TEKNIS BUDIDAYA PISANG BARANGAN SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM DOUBLE RAW

Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009

V. TEKNIS BUDIDAYA PISANG BARANGAN SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM DOUBLE RAW

Teknis Budidaya Pisang Barangan Budidaya Pisang Barangan dengan sistem konvensional merupakan budidaya Pisang Barangan dengan sistem tradisional, dimana dalam sistem ini para petani hanya menanam dan memelihara tanaman Pisang Barangan dengan seadanya sesuai kondisi keuangan sehingga hasil yang diperoleh tidak begitu memuaskan. Budidaya Pisang Barangan dengan sistem Double Raw adalah Teknologi yang diterapkan pada budidaya Pisang Barangan dengan metode penanaman dengan sistem dua jalur dan penjarangan anakan dengan menggunakan prinsip Mama-Anak-Cucu. Penanaman sistem doule raw dapat meningkatkan kepadatan populasi hingga mencapai 2.000-2.200 batang per hektar. Prinsip peremajaan anak-anak yang tumbuh untuk mencapai sebuah rentetan produksi Mama-Anak-Cucu diharapkan dapat mencegah perkembangbiakan yang ganda membiarkan dua anak pisang yang baru tumbuh hidup untuk produksi di kebun pisang dan merawat kepadatan populasi yang stabil. Metode ini diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi. Pengolahan Lahan Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Pada sistem konvensional pengolahan lahan dilakukan satu kali. pengolahan tersebut dapat dilakukan secara mekanis, kimia, dan secara manual. Secara mekanis yaitu dengan menggunakan alat-alat seperti traktor. Ini dilakukan bila tanah tersebut sudah padat, dan membutuhkan waktu yang singkat. Secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida, ini dilakukan bila lahan tersebut hanya ditumbuhi oleh ilalang atau tumbuhan tersebut tidak terlalu tinggi. Secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Ini dilakukan bila keadaan topografi yang terlalu terjal, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan traktor. Pada sistem double raw, lahan yang mempunyai rumputan tebal dilakukan pembabatan kemudian dibersihkan. Bila tanahnya padat sebaiknya dilakukan pembajakan dengan traktor kemudian dilakukan penggaruan atau dilakukan pentraktoran dua kali dengan jalur yang berbeda memotong. Lahan yang gembur tidak padat setelah dilakukan pembabatan dan pembersihan sudah siap untuk ditanam. Pada sistem double raw pengolahan lahan dilakukan secara mekanik atau manual, karena pada sistem double raw, penggunaan bahan kimiawi sangat dihindari. Pemilihan Bibit Pada sistem konvensional, bibit yang digunakan adalah bibit lokal yang diperoleh dari tanaman induk yang sudah tebang beberapa kali. Bibit yang digunakan tidak begitu seragam, ada yang menggunakan anakan yang muda, sedang dan dewasa, sehingga pertumbuhan tanaman tidak serentak. Pada sistem konvenional bibit yang digunakan tidak diperhatikan apakah bibit tersebut sehat atau tidak sehingga kemungkinan bibit yang digunakan adalah Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 3 meter 3 meter bibit yang sudah terinfeksi penyakit. Bibit yang sudah tersedia langsung ditanam tanpa adanya perlakuan khusus. Pada sistem double raw, bibit yang baik adalah berasal dari kultur jaringan, tetapi jika tidak ada maka dipergunakan dari anakan dari pohon induk yang sudah cukup tua sudah tebang beberapa kali dalam satu rumpun dan mempunyai batang dan buah yang masih bagus. Bibit yang demikian pada umumnya sudah terseleksi secara alamiah unggul. Anakan yang dijadikan bibit yang bersumber dari pohon induk dapat dikelompokkan menjadi anakan dewasa ”maiden sucker” dan rebung ”peeper”. Anakan dewasa berdaun 2 helai dan anakan sedang berdaun satu helai sudah siap ditanam di lapangan. Ukuran bibit yang berasal dari anakan berkisar antara 60-70 cm seragam. Sebelum ditanam disterilkan dengan menggunakan bayclin dosis 30 cc per liter air. Anakan muda dan rebung sebaiknya disemaikan terlebih dahulu dengan menggunakan polybag hingga tinggi anakan mencapai 60-70 cm baru ditanam di lapangan. Pengajiran Gbr 2. Pola Jarak Tanam Pisang Barangan dengan Sistem Tanam Konvensional Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 4 atau 5 meter 1 meter 1,75 atau 2 meter Utara Pada sistem konvensional lubang sudah disiapkan tanpa menggunakan ajir. Pada sistem konvensional jarak tanam yang digunakana antar baris adalah 3m dan jarak antar larikan adalah 3m 3m x 3m, sehingga pada sistem konvensional populasi tanaman Pisang Barangan adalah 1.100-1.300 tanaman dan tidak pola penanaman tidak memperhatikan arah sinar matahari. Gbr 3. Pola Jarak Tanam Pisang Barangan dengan Sistem Double Raw Pada sistem double raw tempat lubang dibuat terlebih dahulu ditandai dengan ajir bambu dengan panjang lebih kurang 1,2 meter. Jarak tanam yang dipergunakan dalam satu larikan 2m x 1 m dan antar larikan 3 atau 4 m.dan pada sistem double raw bisa ppopulasi tanaman bisa mencapai 2.000-2.200 tanaman. Pada sistem double raw penanaman diatur ke arah timur menurut arah sinar matahari sehingga sinar matahari yang diperoleh tanaman untuk berfotosintesis lebih optimal. Penanaman Pada sistem konvensional bibit yang sudah tersedia dapat langsung ditanam. Tapi sebelum penanaman, lubang tanam diberikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar, dengan besar lubang adalah 30cm x 30 cm x 40cm, Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 lubang tersebut dibiarkan selama 2 minggu, lalu setelah itu bibit langsung dapat ditanam dan lubang ditutup dengan tanah galian. Pada sistem double raw bibit yang berasal dari perbanyakan kultur jaringan atau anakan yang sudah berada di dalam polybag, maka terlebih dahulu dikeluarkan dari polybag dengan hati-hati agar tanah jangan pecah. Bibit yang sudah dikeluarkan dari polybag ditanam pada lubang yang sudah disediakan. Bibit yang berasal dari anakan setelah disterilisasi dapat ditanam pada lubang yang dipersiapkan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30cm x 30cm x 30cm atau disesuaikan dengan ukuran bibit. Lubang ditutup kembali dengan tanah galian. Pengaturan Anakan Pada sistem konvensional setelah tanaman tumbuh, lalu anakan dibiarkan tumbuh tanpa memperhatikan banyaknya anakan, sehingga terjadi persaingan anakan dalam penyerapan unsur hara, sehingga lambat laun anakan tersebut akan mati karena tidak mampu bersaing dengan tanaman lain untuk memperoleh makanan. Anakan yang sudah agak besar dapat dipotong untuk dijadikan bibit tanaman yang baru. Anakan dipotong dengan menggunakan pisau lalu dipindahkan ke dalam polybag. Pemotongan anakan ini dilakukan ketika tanaman sudah berumur 8 bulan. Pada sistem double raw penyeleksian anakan dalam satu rumpun dilaksanakan 7-8 minggu sekali. Dalam satu rumpun hanya dibiarkan maksimum 3 batang, yakni membentuk sebuah rentetan 1 batang mama induk, 1 batang anak dan 1 batang cucu. Anakan yang berlebih dalam satu rumpun dikurangi dengan cara memotong miring keluar dengan menggunakan Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 parang dan pemotongan ini jangan sampai merusak tanaman utama MAMA- ANAK-CUCU. Anakan yang dikeluarkan dari rumpun masih mempunyai bonggol dan sudah berukuran 60-70 cm ditanam di lahan sedangkan yang masih kecil dimasukkan ke dalam polybag untuk dijadikan bahan bibit. Gambar 4. Rentetan Mama-Anak-Cucu Anakan yang dibiarkan Anakan yang dibuang Penyiangan Pada sistem konvensional penyiangan dilakukan 1 x 3 bulan, sehigga penyiangan dapat dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Pada umumnya penyiangan dillakukan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida karena dengan penyemprotan herbisida, waktu yang digunakan lebih singkat.. Pada sistem double raw penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan rumputtanaman pengganggu yang ada di areal perkebunan pisang. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar. Penyiangan ini ditujukan untuk membersihkan jalur tanaman pisang dari rerumputan, sedangkan sampah-sampah yang ada diletakkan di tengah gang antara jalur. Pembersihan Batang Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Pada sistem konvensional alat yang digunakan adalah pisau. Pembersihan batang dilakukan 1 x 2 bulan. Pembersihan batang ini dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Daun yang dipotong adalah daun yang sudah benar-benar kering dan pemotongan tidak terlalu dekat dengan batang tanaman dan jumlah daun yang harus ditinggalkan tidak dibatasi. Pada sistem double pembersihan batang dilakukan 1 x 2 bulan. Alat yang digunakan adalah pisau dan parang. Alat-alat yang digunakan harus benar- benar bersih, yaitu direndam dengan larutan desinfektan. Batang pisang dibersihkan dari daun-daun yang kering ataupun daun-daun yang sudah sakit. Bagian daun yang sakit dipotong untuk mengurangi serangan penyakit dan tetap menjaga jumlah daun minimal 6. Daun yang telah tua kering lebih dari 50 dipotong dan dibuang, karena dianggap tidak berfungsi lagi bagi tanaman. Metode pemotongan daun relatif dekat dengan batang. Gambar 5. Proses Pembersihan Batang Daun yang telah tua kering lebih dari 50 sudah dapat dipotong dan dibuang, karena dianggap tidak berfungsi lagi bagi tanaman. Metode pemotongan pelepah relative dekat dengan batang. Pemupukan Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Pemupukan pada sistem konvensional dilakukan 1 x 2 bulan atau 1 x 3 bulan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk makro yang diberikan melalui akar dengan cara ditabur. Pada umumnya pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, KCL dan NPK. Dosis Pupuk Kandang yang diberikan adalah 5 Kgbatang, dosis Pupuk Urea adalah 200-300 grbatang, dosis Pupuk KCL adalah 100 grbatang dan dosis pupuk NPK adalah 200-230 grbatang. Pupuk diberikan pada radius 30 cm dari akar tanaman. Pada sistem double raw pemupukan dilakukan 1 x 1 bulan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk makro dan pupuk mikro. Pupuk makro diberikan melalui akar dengan cara ditabur, dan pupuk mikro diberikan melalui daun dengan cara disemprot. Pupuk yang dipergunakan adalah pupuk UREA = 36 grbatangbulan, KCL = 42 grbatangbulan dan Dolomit = 63 grbatangbulan. Metode pemberian pupuk sistem tabur melingkar dengan jarak 0-30 cm dari batang pada tanaman muda dan setengah lingkaran pada tanaman yang sudah pernah ditebang. Bila tanaman terlihat kekurangan unsur hara mikro maka pemupukan ditambah dengan pupuk daun seperti Growmore dengan dosis 1 grliter air dengan frekuensi 2 minggu sekali. Gambar 6 . Pemupukan Daun dan Pemupukan tabur Perawatan Khusus Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Pada sistem konvensional tanaman Pisang Barangan tidak mendapatkan perawatan khusus, atau perawatan yang dilakukan hanya pemupukan, pembersihan batang dan penyiangan. Pada sistem double raw tanaman Pisang Barangan mendapat banyak perawatan, atau dengan kata lain perawatan pada sistem double raw lebih intensif. Perawatan-perawatan itu antara lain : 1 Pasang Pita Pemasangan pita dilakukan pada saat bungaontong pisang sudah merunduk ke bawah atau berkisar 1 minggu setelah keluar ontong. Pemasangan pita dilakukan dengan memanjat pohon dengan menggunakan tangga lalu pita tali rapia diikat pada dasar tandan. Pemberian pita dibedakan setiap minggu agar diketahui perbedaan umur setiap ontongbuah pisang, atau dengan kata lain untuk mengetahui waktu panen Pisang tersebut. Umur panen adalah 11-12 minggu dari keluar bunga. Gambar 7. Proses Pemasangan Pita 2 Potong Kuku Pemotongan kuku buah berfungsi untuk menjadikan buah mulus tidak terjadi goresan pada buah dan penyerapan unsur hara optimal oleh bakal buah. Dilakukan dengan cara memetik kuku buah dengan tangan pada saat Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 buah masih muda. Dilakukan 3 x 1 minggu tutup buah dibawahnya belum jatuh dan dimulai dari buah yang paling atas. Potong kuku dilakukan 3-5 hari setelah keluar bunga. Gambar 8. Proses Potong Kuku 3 Potong Ontong Pemotongan ontong bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Dilaksanakan pada saat buah di sisir terakhir sejajar dengan tanah atau 2 minggu setelah keluar bunga. Dilakukan dengan tangan tanpa alat seperti pisau. Pada saat pemotongan ontong, buah yang tidak sempurna juga turut dibuang dan ditinggalkan 1-2 buah dalam satu sisir. Hama Penyakit Tanaman Pada sistem konvensional untuk pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan dengan pemberian obat-obatan kimiawi, misalnya untuk mengatasi ulat penggerek batang digunakan pestisida seperti Curater dengan dosis 10-15 grbatang yang diberikan 1-2 kali yaitu berumur 3 dan 5 bulan. Untuk mengatasi serangan seranggga digunakan insektisida yaitu dengan menyemprotkan pada tandanbuah yang dilakukan 1-2 kali dengan dosis tertentu. Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Pada sistem double raw tanaman yang terkena penyakit kerdil, diatasi dengan membongkar tanaman yang sakit, alat yang digunakan disterilkan dengan disinfektan dan diganti dengan tanaman baru. Penyakit layu fusarium dicegah dengan pemilihan bibit yang sehat, pengunaan alat yang steril, dan menghindari mobilitas yang tinggi. Bila sudah terserang maka tanaman yang sakit dibongkar dan dibakar dan bila tidak memungkinkan maka tanaman dibunuh dengan menyuntikkan herbisida sistemik seperti Round Up dengan dosis 1 cc per 5 cm lingkar batang pada ketinggian 30 cm dari tanah. Maksimum penggunaan 15 cc per rumpun pisang. Pengendalian terhadap penggerek batang dilakukan dengan sanitasi, karena hama ini hidup dan berkembang biak pada sampah-sampah yang membusuk. Tanaman yang sudah terserang, bila sudah tidak memungkinkan untuk dibiarkan tumbuh maka tanaman dipotong, dan bagian titik tumbuh dicongkel agar anakan cepat tumbuh. Pengendalian terhadap Ulat pengulung daun yaitu secara mekanis dengan memangkas bagian-bagian daun yang terserang kemudian dihancurkan. Pengendalian terhadap Thrips dilakukan dengan penyuntikan ontong pisang dengan insektisida dengan dosis maksimum 0,02 gr Bahan Aktif per ontong atau dengan pembungkusan tandan pisang dengan plastik warna biru atau putih. Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 9. Penyuntikan Ontong Pemberongsongan adalah pembungkusan buah atau tandan dengan plastik. Setelah bagian bungaontong mekar maka dilakukan pemberongsongan. Brongsong terbuat dari plastik bewarna biru atau plastik warna putih. Kulit buah yang dibrongsong terlihat mulusbersih tanpa bintik. Pengendalian terhadap Sigatoka yaitu dengan menjaga kesuburan tanah dan daun-daun yang menunjukkan gejala dipotong dioperasi. Panen Pada sistem konvensional pemanenan dilakukan begitu saja, sehingga tingkat kematangan buah tidak cukup Berkisar 70-80. Penentuan panen dilakukan dengan melihat tingkat kebulatan buah, bila buah Pisang sudah cukup bulat maka buah sudah dapat dipanen. Pemanenan dilakukan ketika tanaman berumur 12 bulan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan parang. Pada sistem konvensional pemanenan dilakukan 1x 1 tahun 2 x 2 tahun. Pada sistem double raw tingkat kematangan buah yang sudah dapat dipanen berkisar antara 75-85. Penentuan saat panen dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan menggunakan kliper yang terbuat dari kayu dan yang kedua melalui umur buah. Kliper dibuat dengan ukuran tertentu sesuai dengan Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 kebutuhan konsumen. Untuk Pisang Barangan umumnya ukuran kliper 3,3 cm dan ini sebagai penentu dengan mencocokkan pada buah pisang di sisir kedua bagian tengah. Sedangkan jika menggunakan umur buah maka buah tersebut dapat dipanen dan dinyatakan sudah tua setelah umur 11-12 minggu dari keluar bunga. Pada sistem double raw pemanenan dilakukan 3 x 2 tahun, karena adanya rentetan mama-anak-cucu Gambar 10. Panen Pisang Barangan Pasca Panen Pada sistem konvensional dan double raw kegiatan pasca panen adalah sama, dimana pengangkutan dilakukan dengan hati-hati agar jangan terjadi gesekan yang menyebabkan kulit buah pisang memar. Setelah buah disisir sebaiknya dicuci dan disusun bagian tandan di sebelah bawah. Setelah kering maka dapat dilakukan pengepakan.l Gambar 11. Pengemasan Pisang Barangani p Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Intisari perbedaan usahatani Pisang Barangan sistem konvensional dan sistem double raw dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Perbedaan Antara Sistem Konvensional dan Sistem Double Raw No. Perbedaan Konvensional Sistem Double Raw 1 Pengajiran o jarak tanam 3m x 3m o Populasi 1.100-1.300 batang per hektar o Tidak ada aturan penanaman o jarak tanam 1m x 2m x 4m o Populasi 2.000-2.200 batang per hektar o Penanaman menghadap timur 2 Penanaman o Bibit tidak diperhatikan o Bibit tidak mendapat perlakuan sebelum ditanam o Bibit harus bebas dari penyakit o Bibit tdirendam dahulu dengan larutan bayclin 3 Pengaturan Anakan o Dalam 1 rumpun terdapat 5- 6 tanaman o Tidak ada penyeleksian anakan pengaturan anakan o Dalam 1 rumpun hanya terdapat 3 tanaman o Adanya pemilihan anakan pengaturan anakan 4 Penyiangan o Dilakukan 1 x 3 bulan o Secara kimiawi herbisida o Sesuai rumput yang tumbuh o Secara manual tenaga manusia 5 Pembersihan o Jumlah daun tidak o Jumlah daun minimal 6 daun Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 Batang diperhatikan o Daun yang dipotong bila sudah tuakering 100 o Tidak ada pensterilan alat o Daun yang dipotong bila sudah tuakering lebih dari 50 o Ada pensterilan alat 6 Pemupukan o Dilakukan 1 x 3 bulan o Pupuk yang dierikan hanya pupuk makro o Dilakukan 1 x 1 bulan o Pupuk yang dierikan pupuk makro dan mikro 7 Perawatan o Pemberian Obat-obatan Bahan kimiawi herbisida, pestisida, insektisida o Tidak ada perlakuan khusus yang lain o Sangat meminimalkan penggunaan bahan kimia sehingga aman bagi lingkungan o Adanya penyuntikan ontong pemberongsongan, pemotongan kuku dan ontong, pemasangan pita. 8 Panen 3 x 3 tahun 3 x 2 tahun Keuntungan Usahatani Pisang Barangan dengan Sistem Double Raw adalah : 1 Populasi lebih banyak dan Produktivitas lebih tinggi 2 Frekwensi panen adalah 3 x 2 tahun 3 Lebih aman terhadap ekosistem lingkungan 4 Perawatan lebih intensif dan lat-alat yang digunakan steril Kelemahan Usahatani Pisang Barangan dengan Sistem Double Raw adalah : 1 Biaya produksi lebih tinggi Fransiska Natalina S : Analisis Komparasi Usahatani Pisang Barangan Antara Sistem Konvensional Dengan Sistem Double Raw Studi Kasus :Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, 2009. USU Repository © 2009 2 Membutuhkan waktu yang lebih banyak, karena perawatn intensif

V. HASIL DAN PEMBAHASAN