2. Pembahasan Hasil Penelitian 2.1. Hubungan Ketidakpatuhan dan Stresor Psikososial

8. 2. Pembahasan Hasil Penelitian 8.2.1. Hubungan Ketidakpatuhan dan Stresor Psikososial dengan Kejadian Relaps Dari tabel 4 dapat diamati bahwa kejadian relaps lebih sering terjadi pada pasien yang memiliki ketidakpatuhan 78 dan terdapat hubungan bermakna antara ketidakpatuhan dengan kejadian relaps p0.05. Hasil yang sama juga telah dilaporkan oleh Ayuso-Guiterrez et al., yang menyatakan bahwa faktor yang paling penting sehubungan dengan relaps pada skizofrenia adalah ketidakpatuhan terhadap pengobatan, dimana pada penelitian terkontrol mereka mendapatkan hasil persentase pasien- pasien yang tidak memakan obat sebesar 36,5 secara nyata lebih tinggi daripada pasien-pasien yang menjalani pengobatan secara rutin. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien yang memiliki stresor psikososial didapati sebesar 65 dan terdapat hubungan bermakna antara stresor psikososial dengan kejadian relaps p0.05. Ayuso- Guiterrez et al., juga telah menyatakan bahwa berbagai macam stresor lingkungan kemungkinan berhubungan dengan relapsnya skizofrenia. Brown dan Birley juga memperkuat pernyataan ini dengan menyatakan bahwa banyaknya peristiwa dalam kehidupan seseorang dalam beberapa minggu sebelum relaps secara signifikan lebih besar pada kasus relaps akut daripada kontrol normal. 8.2.2. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Variabel Bebas, Nilai p, Rasio Odds, Rasio dengan Confidence Interval CI 95 pada Pasien Skizofrenia Paranoid Dari tabel 5 dapat diamati bahwa variabel bebas yang termasuk ke dalam ketidakpatuhan yaitu faktor sehubungan dengan pasien memiliki hubungan bermakna dengan kejadian relaps. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Fleischacker yang menyatakan bahwa beberapa karakteristik demografik sehubungan dengan pasien telah dihubungkan dengan perilaku patuh, dimana pasien mempercayai bahwa penyakitnya tidak begitu serius dan tidak penting untuk diterapi. Begitu juga persepsi sosial Yusak P Simanjuntak : Faktor Risiko Terjadinya Relaps Pada Pasien Skizofrenia Paranoid, 2008 USU e-Repository © 2008 pasien yang buruk membuat pasien berusaha menghindari setiap hal tentang penyakitnya, termasuk pengobatan. Menurut Fleischacker sikap negatif terhadap pengobatan berhubungan dengan simtom positif yang terdapat pada pasien. Pernyataan ini ditegaskan juga oleh Jorgensen, yang menyatakan bahwa keadaan penyakit pasien sendiri juga mempunyai pengaruh yang kuat dalam penerimaan terhadap pengobatan, dimana pasien yang merasa tersiksa atau khawatir akan diracuni akan merasa enggan untuk menerima pengobatan. Fleischacker juga menyatakan bahwa masalah keuangan dapat mengganggu kepatuhan pasien yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya relaps. Akan tetapi pada penelitian ini didapati hasil yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3, dimana tidak dijumpai hubungan bermakna antara penghasilanbulan dengan kejadian relaps. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan karena kesulitan dari peneliti untuk menentukan batasan penghasilanbulan yang sangat bersifat relatif di daerah tempat penelitian dilakukan. Kemungkinan terakhir yang mempengaruhi kepatuhan menurut Fleischacker adalah jarak tempuh dan transportasi ke tempat pelayanan psikiatrik. Pernyataan ini mendukung hasil uji Chi-square pada tabel 3 yang menunjukkan hubungan signifikan antara tempat tinggal dengan kejadian relaps. Pada tabel 5, juga dapat diamati bahwa faktor sehubungan dengan pengobatan memiliki hubungan bermakna dengan kejadian relaps. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ayuso-Guiterrez et al., Fleischacker, begitu juga dengan Jorgensen yang menghubungkan faktor ini sebagai akibat dari efek samping neuroleptik yang terdiri dari efek samping ekstrapiramidal, gangguan seksual dan penambahan berat badan. Selain itu, menurut Ayuso-Guiterrez et al., dosis yang tidak adekuat juga mempengaruhi ketidakpatuhan terhadap pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatkan relaps. Dari tabel 5, dapat diamati hubungan bermakna antara faktor lingkungan dengan kejadian relaps dengan nilai OR 13.5 CI 95; 5.9- 30.7, yang mengandung makna bahwa pasien skizofrenia yang memiliki Yusak P Simanjuntak : Faktor Risiko Terjadinya Relaps Pada Pasien Skizofrenia Paranoid, 2008 USU e-Repository © 2008 faktor lingkungan kemungkinan 13.5 kali akan mengalami relaps. Hasil sesuai dengan pernyataan Fleischacker, yang menyatakan bahwa dukungan dan bantuan faktor lingkungan merupakan variabel penting dalam kepatuhan terhadap pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatkan relaps. Pada penelitian ini tidak ada responden yang melaporkan faktor sehubungan dengan dokter. Hasil ini berbeda dengan pernyataan Fleischacker, yang menyatakan hubungan terapetik yang dibangun dokter dengan pasien merupakan suatu landasan atau dasar dari kepatuhan terhadap pengobatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kejadian relaps. Kesan yang dapat diambil oleh peneliti adalah kemungkinan bahwa hubungan terapetik antara dokter dengan pasien telah terbangun dengan baik di tempat penelitian dilakukan, atau kebetulan responden yang ikut dalam penelitian tidak memiliki masalah sehubungan dengan dokter di tempat penelitian dilakukan. Dari tabel 5, dapat diamati hubungan antara faktor-faktor psikososial dengan kejadian relaps. Terlihat hubungan bermakna antara problem dengan primary support group dengan kejadian relaps dengan nilai OR 126.0 CI 95; 16.9-939.5, yang mengandung makna bahwa pasien skizofrenia yang memiliki problem dengan primary support group kemungkinan besar 126.0 kali akan mengalami relaps. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Ayuso-Guiterrez et al., yang menyatakan bahwa perhatian utama ditujukan bagi expressed emotion dan risiko terjadinya relaps pada skizofrenia. Hasil ini juga didukung oleh studi-studi keluarga yang menunjukkan bahwa pasien skizofrenik yang kembali ke lingkungan rumah dimana sering terjadi keadaan kritis, kekerasan atau expressed emotion cenderung akan meningkatkan relaps. Left dan Vaughn juga melaporkan bahwa sikap dari keluarga merupakan salah satu prediktor yang kuat terhadap relaps pada skizofrenia. Problem berkaitan dengan lingkungan sosial terlihat memiliki hubungan tidak bermakna dengan kejadian relaps. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan Curson et al., yang menemukan korelasi negatif Yusak P Simanjuntak : Faktor Risiko Terjadinya Relaps Pada Pasien Skizofrenia Paranoid, 2008 USU e-Repository © 2008 antara penyesuaian diri secara sosial dan jumlah relaps yang terjadi setelah follow-up selama 7 tahun. Perbedaan tersebut kemungkinan terjadi karena dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik sampel dan lingkungan tempat penelitian dilakukan, dimana penelitian yang dilakukan oleh Curson et al. dilakukan di lingkungan negara Barat, sedangkan penelitian ini dilakukan di negara non-Barat. Hal ini sejalan dengan hasil studi WHO yang menunjukkan outcome yang lebih baik pada pasien skizofrenik secara tradisional, di negara-negara non-Barat, dimana keluarga lebih toleran. Intervensi keluarga terhadap terapi mungkin dapat menurunkan atau paling tidak akan memperlambat relaps pada pasien. Problem pekerjaan terlihat memiliki hubungan bermakna dengan kejadian relaps, dengan nilai OR 4.7 CI 95; 1.0-23.0, yang mengandung makna bahwa pasien skizofrenia yang memiliki problem pekerjaan kemungkinan besar 4.7 kali akan mengalami relaps. Hasil ini sesuai dengan pengamatan Giron dan Beneyto yang menunjukkan hubungan bermakna antara tidak bekerja unemployment dengan kejadian relaps, dengan nilai OR 19.7 CI 95; 3.4-113.6. Hasil nilai OR yang berbeda antara penelitian ini dengan hasil pengamatan Gyron dan Beneyto kemungkinan didasari oleh perbedaan kultural dan kondisi sosial antara masing-masing tempat penelitian dilakukan. Problem ekonomi terlihat memiliki hubungan bermakna dengan kejadian relaps, dengan nilai OR 10.8 CI 95; 3.1-37.0, yang mengandung makna bahwa pasien skizofrenia yang memiliki problem ekonomi kemungkinan besar 10.8 kali akan mengalami relaps. Hasil ini secara tidak langsung berhubungan dengan pernyataan-pernyataan lain sehubungan dengan stresor lainnya, karena problem ekonomi secara langsung atau tidak langsung akan menjadi pemicu timbulnya stresor- stresor lain. Dari tabel 5 dapat diamati hubungan tidak bermakna antara problem dengan akses pelayanan kesehatan dengan kejadian relaps. Keadan ini kemungkinan disebabkan karena keluhan tentang problem Yusak P Simanjuntak : Faktor Risiko Terjadinya Relaps Pada Pasien Skizofrenia Paranoid, 2008 USU e-Repository © 2008 dengan akses pelayanan biasanya kebanyakan datang dari keluarga pasien, bukan dari pasien sendiri. Problem psikososial dan masalah lingkungan lain bencana alam, amukan massa, diskriminasi, perkosaan, kehamilanpersalinan di luar pernikahan, dan lain-lain tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian relaps. Pada penelitian ini, responden tidak ada yang melaporkan stresor sehubungan dengan problem pendidikan, problem perumahan dan problem berkaitan dengan sistem hukumkriminal.

8.2.3. Hasil Analisis Multivariat