sehingga volume adalah hasil kali dari panjang dan diameter. Jaringan lemak terdiri dari 80 fat sehingga jaringan lemak merupakan
resistor yang baik. Hubungan ini lebih kompleks pada sistem tubuh kita karena berbagai faktor dan variabel termasuk dalam penghitungan akhir. Perubahan
dalam volume, panjang dan lebar, elektrolit, suhu semuanya mempunyai efek resistansi biologi.
18
Bioimpedance diukur dengan memakai arus listrik yang kecil melalui dua elektroda dan menentukan perbedaan voltase dengan pasangan elektroda yang
lain. Pasangan elektroda pertama satu elektroda diletakkan di daerah dorsum pergelangan tangan dan yang satu lagi diletakkan di permukaan dorsal tulang
metakarpal ketiga. Pasangan elektroda yang kedua diletakkan di daerah kaki ipsilateral di daerah anterior pergelangan kaki dan permukaan dorsal tulang
metatarsal ketiga.
18
17
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
Pemakaian elektroda BIA
Impedance Z mempunyai dua komponen yaitu resistance R dan reactance Xc. Resistance R adalah jumlah arus yang mana jaringan akan
menghentikannya. Reactance Xc adalah ukuran dari kemampuan jaringan untuk memperlambat arus. Membran sel dapat menyimpan atau menahan suatu
muatan listrik untuk waktu yang singkat sehingga dapat memperlambat arus. Nilai reactance yang tinggi mengindikasikan kesehatan yang lebih baik dan
integritas membran sel. Maka secara teori reactance adalah pengukuran volume capacitance membran sel dan pengukuran secara tidak langsung volume
intracelluler atau massa sel tubuh body cell mass. Di mana lemak, keseluruhan cairan tubuh total body water dan cairan ekstraselluler adalah merupakan
tahanan resistance hanya membran sel yang merupakan rectance. Oleh karena sel jaringan lemak tidak dikelilingi membran sel maka reactance tidak dipengaruhi
oleh jumlah lemak tubuh. Konduktor adalah sesuatu yang dapat menyimpan muatan listrik,
penyimpannya disebut kapasitan capacitance, kebalikannya adalah reaktan reactance dan bila di diukur hubungan resistansi dan reaktan menjadi
phase angle.
Membran sel dapat dianggap sebagai kapasitor. Dan jaringan lemak merupakan resistor yang baik oleh karena jaringan lemak terdiri dari 80 fat.
Kapasitor berisi dua atau lebih lempengan penghantar, menyimpan muatan elektron-elektron untuk suatu periode waktu tergantung oleh tahanan resistansi.
Kapasitansi adalah pengukuran kesehatan dari suatu membrane sel, sehingga
18
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
dapat menggambarkan adanya suatu penyakit atau tidak. Kapasitansi ini dapat dianggap sebagai tahanan vaskular perifer.
Impedance Reactance
Vector phase angle
Resistance
Phase angle = Arc Tan Reactance -----------------
Resistance Nilai phase angle berkisar antara 0
– 90 . Derajat 0 bila sirkuit tersebut
hanya bersifat resistif tidak ada membran sel di sistem tersebut,dan nilai 90 jika sirkuit tersebut hanya bersifat kapasitif semua berisi membran, tidak ada cairan.
Nilai phase angle pada orang sehat berkisar antara 3 – 10. Nilai phase angle rendah dihubungkan dengan reactance rendah atau dengan kematian sel atau
dengan kerusakan selektivitas permeabilitas membrane sel. Nilai phase angle tinggi dihubungkan dengan reactance yang tinggi dan besarnya jumlah
membrane sel dan massa sel tubuh body cell mass. Maka nilai phase angle yang rendah terlihat pada pasien ICU yang sakit akut, kelebihan cairan yang
banyak, malnutrisi, infeksi HIVAIDS, kanker, alkoholik kronis, pecandu narkotik, umur tua 80-100 tahun.
Impedance bergantung dengan frekuensi. Arus dengan frekuensi yang rendah dihentikan oleh membran sel. Membran sel adalah resistor, sehingga
19
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
tidak ada arus yang dihantarkan melaluinya. Pada frekuensi yang rendah, semua arus yang dihantarkan melalui tubuh akan dilewatkan hanya melalui cairan
ekstraselluler sehingga hanya memungkinkan pengukuran ekstraselluler saja. Frekuensi lebih dari 50 kHz mampu melewati membran sel sehingga
memungkinkan pengukuran substansi yang ada dalam dan di luar sel. Frekuensi kurang dari 50 kHz bisa untuk menilai komposisi tubuh
16,17
Frekuensi 5 kHz hanya dapat mengukur cairan ekstraselluler dan frekuensi tinggi 500 kHz untuk
mengukur keduanya yaitu cairan ekstraselluler dan intraselluler.
19
Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar pengukuran bioelectrical impedance adalah jaringan tubuh manusia
mempunyai sifat konduksi dan resistif yang berbeda, sehingga bila diberikan berbagai macam frekuensi akan menghasilkan impedance yang berbeda pula.
Penggunaan BIA dapat menentukan persentase jumlah lemak, lean massa tubuh, cairan tubuh. Khususnya, BIA digunakan untuk menentukan
komposisi tubuh. Dapat juga digunakan untuk menentukan banyaknya cairan pada bagian tubuh. Pengukuran total body water perioperatif dapat diukur
dengan BIA untuk mengetahui berapa banyak cairan yang dibutuhkan
19
Cardiologist dapat mengukur impedance thoraks untuk mengukur cairan yang berakumulasi pada pasien gagal jantung. Nephrologist dapat mengukur cairan
ekstraselluler dan jumlah cairan tubuh untuk menentukan berapa banyak cairan yang dikeluarkan untuk pasien hemodialisa.
20
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
Telah banyak tulisan mengenai BIA sekitar 1600 literatur ditemukan di Inggris dari tahun 1996 dan 2003, dan sudah 450 tulisan dipublikasikan dalam
tiga tahun terakhir ini.
21
Selain dapat mengukur total body water TBW BIA juga dapat mengetahui status nutrisi dengan sensitivitas 22 dan spesifisitas 96
22
. Selain itu juga akurat dalam mengetahui fat free mass pada pasien paru
obstruktif kronis dengan sensitivitas 86 dan spesifisitas 88
23
. Dan pada pengukuran total body water TBW, cairan interselluler, dan cairan ekstraselluler
keakuratan BIA mencapai sensitivitas 86 dan spesifisitas 73-80.
24
Dalam penggunaan BIA ada beberapa kondisi atau faktor yang mempengaruhi keakuratan hasil Tabel 1. Kondisi yang standard yaitu posisi
tubuh, latihan fisik sebelumnya, intake makanan, temperatur kulit. Impedance dapat turun 4-15
Ω setelah 2-4 jam mengkonsumsi makanan, namun hal ini kesalahannnya lebih kecil dari 3. Dalam memprediksi TBW dapat terjadi
kesalahan 1.0-1.5 liter pada pasien-pasien berbaring lama. Hal ini berlangsung mulai ketika lima menit setelah pasien berbaring.
Rekomendasi aplikasi klinis BIA Definisi
Rekomendasi Makanan,
minuman, alkohol
Puasa atau tanpa alkohol 8 jam
Makin pendek waktu puasa makin baik
Isi kandung kemih
Isi kandung kemih tidak penuh
Keadaan kulit Masalah temperature
Tidak ada luka di daerah elektroda
Posisi elektroda
Jarak antara elektrode Minimal jarak elektrode 5 cm,
dan diukur pada sisi tubuh yang sama
21
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
Ekstremitas Abduksi
Jarak lengan dari tubuh kira-kira 30
dan kaki kira-kira 45 Posisi tubuh
Terlentang Untuk pasien rawat jalan
sebelum pengukuran BIA posisi terlentang 5-10menit
Lingkungan pengaruh listrik
Tidak kontak dengan bahan- bahan logam
Bentuk tubuh Amputasi
Untuk anggota gerak pengukuran BIA tidak akurat,
untuk pengukuran cairan tubuh tetap akurat
Obesitas Gunakan bahan isolator listrik
misal handuk antara tangan dan tubuh
Kelainan jantung
Edema Ukur ketika kondisi pasien stabil
Elektrolit serum
abnormal Konsentrasi elektrolit
mempengaruhi pengukuran BIA
Ukur ketika serum elktrolit normal
hipotiroid Pachydermia
Tidak akurat karena resistansi kulit tinggi
Obat yang mempengaruhi
keseimbangan air
Steroid, hormon, diuretik Ukur bila kondisi pasien stabil
Dialisis Peritoneal dialisis Buat standard pengukuran misal
20-30 menit setelah dialisis
22
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
Punksi ascites Gunakan protokol khusus, buat
prosedur pengukuran Protesa
orthopedi atau implant
Misal protese hip Pengukuran pada daerah tubuh
yang tidak ada protese
pacemaker Implant cardiac pacemaker
Tidak ada insiden karena pengukuran BIA, namun harus
dimonitor fungsi jantung ketika pengukuran BIA.
23
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
KERANGKA KONSEPTUAL
Preloading cairan
NaCl 3 NACl 0,9
INTRAVASKULAR
BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS
BIA Vasodilatasi
Cardiac output
Tekanan Darah
Cardiac Output
Tekanan Darah Tekanan Darah,
elektrolit Na, K,Cl
Jumlah cairan interstitial Jumlah cairan intravascular
Jumlah cairan interselluler Blok Simpatis
Spinal Anestesi
24
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
BAB 3 METODE PENELITIAN