Kawasan Penyangga Buffer Zone

2. Kawasan Penyangga Buffer Zone

Didalam UU No 5 Tahun 1990 pada Penjelasan Pasal 8 ayat 1 menyatakan bahwa Perlindungan sistem penyangga kehidupan dilaksanakan dengan cara menetapkan suatu wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan. Guna pengaturannya Pemerintah menetapkan pola dasar pembinaan pemanfaatan wilayah tersebut sehingga fungsi perlindungan dan pelestariannya tetap terjamin. Wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan ini meliputi antara lain hutan lindung, daerah aliran sungai, areal tepi sungai, daerah pantai, bagian tertentu dari zona ekonomi eksklusif Indonesia, daerah pasang surut, jurang, dan areal berpolusi berat. Pemanfaatan areal atau wilayah tersebut tetap pada subyek yang diberi hak, tetapi pemanfaatan itu harus mematuhi ketentuan yang ditetapkan Pemerintah. Dalam menetapkan wilayah tertentu sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, perlu diadakan penelitian dan inventarisasi, baik terhadap wilayah yang sudah ditetapkan maupun yang akan ditetapkan. Menurut Beckman 2004 kawasan penyangga berfungsi untuk melindungi kawasan konservasi terhadap gangguan dari luar dan melindungi kawasan konservasi terhadap gangguan kawasan pemukiman. Menurut Wiratno 1994 bagi suatu Taman Nasional yang terancam perubahan oleh tata guna lahan atau gangguan lainnya, maka dibentuk zona penyangga buffer zone merupakan zona untuk melindungi Taman Nasional dari gangguan yang berasal dari luar maupun dari dalam Taman Nasional. Wiratno 1994 menyatakan bahwa penetapan zona penyangga dilakukan hanya apabila suatu Taman Nasional banyak mendapatkan tekanan. Bahkan pada tingkat yang lebih parah, dapat pula dibentuk suatu zona transisi transition zone. Sehingga di suatu kawasan Taman Nasional akan terdapat zona taman core zone, zona penyangga buffer zone dan zona transisi transition zone. Selanjutnya Wiratno 1994 menyatakan bahwa pada kawasan penyangga dan kawasan transisi berlangsung pembangunan secara intens, yang bila tidak dikelola secara baik akan Gunmas : Partisipasi Masyarakat Kabupaten Gayo Lues Terhadap Pemanfaatan Kawasan Penyangga Buffer Zone Taman Nasional Gunung Leuser, 2009. berpengaruh serta menimbulkan tekanan dan ancaman terhadap eksistensi core zone. Disinilah perlunya koordinasi dan kerjasama berbagai instansi dan institusi agar keberadaan kedua zona dapat mendukung kelestarian Taman. Menurut KLH 2003 dalam pustaka digitalnya bahwa kawasan penyangga adalah wilayah yang berada di luar kawasan suaka alam, baik sebagai kawasan hutan lain, tanah negara bebas maupun tanah yang dibebani hak yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan kawasan suaka alam Menurut Salim 1998 pembangunan zona penyangga untuk menampung kebutuhan hidup penduduk sekaligus mencegah kerusakan hutan adalah salah satu hal mendesak dalam pengembangan sebuah Taman Nasional. Selanjutnya Salim 1998 menyatakan bahwa dengan adanya kawasan penyangga, diharapkan penduduk tidak akan memasuki wilayah taman. Segala kebutuhannya akan di suplay oleh kawasan penyanggga, sehingga keutuhan Taman Nasional dapat terjaga. Wiratno 1994 menyatakan bahwa zona penyangga dapat berperan sebagai suatu kantong yang menyediakan berbagai bentuk lapangan kerja bagi penduduk desa-desa sekitar. Selanjutnya Wiratno 1994 menyatakan bila kesejahteraan penduduk meningkat, kesempatan mereka masuk ke dalam Taman Nasional bisa terkurangi seminimal mungkin. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Suaka Alam dan kawasan Pelestarian Alam, kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai Gunmas : Partisipasi Masyarakat Kabupaten Gayo Lues Terhadap Pemanfaatan Kawasan Penyangga Buffer Zone Taman Nasional Gunung Leuser, 2009. kawasan pengawet keanekaragaman tumbuhan dan satwa seta ekosistemnya juga sebagai wilayah penyangga hidup.

3. Peranan Taman Nasional pada Masyarakat