• Kadar elektrolit : Natrium : Nilai normal : 135 – 145
Kalium : Nilai normal : 3,5 – 4,5 Clorida : Nilai normal : 98 -
Diukur dengan alat laboratorium di RS Haji Adam Malik Medan dan RS Haji Mina Medan.
3.10 Masalah etika
Dalam penelitian ini dilakukan spinal anestesi dengan ketinggian blok maksimal pada Thorakal 8- 10. Pada spinal anestesi bisa terjadi
beberapa kemungkinan : a. total blok spinal anestesi. Hal ini bisa terjadi ketika spinal anestesi
tergantung pada kecepatan memberikan obat spinal anestesi, posisi pasien saat spinal anestesi. Penanganannya adalah dengan menjaga
jalan nafas dan memberikan oksigen 100 kalau perlu intubasi, memberikan cairan koloid dan efedrin dan siap dengan obat-obat
darurat misal adrenalin, sulfas atropine dan alat-alat darurat misalnya set intubasi dan DC-Shock
b. Terjadi post dural puncture headache PDPH. Hal ini bisa terjadi karena kebocoran cairan serebrospinal ketika spinal puncture dengan
menggunakan spinocan nomor besar no 23 G ke atas. Insiden kejadian PDPH Di RS Adam Malik Medan dan RS Haji Mina Medan
dilakukan dengan spinocan yang sudah cukup baik yaitu nomor 25 G – 27 G sehingga insiden PDPH sudah sangat jarang terjadi. Namun bila
terjadi dapat diatasi dengan posisi pasien tetap berbaring terlentang selama minimal 24 jam dan rehidrasi cukup adekuat.
Pada spinal anestesi juga bisa terjadi penurunan tekanan darah sampai terjadi shock akibat blok simpatis. Penurunan tekanan darah sampai
20 dari tekanan darah basal masih dapat ditolerir oleh pasien-pasien
30
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
dewasa muda yang sehat. Namun untuk mengantisipasi terjadinya shock maka sudah disiapkan cairan koloid dan efedrin. Maka bila terjadi shock
segera diberikan efedrin 5-10 mg, dan cairan koloid sebanyak 250 ml. Bila perlu ditambah lagi efedrin 10 mg dan koloidnya sampai 2 mlkg BB.
Dalam penelitian ini juga dilakukan preloading spinal anestesi dengan cairan saline hipertonis NaCl 3 dan NaCl 0,9 sebanyak natrium
2 mmolkg BB. Pemberian dilakukan dengan cepat dalam 15 menit. Pemberian natrium secara cepat dapat dilakukan dengan ketentuan 1-2
mmol kg BB dalam satu jam untuk menghindari terjadinya central pontine myelinisasi CPM. Dalam pemberian natrium dapat menyebabkan
hipernatremia Na 145 dan menimbulkan manifetasi klinis bila natrium 160 MeqL yaitu kejang dan penurunan kesadaran. Hal ini dapat dicegah
dengan pengukuran secara tepat berapa jumlah natrium yang akan diberikan dan dapat diatasi dengan pemberian cairan hipotonis yaitu cairan
dekstrosa 5 atau D5NaCl 0,45 dengan hitungan :
natrium yang diinfuskan – serum Natrium Perubahan serum Na = ____________________________________
Total body water + 1 Misal seorang wanita 58 tahun 68 kg nilai natrium serum 168 mml
perliter. Maka akan segera dikoreksi keadaan hipernatremianya dengan cara memberikan cairan infuse dekstrosa 5. Perkiraan total body water =
34 liter 0,5 x 68 Formula perubahan serum Na = 0-168 : 34+1 = -4,8
Tujuan akhir terapi -10 mmol per liter perhari = 10 : 4,8 = 2,1 liter dengan menambahkan 1,5 liter IWL = 3,6 liter larutan dekstrosa 5.
Maka total cairan yang dibutuhkan adalah dekstrosa 5 sebanyak 3,6 liter
31
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
PROSEDUR KERJA
Kriteria Inklusi
Na 2mmolkgBB NaCl 3
Spinal Anestesi
Sampel Populasi
Na 2mmolkg BB NaCl 0,9
Kriteria eksklusi
Monitor hemodinamik,
kesadaran BIA
Tekanan Darah N
Cairan RL RA Maintenance
Tekanan darah
Cairan koloid
32
Rr. Sinta Irina : Spinal anestesia, cairan saline hipertonis, efek volume intravascular, BIA, Spinal anesthesia, hypertonic saline, volume intravascular, BIA.
USU e-Repository © 2008.
BAB 4 HASIL PENELITIAN