Usahatani Pisang Barangan Sistem Konvensional

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Sarana dan Prasarana Kecamatan Biru-biru dapat dikatakan wilayah yang sedang berkembang karena sarana dan prasaran sudah hampir lengkap yaitu sekitar 80, dimana sekolah, tempat ibadah, jembatan, dan puskesmas sudah ada di kecamatan tersebut, hanya saja jumlahnya tidak begitu banyak. Hampir 45 di desa-desa tersebut memiliki sarana tersebut, misalnya Desa Namo Tualang, dimana desa tersebut sudah memiliki sekolah mulai dari SD dan SLTP, dan sarana kesehatan di kecamatan ini sudah baik, ini terbukti dari hampir 85 desa sudah memiliki puskesmas pembantu. KARAKTERISTIK SAMPEL

A. Usahatani Pisang Barangan Sistem Konvensional

Sampel dalam penelitian ini adalah usahatani Pisang Barangan dengan sistem konvensional dan sistem double raw. Pengambilan sampel usahatani sistem konvensional dilakukan secara acak random di dua kecamatan, yaitu Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru. Karakteristik usahatani sampel meliputi luas lahan, jarak tanam, kepemilikan dan pola usahatani. Dari lampiran 1 terlihat range luas lahan usahatani sampel adalah antara 0,2 – 1 Ha dengan rata-rata luas lahan adalah 0,62 Ha. Pada umumnya lahan sudah merupakan milik sendiri, tetapi ada juga usahatani yang disewa, hanya saja walaupun lahan tersebut sudah milik sendiri tapi lahan tersebut tidak dikenakan pajak. Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Pada umumnya usahatani Pisang Barangan sistem konvensional menggunakan jarak tanam 3m x 3m. Dimana dengan jarak tanam ini hanya bisa menanam tanaman pisang sebanyak 1.000-1.300 batang. Usahatani tersebut merupakan usahatani yang polikultur, yang artinya dalam usahatani tersebut banyak ditanami komoditi. Pada umumnya dalam usahatani tersebut ditanami tanaman Pisang Barangan, Cokelat, Jagung dan Pepaya, dan Kelapa Sawit. B. Usahatani Pisang Barangan Double Raw Pengambilan usahatani sampel sistem double raw dilakukan dengan cara sensus, dimana semua populasi menjadi sampel. Pada sistem Double Raw jarak tanam Pisang Barangan adalah 1m x 2m x 4m sehingga populasi tanaman Pisang Barangan bisa mencapai 2.000 – 2.200 tanaman. Usahatani tersebut merupakan usahatani yang polikultur karena dalam usahatani tersebut ditanami lebih dari 1 tanaman. Tetapi yang disarankan adalah jenis tanaman yang tidak memperoleh hasil dari akar, seperti semangka, untuk menghindari persaingan penyerapan unsur hara. Dari lampiran 19 dapat dilihat bahwa range luas lahan usahatani sampel adalah 0,32 – 1,7 Ha, dengan rataan luas lahan 0,97 Ha. Beberapa usahatani Pisang Barangan sistem Double raw dikelola oleh AMARTA sebagai proyek percontohan AMARTA, yang didanai oleh USAID, yang berjangka waktu tiga tahun dari September 2006-September 2009. Proyek ini bertujuan untuk membantu Pemerintah Indonesia membangun sistim agribisnis yang kokoh di Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Indonesia, yang dapat memberikan kontribusi bermanfaat dalam terciptanya lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan. AMARTA bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta, masyarakat petani, dan pihak-pihak lain untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas produk dalam mata rantai nilai. Termasuk dalam rantai nilai tersebut adalah komoditas ekspor bernilai tinggi, produk-produk hortikultura berkualitas, seperti kakao di Sulawesi dan komoditas-komoditas lain di Sumatra Utara danatau Aceh, Bali, Jawa, Papua dan wilayah NTTNTB untuk tujuan pasar-pasar domestik dan ekspor. AMARTA fokus pada peningkatan produktivitas dan kualitas agrikultura untuk meningkatkan akses pasar. AMARTA memberikan bantuan teknis dengan menyediakan tenaga ahli berpengalaman dari Indonesia maupun ahli agribisnis internasional untuk mengidentifikasi, menilai dan memberikan solusi terhadap berbagai masalah yang menghambat daya saing produk-produk agribisnis Indonesia. Program kegiatan AMARTA dan hasilnya akan diperkenalkan di berbagai wilayah di Indonesia dengan menggunakan metode tepat guna agar target yang diinginkan dapat tercapai, yakni dengan menggunakan program pendidikan dengan bekerja sama dengan badan badan pemerintah, asosiasi, perusahaan-perusahaan agribisnis, dan penyedia jasa bisnis. Program ini akan mengadakan seminar nasional dan regional, pelatihan dan kampanye di media massa. Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009

V. TEKNIS BUDIDAYA PISANG BARANGAN SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM DOUBLE RAW