Pengalaman Pasien Yang Menderita Kanker Payudara

(1)

PENGALAMAN PASIEN YANG MENDERITA

KANKER PAYUDARA

ESTERIA BASANI ARUAN

105102008

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Esteria Basani Aruan

Pengalaman Pasien Yang Menderita Kanker Payudara viii + 59 hal + 1 tabel + 6 lampiran

Abstrak

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel didalam jaringan payudara, banyak hal yang dapat menyebabkan wanita menderita kanker payudara salah satunya adalah pola hidup yang kurang baik serta masih banyaknya makanan-makanan yang mengandung bahan pengawet. Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan salah satunya kemoterapi, pengobatan ini ditujukan untuk membunuh sel kanker. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman pasien yang menderita kanker payudara. Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 7 orang. Waktu penelitian dari Februari sampai April 2011. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data demografi sebagai data dasar dan wawancara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara. Penelitian ini menemukan bahwa keluhan partisipan saat mengalami kanker payudara adalah adanya benjolan dan perubahan pada payudara seperti payudara mengencang, payudara memerah dan nyeri disertai berdenyut. Pemeriksaan yang dilakukan partisipan untuk mendeteksi kanker payudara adalah biopsi, USG, dan Rongten. Upaya yang dilakukan partisipan untuk menghilangkan kanker payudara adalah melakukan pengobatan alternatif, mengkonsumsi obat tradisional seperti rebusan-rebusan benalu kopi, daun sirsak, dengan tindakan operasi, dan pengobatan kemoterapi. Efek samping yang dialami oleh partisipan selama menjalani pengobatan kemoterapi adalah mual muntah, badan lemas, rambut rontok, kulit kering, dan kuku menghitam. Upaya yang dilakukan partisipan untuk mengurangi efek samping kemoterapi adalah berdoa, nyanyi, sholat dan berzikir. Dampak yang terjadi selama menderita kanker payudara adalah psikologi dan terganggunya aktivitas sehari-hari. Dukungan yang diberikan anggota keluarga adalah dukungan doa, memberikan semangat, dan dukungan dana. Diharapkan agar petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengerti tentang kanker payudara dan pengobatannya sehingga dapat memberikan informasi serta asuhan kepada pasien kanker payudara.

Daftar pustaka : 16 (2004-2010)


(4)

KATA PENGANTAR

Segala kemuliaan dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang tiada berkesudahan serta pemeliharaan-Nya bagi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul : “Pengalaman Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi”.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini peneliti banyak menerima bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

proposal karya tulis ilmiah ini, yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti hingga karya tulis ilmiah ini selesai.

4. Seluruh dosen, staff, dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh staff dan pegawai di RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang telah


(5)

Peneliti menyadari bahwa isi dari karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi maupun teknik penyusunan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun serta bermanfaat dalam kesempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini, dan peneliti mengharapkan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih.

Medan, Juni 2011

Peneliti


(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 6

B. Kanker Payudara ... 6

1. Faktor Resiko ... 7

2. Gejala dan Tanda ... 8

3. Perkembangan Kanker Payudara... 9

a. Stadim ... 9

b. Grade. ... 12

c. Pada sistem TNM ... 12

d. Upaya pencegahan ... 14

e. Jenis Kanker yang sering terjadi ... 18

4. Pengobatan Kanker Payudara ... 20

a. Pembedahan ... 20

b. Terapi radiasi ... 20

c. Kemoterapi ... 21


(7)

C. Penelitian fenomenologi ... 24

D. Keabsahan data ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. sampel ... 29

C. Tempat penelitian ... 30

D. Waktu penelitian ... 30

E. Etika penelitian ... 30

F. Alat pengumpulan data ... 31

G. Prosedur pengumpulan data ... 32

H. Analisa data ... 32

I. Tingkat keabsahan data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 36

1. Karakteristik partisipan ... 36

2. Pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi 37

B. Pembahasan ... 51

1. Interpretasi dan diskusi hasil ... 51

2. Keterbatasan penelitian ... 56

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan / pendidikan kebidanan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(8)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi partisipan

Lampiran 2 Kuesioner data demografi

Lampiran 3 Panduan Wawancara

Lampiran 4 Lembar Konsultasi karya tulis ilmiah

Lampiran 5 Surat izin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 6 Balasan surat izin penelitian


(9)

DAFTAR TABEL


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar persetujuan menjadi partisipan

Lampiran 2 : Kuesioner data demografi

Lampiran 3 : panduan wawancara

Lampiran 4 : Lembar konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 : Surat izin data penelitian dari Fakultas Keperawatan USU


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya bagi setiap orang. Bila seseorang menderita sakit, ia pasti merasa banyak kehilangan pada dirinya baik bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya, dengan keluarga bahkan dapat kehilangan kesempatan untuk bekerja. Bukan itu saja, beberapa penyakit juga bisa mengakibatkan kematian bagi penderitanya jika tidak segera di obati, salah satunya adalah kanker payudara.

Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, yang bersumber dari sel-sel dalam jaringan payudara yang berkembang dalam keadaan tidak terkendali. Menurut Nurcahyo (2010) kanker payudara atau istilah medisnya carcinoma mammae adalah momok pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim. Kanker payudara terjadi karena terganggunya sistem pertumbuhan sel didalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas kelenjar susu, jaringan lemak, kantong penghasil susu, dan kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang payudara. Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri


(12)

dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu) dan jaringan penunjang payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang berfungsi sebagai sebagai pembungkus (Mardiana, 2009).

Banyak hal yang dapat menyebabkan wanita menderita kanker payudara salah satunya adalah pola hidup yang kurang baik serta masih banyaknya makanan-makanan yang mengandung bahan pengawet. Karena itu lah masih tingginya angka kejadian penyakit kanker payudara di dunia. Menurut temuan yang di publikasikan dalam American journal of clinical nutrition di Amerika Serikat, kemungkinan seseorang didiagnosis kanker payudara meningkat dari sekitar 0,5% atau setara satu dari 233 wanita saat memasuki usia 30-an, menjadi 4% atau satu dari 270 wanita saat berumur 60-an (Rachmanto, 2010).

Menurut Ranggiasanka (2010) setiap tahun lebih dari 185.000 wanita didiagnosa menderita kanker payudara dan insiden kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, yang lebih besar di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Afrika Utara, Eropa Timur, Eropa Utara dan Eropa Selatan. Sekitar 43.500 kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya yang menjadikan penyakit ini sebagai penyebab kematian terbesar kedua setelah kanker paru pada wanita di Amerika Serikat. Sekitar 90% dari kanker payudara biasanya ditemukan oleh wanita itu sendiri melalui pemeriksaan payudara sendiri. dan rendah di Negara-negara berkembang seperti Inggris. Namun di Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pun angka penderita kanker payudara dan kanker lain sudah demikian tingginya. Hal ini mungkin disebabkan antara lain oleh gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan, penggunaan insektisida,


(13)

zat-zat pengawet,pewarna, penyedap makanan, serta stess yang berkepanjangan. Semuanya ini mungkin turut mengambil andil dalam berkembangnya penyakit kanker.

Menurut Purnomo (2009) berdasarkan dari laporan rekam medik Rumah Sakit Dharmais, 70% wanita yang datang sudah dengan kekambuhan dan pada stadium lanjut, sisanya 30% terdiagnosis pada stadium I atau II (pasien dalam usia 25-80 tahun). Di provinsi Sumatera Utara yaitu Medan, penderita Kanker payudara baik yang belum menjalani pengobatan maupun yang sudah menjalani pengobatan sudah banyak ditemukan. Sesuai survei data pendahuluan yang peneliti peroleh, pada tahun 2009-2010 di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dimana jumlah yang mengalami kanker payudara sebanyak 60 orang.

Menurut Wibisono (2009) Kanker payudara mendapat peringkat urutan kedua setelah kanker rahim. Namun diprediksikan pada 20-30 tahun ke depan, penderita kanker payudara diIndonesia akan meningkat, sebaliknya kanker leher rahim akan menurun angka kejadiannya. Penyebab dari kanker payudara belum diketahui secara pasti, menurut Djoerban 10% populasi perempuan berisiko terkena kanker payudara. Jika bicara faktor genetik, pada prinsipnya kanker bukan penyakit yang menurun atau menular. Namun 7% dari pengidap kanker payudara, ternyata penyakit itu diperoleh dari keluarganya. Salah satu resiko sebagai pemicu timbulnya kanker payudara adalah konsumsi makanan yang berlemak dan berprotein tinggi, tetapi rendah serat.


(14)

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.

Menurut Ranggiasanka (2010) kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali di berikan segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan kemoterapi tunggal. Akan tetapi tanpa pembedahan maupun penyinaran, obat-obatan tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan, antara lain lemas adalah efek samping yang umum timbul, kemudian mual dan muntah. Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah, gangguan pada pencernaan, kerontokan rambut, mengalami kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki, namun hal ini bersifat sementara.

Untuk itu Peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pengalaman pasien yang menderita kanker payudara, karena kita juga perlu mengetahui apa saja pengobatan untuk kanker payudara. Sampai saat ini masih sedikit penelitian yang secara khusus dan penelitian sejenis yang meneliti masalah ini. Penelitian ini mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman.


(15)

B. Pertanyaan penelitian

Yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pengalaman pasien yang menderita kanker payudara.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman pasien yang menderita kanker payudara.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi para mahasiswa tentang penelitian kualitatif mengenai pengalaman pasien yang menderita kanker payudara.

2. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai sumber informasi yang berguna bagi tenaga pelayanan khususnya bidan agar memberikan asuhan kebidanan pada pasien yang menderita kanker payudara serta menyarankan bagi para remaja dan ibu-ibu untuk selalu melakukan sadari.

3. Bagi peneliti lanjutan

Diharapkan dapat menjadi data dasar tentang penelitian fenomenologi atau bahan pertimbangan terhadap penelitian selanjutnya yang akan dilakukan.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasai, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).

B. Kanker payudara

Kanker payudara bukanlah penyakit yang menular tetapi kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh wanita. Adapun pengertian dari kanker payudara menurut Mardiana (2009) kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara. Menurut Smart (2010) kanker payudara (Carsinoma mammae) merupakan suatu penyakit yang ganas dan berasal dari kelompok parencgyma.


(17)

yang telah tumbuh dalam jaringan payudara dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.

1. Faktor Resiko Kanker Payudara

Penyebab dari kanker payudara itu sendiri belum diketahui secara pasti tetapi ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab dari munculnya kanker payudara yang sangat ditakuti oleh kaum wanita. Menurut Nurcahyo (2010) Faktor resiko munculnya kanker payudara, antara lain : Usia, sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia di atas 60 tahun. Resiko terbesar penderita kanker payudara ditemukan pada wanita yang sudah berusia 75 tahun.

Pernah menderita kanker payudara, setelah payudara yang dulu pernah terkena kanker diangkat, resiko untuk terkena kanker payudara pada payudara penderita yang sehat sekitar 0,5-1%. Riwayat dari keluarga yang dulu pernah mengalami kanker payudara, pada wanita yang dulu keluarganya pernah ada yang mengalami kanker payudara, akan memiliki resiko untuk terkena kanker payudara sebesar tiga kali besar.

Faktor genetik dan hormonal, namun anda jangan mengkhawatirkan faktor genetika ini. Pada faktor genetika ini, tidak berarti bagi anda yang memiliki gen kanker payudara pasti akan mengalami kanker payudara. Anda hanya memiliki resiko untuk mengidap kanker payudara saja dan ada kemungkinan juga untuk dapat menurunkan gen tersebut. Gen penyebab kanker payudara ini bisa diturunkan dari seorang orang tua kepada anaknya tanpa terkait jenis kelamin anak tersebut.

Menarche (menstruasi pertama kali), yaitu pada wanita yang dulu waktu mengalami menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, dan menopause pada usia


(18)

setelah usia 55 tahun. Kemudian kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil. Pernah memakai pil KB atau pernah menggunakan terapi sulih hormon. Mengalami obesitas pasca-menopause. Pada pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari.

Adanya bahan kimia, beberapa penelitian telah menyebutkan beberapa bahan kimia yang menyerupai esterogen (misalnya, yang terdapat pada peptisida atau produk industri lainnya) mungkin akan meningkatkan resiko terkena kanker payudara. DES (dietilstillbesterol), bagi wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah terjadi keguguran, memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara.

2. Gejala dan tanda kanker payudara

Selama ini yang terjadi pada penderita adalah baru diketahui bahwa dirinya terserang kanker payudara setelah timbul rasa nyeri atau sakit pada payudara atau setelah benjolan tumbuh semakin lama semakin membesar pada jaringan payudaranya. Penderita yang mengalami kondisi seperti ini sebenarnya sudah terserang kanker payudara stadium lanjut. Keterlambatan tersebut akan mempersulit penyembuhan padahal akan lebih mudah penyembuhannya jika serangan kanker payudara dapat diketahui secara dini.

Menurut Smart (2010) untuk mendeteksi gejala dan tanda-tanda kanker payudara, dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: Terdapat sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan yang ada pada payudara dan sekitarnya. Benjolan ini tidak menimbulkan rasa nyeri dan biasanya juga memiliki bentuk pinggiran yang tidak teratur, pada penderita kanker payudara yang masih pada tahap awal, benjolan yang ada bisa digerak-gerakan dan dapat juga didorong


(19)

dengan jari tangan. Namun pada stadium lanjut biasanya melekat pada dinding dada atau pada kulit sekitarnya. Untuk stadium lanjut ini, benjolan yang ada bisa membengkak dan juga terdapat borok pada kulit.

Gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah benjolan atau masa di ketiak penderita, serta keluarnya cairan yang abnormal dari puting susu (berdarah, atau berwarna kuning, hijau atau mungkin bernanah), perubahan pada tekstur dan warna pada kulit di sekitar payudara, payudara tampak berwarna kemerahan, kulit di sekitar payudara bersisik, puting susu tertarik ke dalam dan terasa gatal, nyeri pada payudara atau pembengkakan pada salah satu payudara. Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri pada tulang, penderita mengalami penurunan berat badan, dan pembengkakan lengan atau ulsurasi kulit.

3. Perkembangan kanker payudara

Kanker memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang dapat berkembang secara cepat maupun secara lambat. Sel kanker payudara yang pertama kali dapat tumbuh sebesar 1 cm. Sel tersebut tidak bergerak ataupun berkembang pada kelenjar payudara, sel–sel tersebut mengalir melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Sel kanker payudara dapat bersembunyi di balik tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa di ketahui dan tiba-tiba saja tanpa disadari dapat tumbuh menjadi tumor ganas atau kanker. Menurut Purnomo (2009) Beberapa indikasi yang dapat menandakan perkembangan kanker payudara adalah sebagai berikut:

a. Stadium

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh


(20)

manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak pada ada pada tumor jinak.

Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, Scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union against Cancer dari WHO atau World Health Organization).

1. Stadium 0

Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Noninvasive Cancer, yaitu kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh/ saluran payudara dan kelenjar- kelenjar (lobules) susu pada pada payudara.

2. Stadium I

Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik pada pembuluh getah bening

3. Stadium IIa

Pasien pada kondisi ini :

a. Diameter tumor lebih kecil atau sama dengan 2 cm dan telah ditemukan

pada titik-titik pada saluran getah bening di ketiak (axillary limph nodes).

b. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih dari 5 cm. Belum

menyebar ke titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak (axillary limph nodes).


(21)

c. Tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi ditemukan pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak.

4. Stadium IIb

Pasien pada kondisi ini :

a. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak melebihi 5 cm. b. Telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening ketiak. c. Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm tapi belum menyebar. 5. Stadium IIIa

Pasien pada kondisi ini :

a. Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak.

b. Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening ketiak.

6. Stadium IIIb

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Atau didiagnosis sebagai Inflammatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.

7. Stadium IIIc

Sebagaimana stadium IIIb, tetapi telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening dalam group N3 (kanker telah menyebar lebih dari sepuluh titik disaluran getah bening di bawah tulang selangka).


(22)

8. Stadium IV

Ukuran tumor bisa berapa saja, tetapi telah menyebar ke lokasi yang jauh, yaitu : Tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.

b. Grade

Untuk mengetahui Grade Kanker, sample-sample hasil biopsi dipelajari dibawah mikroskop. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaiman bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal. Ini akan memberi petunjuk pada team dokter seberapa cepatnya sel kanker itu berkembang.

Berikut adalah grade dalam kanker payudara :

Grade 1 : Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang, biasanya tidak menyebar.

Grade 2 : Ini adalah grade tingkat sedang.

Grade 3 : Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya menyebar.

c. Pada sistem TNM

TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu Node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi dan dilakukan pemerikasaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :


(23)

T (Tumor size), ukuran tumor :

a. T 0 : tidak ditemukan tumor primer

b. T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang c. T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm d. T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

e. T 5 : ukuran tumor berapa saja, tapi sudah ada penyebaran ke kulit atau

dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama.

N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :

a. N 0 : tidak terdapat metastis pada kgb regional di ketiak / aksilla b. N 1 : ada metastis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakan c. N 2 : ada metastis ke kgb aksilla yang sulit digerakan

d. N 3 : ada metastis ke kgb diatas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum.

M (Matastis), penyebaran jauh :

a. M x : metastis jauh belum dapat dinilai b. M 0 : tidak terdapat metastis jauh c. M 1 : terdapat metastis jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

1. Stadium 0 : T0 N0 M0

2. Stadium 1 : T1 N0 M0


(24)

4. Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0

5. Stadium III A : T0 M2 N0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0

6. Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0

7. Stadium III C : Tiap T N3 Mo

8. Stadium IV : Tiap T- Tiap N- M1

d. Upaya pencegahan kanker payudara

Perlu anda ketahui bahwa 9-10 wanita menemukan benjolan pada payudaranya. Untuk mencegah lebih awal agar benjolan tersebut tidak terlanjur menjadi kanker payudara, Anda harus melakukan pemeriksaan sendiri. Menurut Purnomo (2009) ada langkah-langkah tertentu yang setiap wanita dapat lakukan untuk membantu mengurangi kemungkinan berkembangnya kanker payudara. Berikut beberapa hal yang dapat membantu pencegahan kanker payudara : Kesadaran akan payudara itu sendiri lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh wanita itu sendiri. Perhatikan setiap perubahan pada payudara menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa payudara mereka di depan cermin, dan rasakan saat mandi atau terlentang pada periode berbeda setiap bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak normal dapt diketahui segera.

Bagi ibu yang menyusui berikanlah ASI pada bayi, beberapa penelitian sebelumnya menunjukan ada hubungan antara pemberian ASI dan menurunnya resiko berkembangnya kanker payudara meskipun belum ada kesepakatan yang jelas akan hal ini. Para peneliti mengklaim bahwa lebih muda lebih lama seorang ibu memberikan ASI pada bayinya adalah semakin baik. Hal ini didasari pada teori


(25)

bahwa kanker payudara berkaitan dengan hormon estrogen. Pemberian secara berkala akan mengurangi tingkat hormon tersebut.

Jika Anda menemukan gumpalan, segeralah ke dokter, tetapi sering kita jumpai kebanyak wanita menunda untuk ke dokter jika mereka menemukan gumpalan pada payudaranya, mereka takut memiliki kanker. Ini adalah hal terburuk yang mereka lakukan. Jika menemukan gumpalan, segera konsultasikan ke dokter karena ini akan membantu menenangkan pikiran Anda. Jika gumpalan tersebut adalah kanker, segera lakukan pengobatan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa.

Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga, masih perlu banyak penelitian untuk memahami secara menyeluruh semua penyebab kanker payudara. Tetapi satu hal yang perlu untuk diyakini adalah faktor gen, faktor ini setidaknya sebanyak 10% dari semua kasus kanker payudara. Hal ini dianggap satu dari 500 orang membawa gen yang dapat membuat mereka diduga memiliki penyakit tersebut.

Olahraga secara teratur, beberapa penelitian menyarankan bahwa olahraga dapat menurunkan resiko kanker payudara. Hal ini karena penelitian menunjukan bahwa semakin kurang berolahraga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh. Kurangi makanan berlemak, ada banyak perdebatan tentang kanker payudara dengan diet. Tetapi ada bukti bahwa gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat meningkatkan resiko penyakit. Pertahankan asupan makanan rendah lemak, tidak melebihi 30 gram lemak per hari. Hal ini akan membantu mempertahankan diet seimbang yang juga membantu menjaga berat badan.


(26)

Kemudian setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur, meskipun masih diperlukan banyak penelitian untuk menentukan penyebab kanker payudara, satu dari faktor utama penyebab adalah faktor usia. 80% kanker payudara terjadi pada wanita berumur diatas 50 tahun.

Coba lah belajar rileks, banyak tercatat bahwa stress dapat menyebabkan jenis masalah kesehatan. Meskipun masih banyak perdebatan atas temuan ini, menurunkan tingkat stress akan menguntungkan untuk kesehatan secara menyeluruh, termasuk resiko kanker payudara. Masukan brokoli ke dalam menu harian anda, kira-kira dalam sehari Anda hanya membutuhkan secangkir brokoli. Brokoli itu mengandung senyawa sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi resiko kanker. Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian, pilihlah sayuran berwarna hijau. Makanlah tomat yang kaya dengan likopen, likopen juga agen yang berfungsi memerangi kanker.

Ternyata mencegah kanker payudara itu tidaklah selalu mahal, dengan bergaya hidup sehat serta mengkonsumsi makanan kaya serat, secara langsung kita telah melakukan pencegahan terhadap penyakit yang menakutkan ini. Hal lain yang juga patut dicatat adalah disiplin diri.

Menurut Purnomo (2009) beberapa penelitian terakhir, menyebutkan ada enam jenis makanan yang dapat mencegah timbulnya penyakit yang menakutkan kaum wanita tersebut. Makanan tersebut terdiri atas : (1) Gandum, dalam hal ini Anda dapat mengkonsumsi gandum yang berbentuk sereal dengan segelas susu setiap pagi. Setiap ½ gelas gandum setara dengan 10 gram dari kebutuhan serat yang digunakan untuk menurunkan tingkat estrogen dalam tubuh. Para ahli


(27)

berpendapat bahwa tingkat estrogen yang tinggi dalam tubuh akan semakiin merengsang pertumbuhan kanker payudara.

(2) Ikan salmon dan tuna, berdasarkan penelitian yang dilakukan di UCLA, Amerika Serikat, ditemukan bahwa para wanita yang tinggal di daerah dekat sungai dan mengkonsumsi ikan tuna dan ikan salmon setiap hari, ternyata tingkat resiko terkena kanker payudaranya sangat kecil. Diduga karena adanya kandungan zat omega-3 yang terdapat dalam ikan tersebut. (3) Wortel dan bayam, wanita yang tidak mengkonsumsi wortel dan bayam, juga beresiko terkena kanker payudara dua kali lebih besar, dibanding mereka yang sering mengkonsumsi kedua jenis sayuran ini. (4) Yoghurt, pada suatu penelitian yang menggunakan yoghurt sebagai medium, diungkapkan ternyata yoghurt dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker payudar, terutama dalam jumlah yang cukup banyak.

(5) Jus jeruk, masih dalam proses penelitian yang dilakukan di Universitas Western Ontario, Canada, pada hewan percobaan, disebutkan bahwa jus jeruk dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara sampai 50%. (6) Susu kedelai, diperoleh fakta bahwa salah satu zat yang terkandung di dalam susu kedelai murni ternyata dapat menurunkan resiko terkena kanker payudara sebesar 28% dibandingkan dengan yang terdapat pada kacang kedelai olahan. Para peneliti dari Georgetown Medical Center dalam laporan riset yang dimuat British Journal Of Cancer menekankan bahwa para wanita remaja sebaiknya rajin mengkonsumsi makanan yang terbuat dari kedelai jika ingin terhindar dari resiko kanker payudara. Dalam kedelai, menurut peneliti terdapat zat kimia penting yang diklaim efektif melawan kanker yang bernama genistein. Beberapa riset mengindikasikan bahwa kedelai menawarakan efek perlindungan yang sangat kuat yakni sekitar 50%


(28)

penurunan resiko kanker payudara ketika dikonsumsi selama masa kanak-kanak dan awal remaja. Hal ini dibuktikan oleh Hilakivi-Clarke yang terungkap dari berbagai riset pada tikus. Dari riset binatang ini, data mengenai paparan genistein pada masa pra pubertas sangat konsisten dalam menunjukan penurunan resiko kanker.

Paparan genistein dalam perkembangan janin atau pun pada masa dewasa tidak menunjukan dampak proteksi yang sama pada kanker payudara. Pengujian lebih jauh pada tikus menunjukan bahwa penggunaan genistein pada masa pubertas dapat menekan kadar TEB (terminal end buds) atau struktur yang menyebabkan pertumbuhan jaringan epitel mamiri, dimana sel-selnya melapisi saluran susu, dan di dalam sel-sel epitelial inilah kanker payudara berkembang.

e. Jenis kanker payudara yang umum terjadi

Terdapat banyak varian dari kanker payudara. Untuk itu kita harus tetap waspada. Namun perlu juga dicermati, bahwa terdapat pula keluhan-keluhan di payudara yang bukan indikasi kanker, tetapi memberikan tanda-tanda seperti kanker payudara. Menurut Purnomo (2009) jenis kanker payudara yang umum muncul adalah:

a. Lobural carsinoma in situ (LCIS, lobular neoplasia)

Kata “in situ” merujuk pada kanker yang tidak menyebar dari area di mana kanker mulai muncul. Pada LCIS, pertumbuhan jumlah sel jelas terlihat, berada di dalam kelenjar susu (lobules). Banyak dokter tidak mengklasifikasikan LCIS sebagai kanker payudara dan sering “menantang” pasien untuk dilakukannya biopsi payudara saat investigasi medis dilakukan. Pasien LCIS dimonitor dengan ketat setiap empat bulan sekali oleh dokter dengan melakukan uji klinis payudara,


(29)

ditambah mamografi setiap tahunnya. Pencegahan lain yang juga mungkin dilakukan adalah dengan memberikan obat seperti tamoxifen atau prophylactic mastectomy (pengangkatan payudara yang dilakukan sebagai usaha preventif).

b. Ductal carsinoma in situ (DCIS)

Merupakan tipe non-invasif yang paling umum terjadi. DCIS sering kali terdeteksi pada mammogram sebagai microcalcification (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). Dengan deteksi dini, setara tingkat bertahan hidup penderita DCIS mencapai hampir 100%, dengan catatan kanker tidak menyebar dari saluran susu ke jaringan lemak payudara dan bagian lain dari tubuh. Terdekat beberapa tipe DCIS. Sebagai contoh, ductal comedocarsinoma, yang merujuk pada DCIS dengan necrosis (area dengan sel kanker yang mati atau mengalami degenerasi).

c. Ifiltrating lobular carcinoma (ILC)

Juga dikenal sebagai invasive lobular carcinoma. ILC mulai terjadi di dalam kelenjar susu (lobules) payudara, tetapi sering menyebar (metastatizes) ke bagian tubuh yang lain. ILC terjadi 10% sampai 15% dari seluruh kejadian kanker payudara.

d. Infiltring ductal carcinoma (IDC)

Juga di kenal sebagai invasive ductal carcinoma. IDC terjadi di dalam saluran susu payudara, menyerang jaringan lemak payudara dan kemungkinan juga terjadi di bagian tubuh lain. IDC merupakan tipe kanker payudara yang paling umum terjadi, sekitar 80 % dari seluruh diagnosis kanker payudara.


(30)

4. Pengobatan Kanker Payudara

Pengobatan kanker payudara didasarkan atas tahap penyakit dan beberapa faktor lain. Wanita saat ini mempunyai banyak pilihan dalam pengobatan kanker payudara dari pada sebelumnya. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi kombinasi pembedahan, kemoterapi dan terapi radiasi

a. Pembedahan

Biopsi biasanya jenis pembedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker payudara yang akan dilakukan . Tujuan dari melakukan biopsi ada massa malignansi dan jenis kanker payudara tersebut. Seringkali, wanita tersebut diberi pilihan tentang tindakan biopsi yang dilakukan sebagai prosedur satu tahap atau prosedur dua tahap. Prosedur satu tahap dilakukan dengan anestesi umum dengan potongan beku cepat. Bila potongan beku ini memperlihatkan malignansi, ahli bedah melakukan mastektomi jika tepat. Dalam prosedur dua tahap, biopsi biasanya dilakukan dengan dengan anestesi lokal, dan wanita tersebut dipulangkan kerumah. Karena hasil biopsi sudah ada dokter memberitahukan pasien dan keluarga tentang pengobatan yang dianjurkan. Pendekatan ini memungkinkan pasien dan keluarganya mempunyai waktu untuk mempertimbangkan pilihan dan menerima diagnosa kemungkinan kehilangan payudara sebelum pembedahan mayor dilakukan.

b. Terapi radiasi

Terapi radiasi dapat digunakan sebagai pengobatan primer untuk kanker payudara tahap 1 dan 2. laju bertahan hidup dapat dibandingkan dengan penangan pembedahan. Ini tidaklah mengherankan karena dua-duanya diperti,nbangkan


(31)

sebagai bentuk pengobatan lokal. Keuntungan radiasi primer kemungkinan baik kontrol tumor lokal maupun pemeliharaan payudara. Terapi radiasi juga dapat digunakan untuk mengatasi kanker payudara terinflamasi sebelum diberikan kemoterapi. Selain itu,terapi radiasi mungkin juga digunakan untuk mengatasi penyakit yanng kambuh secara lokal, untuk menangani fungsiovarium dan untuk pengatasi gejala dari metastase penyakit. Efek samping yang segera tampak pada radiasi ini adalah reaksi kulit. Fraktur tulang kostal dan pneumonitis adalah efek lanjut. Limfedema mungkin juga tampak jika aksila terpajan penyinaran radiasi tersebut.

c. Kemoterapi

Kemoterapi yang menggunakan agen antineoplasma dan obat hormonal memegang peranan penting dalam pengobatan kanker paru. Peran dari agen ini cepat berubah sama cepatnya dengan peningkatan pemahaman tentang kanker payudara dan biologi tumor. Semua rekomendasi umum dapat dimodifikasi oleh faktor resiko lainnya (seperti ukuran tumor primer, derajat histologis, aneuploid, indeks proliferatif dan reseptor-hormon). Kemoterapi adjuvan untuk kanker payudara melibatkan obat multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang paling sering dianjurkan adalah CMF dan meliputi siklofosfamid (Cytoxan), metotrexat, fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa temoksifen. Kombinasi kemoterapi dan hormon-hormon seperti temoksifen dapat meningkatkan laju respons tetapi belum menunjukkan secara bermakna paningkatan bertahan hidup. Pemberian bersama kemoterapi dengan iradiasi pada payudara dapat mengakibatkan efek samping dan toksisitas yang lebih menonjol. Pada tumor yang lebih membesar,


(32)

kemoterapi dapat diberikan pada praoperasi untuk mengecilkan tumor, membuatnya lebih mudah untuk direkseksi melalui pembedahan (Sjamsuhidajat, 2005).

5. Pengalaman Pasien Dengan pengobatan kanker payudara

Efek samping kemoterapi biasanya disebabkan oleh jenis obat-obatan yang digunakan dan biasanya terbatas pada bagian tubuh yang aktif melakukan pembelahan sel (Goodman, 1989 dalam Andrews, 2010). Kerontokan rambut atau alopesia, meskipun sebagian besar regimen kemoterapi adjuvant pada kanker payudara cenderung membuat rambut rontok, kerontokan total tidak terlalu sering terjadi. Penipisan rambut merupakan hal yang umum terjadi dan dapat menyebabkan wanita hati, terlebih wanita tersebut telah kehilangan sebagian atau seluruh payudaranya. Dukungan dan petunjkuk praktis akan sangat berarti bagi wanita tersebut. Informasi mengenai perawatan rambut, penggunaan syal atau topi, juga pemakaian wig dapat mengurangi distress wanita tersebut sehingga informasi tersebut harus diberikan sebelum kemoterapi di mulai. Rambut biasanya kembali tumbuh 4-6 minggu setelah kemoterapi selesai (Sjamsuhidajat, 2005).

Sakit mata, kemoterapi antrasiklin dan antifolat sering kali mempengaruhi kunjungtiva mata, menyebabkan mata lengket dan kadang-kadang rasa sakit serta kering. Asam folinat tablet yang diberikan per oral dapat mengurangi efek antifolat dan penggunaan tetes mata juga dapat memberikan kenyamanan (Goodman, 1989 dalam Andrews 2010).

Luka mulut, membran mukosa mulut normalnya memperbaiki selnya secara cepat dan mudah dipengaruhi kemoterapi. Wanita harus diberi advis untuk menggunakan sikat gigi yang lembut guna mencegah luka gores pada mulut.


(33)

Kebersihan mulut harus dilakukan, perawatan gigi harus selesai dilaksanakan sesaat sebelum kemoterapi selanjutnya. Beberapa wanita mengalami herpes simpleks yang harus segera diobati dengan zovirax. Metrotreksat sering mengakibatkan mukosis. Infeksi ini dapat dicegah dengan pemberian tablet asam folinat 15 mg untuk 6 dosis selama 24 jam setelah kemoterapi (Oakley & bunet, 2000 dalam Andrews 2010).

Mual dan muntah dapat terjadi karena tubuh mengenali agens kemoterapi sebagai zat toksik dan akibat peningkatan asam lambung. Wanita biasanya diberi tablet anti-emetik untuk dikonsumsi dirumah. Wanita tersebut dianjurkan untuk melaporkan pengalaman mualnya sebelum pengobatan selanjutnya sehingga dibuat penyesuaian terhadap kontrol anti-emetik yang ia gunakan. Obat anti-emetik secara signifikan dapat mengurangi mual dan harus diberikan secara tepat. Wanita menjalani kemoterapi sebagai pasien rawat jalan dan dianjurkan untuk melakukan aktivitas seperti biasa, mual yang disebabkan oleh kemoterapi dapat dikurangi dengan makan sedikit, tetapi sering dan dengan mengkonsumsi makanan lunak. Mual yang berlanjut sangat berpengaruh pada kualitas hidup wanita sehingga upaya keras untuk mengurangi efek samping yang merugikan ini harus dilaksanakan. Mual juga bisa dikurangi dengan meminum minuman tawar atau minuman berkarbonasi, seperti soda, kola, limun, atau minum air jahe (Sjamsuhidajat, 2005)

Penurunan hitung sel darah, sumsum tulang terus memproduksi sel-sel yang membentuk darah, yaitu keeping darah/trombosit, sel darah putih (netrofil), dan sel darah merah. Banyaknya sel darah sirkulasi ini berkurang akibat kemoterapi. Berdasarkan obat kemoterapi yang diberikan, banyaknya sel darah mencapai titik rendah biasanya 8-12 hari setelah kemoterapi dilaksanakan. Jumlah sel darah putih dan trombosit mulai pulih setelah saat tersebut dan harus mencapai tingkat yang


(34)

dapat diterima sebelum dilakukan kemoterapi selanjutnya (Judson, 1993, dalam Andrews 2010 ).

Diare, dapat disebabkan oleh efek samping kemoterapi yang merusak saluran pencernaan. Pemberian agens anti-diare mungkin efektif untuk mengatasi diare. Jika diare berlanjut, penatalaksanaan perlu ditambah dengan pemberian nutrisi parenteral, selain penggantian cairan. Tentu saja penatalaksanaan ini dilakukan dirumah sakit.

Letargi, adalah suatu keadaan lelah yang tidak hilang dengan tidur. Kondisi ini diderita oleh sebagian besar wanita yang menjalani kemoterapi dan biasanya meningkat sampai akhir pengobatan selama 6 bulan. Wanita harus diberi dukungan sepanjang waktu tersebut dan harus dibuat yakin bahwa letargi merupakan respons normal terhadap kemoterapi walaupun rasa lelah yang berlebihan, wanita harus dibiarkan beristirahat jika merasa lelah, dan keluarga serta teman-teman wanita tersebut harus berpartisipasi dalam membantu wanita memahami efek samping kemoterapi ini (Sjamsuhidajat, 2005).

C. Penelitian Fenomenologi

Menurut Saryono (2010) fokus utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Dalam pandangan fenomenologis, Peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Hal yang akan dikaji adalah deskripsi mengenai pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka. Fenomena yang dialami dapat berupa emosi, hubungan, perkawinan, pekerjaan, dan sebagainya. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi


(35)

pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54) pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. Marleau Ponty (1962) merupakan orang yang pertama kali memperkenalakan fenomenologi kemudia Herbert Spiegelbert (1975) merupakan orang yang paling terkenal dalam sejarah perkembangan fenomenologi dan mengemukakan bahwa fenomenologi merupakan suatu filosofi dan suatu metode. Fenomenologi yaitu penelitan yang berfokus pada penemuan fakta mengenai pengalaman yang ditekankan pada usaha untuk memahami tingkah laku berdasarkan perspektif yang mengalaminya. Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian kritis dan menggali fenomena yang ada secara sistematis. Metode ini memahami individu dengan segala kompleksitasnya sebagai makhluk subyektif, melihat manusia sebagai sistem yang berpola dan berkembang pada pendekatan fenomenologi, yang diteliti adalah pengalaman manusia melalui deskripsi dari orang yang menjadi partisipan penelitian, sehingga peneliti dapat memahami pengalaman hidup partisipan.


(36)

D. Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa control, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data. Menurut Sugiyono, (2008) tingkat keabsahan data terdiri dari 4, antara lain :

1. Kreadibilitas (credibility)

Kreabilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan.

Cara untuk memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu :

a. Prolonged engagement merupakan pendekatan kepada partisipan, dengan ini berarti hubungan peneliti dengan partisipan akan semakin terbentuk, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan masih kurang lengkap, tidak mendalam dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Meningkatkan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan


(37)

dapat meningkatkan kreadibilitas data, karena dengan ini peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.

b. Menggunakan bahan referensi, yang dimaksud disini adalah adanya

pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara.

c. Mengadakan member check, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data.

2. Transferabilitas (transferability)

Transferabilitas merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut.


(38)

3. Dependabilitas (dependability)

Hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kuatitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek apakah peneliti membuat kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya, pengumpulan data, dan penginterpretasiannya.

4. Konfirmabilitas (confirmability)

Hasil penelitian ini dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan, dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Hasil penelitian ini nantinya diperiksa oleh orang lain yang tidak ikut dalam proses penelitian


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengalaman pasien yang menderita kanker payudara. Maka desain penelitian yang peneliti gunakan adalah desain fenomenologi, yaitu mencoba menjelaskan/mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu, dan tujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap orang-orang dalam situasi tertentu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang pernah dirawat di RSUD. Pirngadi Medan dengan diagnosa kanker payudara, diketahui bahwa mulai bulan januari-oktober tahun 2010 pasien kanker payudara sebanyak 60 orang.

2. Sampel

Jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini adalah 7 orang. Teknik yang peneliti gunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu mengambil sample dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara, sudah melakukan operasi pada payudara, mampu berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai.


(40)

C. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Pirngadi Medan dari data yang didapat pada survei pendahuluan, dimana di rumah sakit tersebut terdapat pasien yang menderita kanker payudara, dan memiliki catatan rekam medik.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini di mulai dari bulan Februari sampai bulan April 2011.

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Ketua Jurusan Program studi D-IV Bidan Pendidik. Setelah mendapat surat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan langkah sebagai berikut, meminta izin pada Kepala Bagian Penelitian RSUD. Dr. Pirngadi medan sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah melakukan penelitian. Peneliti melindungi hak-hak partisipan untuk mengambil keputusan sendiri dalam hal berpartisipasi pada penelitian ini maupun tidak berpartisipasi, tidak ada paksaan bagi partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini mengungkapkan pangalaman partisipan yang menderita kanker payudara, sehingga memerlukan kerahasiaan untuk menjaga rasa aman dan nyaman partisipan dengan membuat formulir persetujuan (Informed consent). Dengan formulir persetujuan tersebut partisipan memahami tentang penelitian yang dilakukan dan menyatakan setuju untuk berpartisipasi. Setelah partisipan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan menandatangani formulir persetujuan.


(41)

Selama penelitian berlangsung peneliti selalu berusaha meyakinkan partisipan bahwa segala informasi yang telah disampaikan akan dijaga kerahasiaannya serta hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan selama dan sesudah penelitian, selama kegiatan penelitian nama partisipan tidak digunakan, melainkan menggunakan kode. Peneliti menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan penelitian. Selama pengambilan data, peneliti berusaha menjaga kenyamanan partisipan dengan melakukan wawancara ditempat yang diinginkan partisipan dan waktu yang ditentukan partisipan.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai alat pengumpulan data dengan dibantu oleh kuesioner data demografi dan panduan wawancara. Kuesioner data demografi berisi pertanyaan mengenai data umum partisipan yang meliputi umur, agama, suku pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan. Data demografi setiap partisipan dapat dilihat pada lampiran 1, selain itu peneliti juga menggunakan panduan wawancara yang berisikan 5 pertanyaan yang peneliti buat sendiri, alasan peneliti membuat pertanyaan tersebut untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana pengalaman pasien yang menderita kanker payudara. Dimana pertanyaan tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.


(42)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Setelah peneliti mendapat izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik USU Medan Dan Kepala Bagian Penelitian RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Peneliti mengambil data rekam medik untuk memperoleh data partisipan.

2. Peneliti melakukan wawancara pendahuluan sebagai pilot studi kemudian

diperiksa oleh pembimbing. Tujuan pilot studi ini untuk mengetahui proses wawancara, panduan wawancara, probing dalam wawancara dan melanjutkan penelitian.

3. Peneliti melakukan prolonged engagement yaitu pendekatan sekaligus

memperkenalkan diri kepada partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian.

4. Setelah sampel penelitian yang akan peneliti teliti cukup, peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan kemudian peneliti melakukan wawancara. Partisipan diberi waktu untuk memahami pertanyaan dan mengingat kembali peristiwa yang dialaminya sehingga pada waktu wawancara pertisipan dapat mengungkapkan hal-hal yang dialaminya secara jelas.

5. Dalam melakukan wawancara, untuk mendapatkan informasi dan jawaban dari

partisipan peneliti merekamnya menggunakan alat perekam.

6. Setelah selesai wawancara peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara kemudian peneliti menindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

7. Pengumpulan data selesai dengan tujuh partisipan karena saturasi data telah diperoleh peneliti.


(43)

H. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan wawancara dengan partisipan dan dianggap sudah menjawab semua tujuan penelitian, maka peneliti membuat transkrip hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisa. Setelah semua data hasil wawancara di transkrip, kemudian peneliti membuat significan statement yaitu proses mencari, mengidentifikasi dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori atau tema.

Adapun tahapan proses analisa data menggunakan langkah-langkah dari Colaizzi (1987 dalam streubert & Carpenter, 1999) sebagai berikut :

1. Memiliki gambar yang jelas tentang fenomena yang diteliti.

2. Mencatat data yang diperoleh yaitu hasil wawancara dengan partisipan,

transkrip dilakukan dengan cara merubah rekaman menjadi bentuk tulisan. 3. Membaca hasil transkrip secara berulang dari semua partisipan agar peneliti

lebih memahami jawaban partisipan.

4. Membaca transkrip untuk memperoleh ide yang dimaksud partisipan yaitu

berupa kata kunci dari setiap partisipan kemudian di garis bawahi pada pernyataan yang penting agar bisa di kelompokkan.

5. Menentukan arti dari setiap pernyataan yang penting dari semua partisipan.

6. Melakukan pengelompokkan data kedalam berbagai kategori untuk

selanjutnya dipahami secara utuh.

7. Peneliti mengintegrasikan hasil secara keseluruhan kedalam bentuk


(44)

I. Tingkat Keabsahan Data.

Untuk memperoleh tingkat keabsahan atau kepercayaan hasil penelitian kualitatif, maka harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Lincoln dan Guba (1985). Tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang kepada empat prinsip dan kriteria. Tingkat kepercayaan data yang peneliti gunakan adalah :

1. Kredibilitas

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian ini dengan menggunakan prolonged engagement yaitu pendekatan yang lebih mendalam kepada calon partisipan sehingga pertisipan dan peneliti saling mengenal dan mempercayai. Peneliti melakukan pendekatan sebanyak 2 kali. Hal ini dilakukan agar peneliti dan partisipan semakin akrab, semakin terbuka sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan. Kemudian peneliti melakukan member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh kepada partisipan.

2. Dependabilitas

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data, membentuk dan mengunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Peneliti membuat catatan lengkap mulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data, turun ke lapangan, proses wawancara, proses analisa data, proses pengujian keabsahan data, sampai proses membuat kesimpulan dari data yang di peroleh. Semua proses tersebut sebagai bukti bahwa hasil penelitian tersebut memiliki keandalan atau reliabilitas.


(45)

Hasil penelitian ini dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan, dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Hasil penelitian ini nantinya diperiksa oleh orang lain yang tidak ikut dalam proses penelitian. Selain itu, peneliti juga mengikuti setiap proses penelitian bukan hanya berpedoman pada hasil akhir.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengalaman pasien yang menderita kanker payudara. Adapun partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak tujuh orang. Semua partisipan yang menderita kanker payudara di Rumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara mendalam dengan menggunakan perekam suara.

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Partisipan

Tujuh partisipan yang menjadi sampel penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Dari kuesioner data demografi diperoleh bahwa ketujuh partisipan berusia reproduktif. Dua orang berusia 40-49 tahun, empat orang berusia 50-59 tahun, satu orang berusia 60-69 tahun. Pada penelitian ini, lima partisipan beragama islam, satu partisipan beragama Kristen protestan, satu partisipan beragama Buddha. Empat partisipan berasal dari suku jawa, dua partisipan berasal dari suku batak, dan satu partisipan berasal dari suku cina. Pendidikan terakhir mayoritas partisipan adalah SMA yakni enam orang, dua orang berpendidikan SMP. Pekerjaan partisipan mayoritas adalah ibu rumah tangga. Partisipan kanker payudara yang menjalani kemoterapi minimal kemoterapi yang ke tiga. Tujuh orang suami partisipan berpenghasilan 500.000-1000.000. Data demografi partisipan dapat dilihat pada table 4.1


(47)

Table 4.1

Tabel data demografi partisipan

Karakteristik Jumlah

Umur ibu 40-49 tahun 50-59 tahun 60-69 tahun

2 orang 4 orang 1 orang Agama Islam Kristen Protestan Buddha 5 orang 1 orang 1 orang Suku Jawa Batak Cina 4 orang 2 orang 1 orang Pendidikan SMP SMA 1 orang 6 orang Pekerjaan IRT 7 orang

Penghasilan suami perbulan

500.000-1000.000 7 orang

2. Pengalaman Pasien Yang Menderita Kanker Payudara

Dari hasil wawancara di temukan keluhan saat mengalami kanker payudara, pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker pada payudara, upaya menghilangkan kanker payudara, efek samping yang dialami selama menjalani pengobatan, upaya yang dilakukan untuk mengurangi efek samping, dampak yang terjadi selama menjalani pengobatan, dukungan yang diberikan.


(48)

1. Keluhan saat mengalami kanker payudara

Dari hasil wawancara diperoleh bahwa semua partisipan mengalami keluhan saat kanker payudara, dan keluhan itu berbeda-beda, terdapat sebuah benjolan, keluhan lain adanya perubahan pada payudara.

a. Adanya benjolan

Empat partisipan dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami adanya benjolan dengan ukuran yang berbeda-beda. Benjolan itu selalu dikenal partisipan sebagai tanda awal dari kanker payudara. Hal ini dapat di lihat dari pernyataan partisipan berikut :

“ Ya pertama sebesar kelereng, saya merasa ada benjolan tapi nggak langsung saya bawa ke dokter, terus saya tekan sakit. Saya hiraukan saja. Ini pun sudah berapa tahun yang lalu, saya pun sudah nggak ingat lagi. Jadi karna makin lama makin membesar kemudian makin beranak, makin banyak benjolannya seperti bisul ”

( Partisipan 3 )

“ Pertamanya kecil terus sebesar jengkol tapi kan kita nggak open, ibu Tanya teman-teman kok saya ada benjolan terus kata kawan itu angin. Di suruh kasih nasi panas ” ( Partisipan 1 ) “ Seperti bola pimpong, Nampak jelas kalau di lihat dari luar, maksudnya kalau kita pakai baju pun sudah kelihatan beda

ukurannya” ( Partisipan 6 )

b. Perubahan pada payudara

Tiga dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami perubahan pada payudara, perubahan ini juga termasuk kedalam tanda dan gejala kanker payudara seperti payudara mengencang, payudara memerah dan payudara nyeri serta berdenyut. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :


(49)

“ Nggka ada, denyut pun nggak ada, nggak ada apa-apa. Hanya kencang kayak orang neteki itu, terus kalau kencang itu kadang sakit kadang nggak.”

( Partisipan 1 ) “ Saya merasa risih tapi saya abaikan saja, saya merasa semakin lama semakin membesar, kira-kira dalam jangka waktu seminggu. Bukan hanya itu, benjolan itu membesar dan memerah ”

( Partisipan 6 ) “ Kadang benjolan itu nyeri dan berdenyut, tapi kadang-kadang itu pun hanya sebentar (nyut…nyut…) gitu ” ( Partisipan 4 )

2. Pemeriksaan yang dilakukan saat mendeteksi kanker payudara

Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan melakukan pemeriksaan, pemeriksaan ini dilakukan sebagai pemeriksaan awal untuk mendeteksi kanker payudara, ada yang melakukan pemeriksaan biopsi, USG, dan rongten.

a. Biopsi

Lima dari tujuh partisipan menyatakan bahwa pemeriksaan yang mereka lakukan untuk mendeteksi kanker payudara adalah biopsi. Mengambil contoh jaringan dari benjolan tersebut. Kemudian diperiksa melaluui mikroskop di laboratorium. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“ Kata dokter untuk memastikan termasuk kedalam kategori yang seperti apa, apakah jinak atau ganas, setelah 3 hari kemudian saya melakukan pemeriksaan biopsi. Diambil cairan dari dalam payudara kiri, dari benjolan itu ” ( Partisipan 6)


(50)

b. USG

Enam dari tujuh partisipan menyatakan pemeriksaan yang mereka lakukan untuk mendeteksi kanker payudara adalah USG. Guna untuk melihat sebesara besar ukuran dari benjolan itu. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“ Setelah itu, karena saya cemas dan takut terjadi apa-apa langsung saya periksakan ke dokter. Nah, saat itu dokter langsung bilang kalau saya terkena kanker payudara. Saya masih kurang yakin karena dokter hanya melihat dan meraba payudara saya, kemudian saya ke dokter yang lain, dokternya memeriksa menggunakan alat USG. ”

(Partisipan 6) “ Di periksa ulang lagi. Di cek dulu di USG, ternyata benjolannya semakin besar terus makin banyak akar-akarnya ”

( Partisipan 7) c. Rongten

Dua dari tujuh partisipan menyatakan pemeriksaan yang mereka lakukan untuk mendeteksi kanker payudara adalah rongten. Dilakukan foto rongten pada bagian dada. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“… terus di foto, hasil foto itu memang ada benjolan”

( Partisipan 4 )

“Setelah itu saya bawa ke rumah sakit, di periksa semua lengkap, kemudian saya melakukan rongten” ( Partisipan 5)

3. Upaya menghilangkan kanker payudara

Dari hasil wawancara diketahui bahwa berbagai upaya yang dilakukan partisipan untuk mengatasi dan mengobati kanker payudara mulai dari yang paling sederhana


(51)

hingga ke penanganan yang lebih serius. Antara lain adalah melakukan pengobatan alternatif, mengkonsumsi obat tradisional, menjalani operasi, menjalani kemoterapi.

a. Melakukan pengobatan alternatif

Selain menjalani pengobatan medis, salah satu dari tujuh partisipan tersebut juga menjalani pengobatan alternatif. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Selama 5 tahun saya berobat alternatif, semua alternatif saya jalani, mulai dari pengobatan yang pakai ramuan-ramuan sampai pengobatan yang pakai obat-obat” ( Partisipan 7 )

b. Mengkonsumsi obat tradisional

Empat dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka juga mengkonsumsi obat tradisional seperti rebusan-rebusan daun sirsak dan benalu kopi yang dibuat sendiri. Dimana rebusan itu diambil dari tanaman. Yang gunanya untuk membunuh sel kanker. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Ibu juga suka minum rebusan daun sirsak dan benalu kopi, banyak kawan ibu yang nyaranin karena bisa membunuh sel kanker”

( Partisipan 1) “Minum rebus-rebusan juga saya pernah benalu kopi dan sirsak, untuk kanker, tapi nggak setiap hari saya minumnya karena nggak rajin saya merebusnya, kadang juga nggak sempat apalagi, karena sering ke rumah sakit” ( Partisipan 2 ) “Rebusannya itu alami semua dari tumbuh-tumbuhan yang di tanam sendiri, kayak benalu kopi, daun sirsak, kumis kucing, mengkudu, banyak lagi lah. Nah, semuanya itu dikeringkan terus di rebus”


(52)

c. Operasi

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka menjalani operasi pengangkatan payudara, setelah dengan melakukan upaya lainnya tidak memperoleh hasil untuk menghilangkan kanker payudara. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Nggak ada keluhan, nggak ada apa-apa makanya saya biarin lama, eh ternyata sudah parah. Ya saya langsung operasi”

( Partisipan 2 ) “Saya cerita ke suami dan anak-anak kalau tidak ada perubahan apa-apa pada payudara setelah minum rebusan itu, kemudian mereka menyarankan saya untuk melakukan operasi. Terus saya datang memeriksakan ke dokter dan saya bilang siap untuk di operasi”

( Partisipan 6 )

“Nggak banyak mikir lagi, karena sudah semakin parah. Saran dari keluarga juga operasi saja, nggak lama kira-kira seminggu langsung operasi saya”

( Partisipan 7) d. Kemoterapi.

Seluruh partisipan menyatakan bahwa selain menjalani operasi mereka juga menjalani kemoterapi, guna kemoterapi untuk membunuh jaringan kanker yang masih ada didalam tubuh setelah menjalani operasi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Kan pertamannya operasi dulu, ngangkat sel kankernya itu, apalagi sudah sampai beranak, jadi lama juga kemaren saya di operasi adalah kira-kira 6-7 jam. Setelah itu pun nggak langsung di kemo, bulan depannya baru di kemo” ( Partisipan 6 )


(53)

“3 minggu setelah operasi, di cek dulu tekanan darah, Hb darah. Setelah Ok baru saya menjalani kemoterapi. Untuk membunuh jaringan-jaringan kanker yang masih ada dalam tubuh saya”

( Partisipan 6 )

“Masih di rawat saya 6 hari untuk perawatan bekas operasi, setelah kering baru saya menjalani kemoterapi’ ( Partisipan 7 )

4. Efek samping yang dialami selama menjalani pengobatan

Selain membunuh sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga sering menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan, Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan mengalami efek samping dari pengobatan, seperti mual muntah, badan lemas, rambut rontok, kulit kering dan kuku menghitam.

a. Mual muntah

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami efek samping mual muntah, dan mual muntah yang dialami partisipan selalu berbeda-beda. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Kadang-kadang sampai mual muntah, tapi nggak parah-parah kali, nggak sampai keluar. Perut ini saja rasanya berputar, nggak enak banget. Itupun hanya sebentar setelah itu sudah baik lagi”

( Partisipan 2) “Saya ngalami mual muntah, pertama kali kemo saya sudah mual muntah, mualnya itu nggak pas waktu kemo, 1 hari setelah kemo baru mual muntah. Memang nggak ada yang dikeluarkan perasaannya saja perut ini serasa penuh” ( Partisipan 6 ) “Pertama kali kemo, mual muntah saya. Ada lah itu 3 hari. Makan nggak selera, bawaan nya lemas aja. Ya tapi mau nggak mau saya paksa juga makan, nanti makin parah pula” ( Partisipan 7 )


(54)

b. Badan lemas

Dua dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka selama menjalani pengobatan badan terasa lemas. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“Mudah lelah, kayak orang capek kerja gitu, pegel-pegel badan ini rasanya. Lemas kali ” (Partisipan 7)

c. Rambut rontok

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami efek samping mual muntah, dan mual muntah yang dialami partisipan selalu berbeda-beda. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“1 minggu setelah kemo, waktu pulang ke rumah setiap di sisir rontok, terus kemo kedua langsung habis langsung botak”

( Partisipan 4 ) “Rambut rontok, 2 hari setelah kemo langsung rontok terus nggak lama jadi botak, katanya karena pengaruh obat kemo”

( Partisipan 2 )

“Kemo ke 2 uda rontok rambut sampai ke 6, pertamnya gugur satu-satu terus berapa harinya lagi baru gugur sekali banyak”

( Partisipan 5)

d. Kulit kering

Masih banyak efek samping dari pengobatan kemoterapi ini, Empat dari tujuh partisipan juga mengalami efek samping kulit kering. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :


(55)

“Pertamanya kulit saya kering, tapi anak saya nawarin supaya saya makan sayur-sayuran karena anak saya vegetarian, makanya kulit saya nggak terlalu kering lagi” ( Partisipan 2) “Terus kulit ibu ini juga kering, tapi ibu rajin kasih minyak. Biar nggak terlalu kering kali” ( Partisipan 6 )

e. Kuku menghitam

Lima dari tujuh partisipan menyatakan bahwa selain dari efek samping yang di atas mereka juga mengalami kuku yang menghitam. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Kuku ibu ini, ibu juga heran kok bisa hitam-hitam. Ibu Tanya sama dokter, kata dokter nggak apa-apa memang begitu, nanti juga bisa kembali lagi” ( Partisipan 4) “Hitam banget gadel, kayak kita habis cuci piring itu yang hitam-hitam itu, apalagi samping-sampingnya ini.”

( Partisipan 5)

5. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi efek samping

Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa tiga dari tujuh partisipan melakukan upaya-upaya untuk mengurangi efek samping, seperti berdoa, nyanyi, sholat dan berzhikir.

a. Berdoa

Salah satu dari tujuh partisipan menyatakan bahwa upaya yang ia lakukan untuk mengurangi efek samping dari pengobatan adalah berdoa. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :


(56)

“Ibu orangnya memang nggak banyak pikiran, bawaan ibu santai saja. Buat apa di pikirkan yang penting banyak berdoa saja. Pasti sembuhnya itu" ( Partisipan 1 )

b. Nyanyi

Salah satu dari tujuh partisipan menyatakan bahwa upaya yang ia lakukan untuk mengurangi efek samping dari pengobatan adalah bernyanyi. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Saya bawa nyanyi saja, kadang pun saya nangis karena nggak tertahankan lagi sakitnya, apalagi setelah kemo itu….aduh……ampun lah sakitnya” (Partisipan 7)

c. Sholat dan berzikir

Empat dari tujuh partisipan menyatakan bahwa upaya yang ia lakukan untuk mengurangi efek samping dari pengobatan adalah sholat dan berzikir. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Insyaallah juga sholat nggak pernah ibu tinggalkan, nggak bisa berdiri duduk pun jadi” ( Partisipan 4)

“Saya terus berzikir, istigfar terus saya, mau nangis pun saya lakukan bukannya sembuh, ngambil positif-positifnya lah saya. Sampai sekarang ini nggak lupa saya berzikir, biar pun kayak gini alhamdulilah sholat saya dapat walaupun sholat duduk”

( Partisipan 5) 6. Dampak yang terjadi selama menderita kanker payudara

Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan mengalami dampak selama menderita kanker payudara, berbagai perasaan tidak nyaman akan hadir pada


(57)

partisipan, baik itu psikologi, terganggunya hubungan seksual maupun terganggunya aktivitas sehari-hari.

a. Psikologi

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami gangguan selama menderita kanker, dan gangguan yang dialami partisipan selalu berbeda-beda. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Ya saya di hantui rasa takut, takut mati. Apa lagi saya orangnya lemah, tensi juga selalu rendah 100/60”

( Partisipan 3)

“Saya merasa ketakutan ya namanya juga sakit parah ya kan, saya merasa takut kalau terjadi apa-apa. Takut mati saya. Walaupun anak saya sudah berkeluarga semua, terus saya juga sudah punya cucu, tapi belum siap saya untuk di panggil”

( Partisipan 5) “Ya saya takut mati, apalagi anak-anak saya. Mudah-mudahan lah cepat sembuh, Saya juga takut penyakit ini kena ke anak saya, apalagi katanya kanker itu keturunan. Dikeluarga baru saya saja yang terkena kanker” (Partisipan 6 )

b. Susah tidur

Empat dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami gangguan pada aktivitas tidurnya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“Pertama kemo tidur ibu terganggu, malam itu nggak bisa tidur, terus di kasih obat tidur baru bisa tidur” (Partisipan 1)


(58)

c. Gelisah

Salah satu dari ke tujuh partisipan mengalami gangguan gelisah, dan berdampak sampai demam. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Gelisah gitu, kemaren sampai demam gitu, terus saya oyong. Mungkin karena mikir kok bisa lah saya yang kena kanker, padahal keluarga saya nggak ada. Tapi mertua saya memang kanker payudara juga. Tapikan itu sudah jauh” ( Partisipan 5 )

d. Terganggunya hubungan seksual

Enam dari tujuh partisipan menyatakan bahwa aktivitas hubungan seksual mereka terganggu. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut :

“semenjak ini saya sudah tidak berhubungan lagi. Dia nggak tega lihat saya,memang betul-betul sudah lebih 1,5 tahun nggak lagi.

( Partisipan 5 ) “Semenjak saya periksakan ke dokter saya sudah tidak berhubungan lagi, kasihan suami lihat keadaan saya, dia cukup mengertilah melihat keadaan saya” ( Partisipan 6 )

e. Aktivitas sehari-hari

Empat dari tujuh partisipan menyatakan bahwa aktivitas mereka terganggu karena menjalani pengobatan ini. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut

“Ya terganggu tapi nggak semua lah, lagi pula saya juga nggak kerja hanya di rumah saja. Jadi masih bisa lah masak buat suami, kalau untuk cari duit ada anak-anak saya ” ( Partisipan 2 )


(59)

“Ya terganggu, apalagi saya kan janda anak saya 3 masih kecil-kecil masih SD jadi masih repot” ( Partisipan 3 ) “Saya nggak kerja, memang selama sehat juga saya nggak kerja lagi, tinggal sama orang tua saja. Ya paling-paling kerja di rumah bersihin rumah, masak. Nah kalau kerja yang kayak gituan nggak terganggu, masih bisa saya kerjakan” ( Partisipan 7 )

7. Dukungan yang diberikan anggota keluarga

Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan mendapat dukungan dari keluarga, guna untuk memberikan keyakinan bagi partisipan agar selalu optimis untuk kesembuhannya, dukungan yang diberikan berupa dukungan doa, memberikan semangat, dan dukungan dana.

a. Dukungan doa

Tiga dari tujuh partisipan menyatakan mendapat dukungan doa dari anggota keluarganya. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut

“Mereka juga selalu mendoakan ibu supaya cepat sembuh. Keluarga juga selalu dukung, apa yang dibilang dokter. Yang penting cepat sembuh” ( Partisipan 1)

“Suami saya selalu berpesan, kita harus banya-banyak berdoa biar cepat sembuh. Dia juga selalu menemani saya di rumah sakit, dia berangkat kerja juga selalu dari rumah sakit” ( Partisipan 6 )

b. Memberikan semangat

Empat dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka mendapat dukungan berupa semangat dari anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :


(60)

“Selalu membangkitkan semangat, selalu menyarankan saya untuk jangan putus asa, serahkan semua sama yang di atas. Klo ibu saya selalu saran kan jangan takut mati, azal di tangan Tuhan

(Partisipan 7)

c. Dukungan dana

Dua dari tujuh partisipan menyatakan bahwa mereka mendapatkan dukungan berupa dana dari anggota keluarganya. Hal tersebut ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan sebagai berikut :

“Saling mendukung dan membantulah, apalagi dari segi dana kasihan mereka liat ibu” ( Partisipan 1 ) “Mereka bantu juga di dana, ya namanya berobat mana ada yang gratis, sudah itu pengobatannya bukannya murah mahal minta ampun” ( Partisipan 7)

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat simpulkan bahwa keluhan saat mengalami kanker payudara berbeda-beda. Ada keluhan terdapat benjolan. Dan ada yang mengalami perubahan pada payudara.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara juga terdapat beberapa macam antara lain pengambilan cairan dari benjolan tersebut (Biopsy), melakukan USG, dan ada juga Rongten.

Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan kanker payudara antara lain adalah ada yang melakukan pengobatan alternatif, serta mengkonsumsi obat tradisional seperti rebusan-rebusan benalu kopi dan daun sirsak. dengan tindakan operasi, dan dengan tindakan kemoterapi


(61)

Efek samping yang dialami selama menjalani pengobatan kemoterapi adalah mual muntah, badan terasa lemas, rambut rontok, kulit kering, kuku yang menghitam. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi adalah berdoa, bernyanyi, dan dengan sholat dan berzikir.

Dampak yang terjadi selama menderita kanker payudara adalah dampak psikologi berupa takut mati, susah tidur, gelisah, terganggunya hubungan seksualitas, dan terganggunya aktivitas sehari-hari. Dukungan yang diberikan anggota keluarga berupa dukungan doa, memberikan semangat dan dukungan dana.

3. PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian dengan literatur yang berhubungan dengan pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi yang meliputi keluhan saat mengalami kanker payudara, pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara, upaya menghilangkan kenker payudara, efek samping yang dialami selama menjalani kemoterapi, upaya yang dilakukan untuk mengurangi efek samping kemoterapi, dampak yang terjadi selama menjalani kemoterapi, dan dukungan yang diberikan keluarga.

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

a. Keluhan saat mengalami kanker payudara

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa keluhan partisipan saat mengalami kanker payudara berbeda-beda, ada yang mengeluh karena adanya benjolan, ada juga yang mengeluh karena ada perubahan pada payudara. Empat partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami adanya benjolan dengan ukuran yang berbeda.


(62)

Ranggiasanka (2010) menyatakan bahwa gejala awal dari kanker payudara itu berupa benjolan yang biasa dirasakan berbeda dari jaringan payudara disekitarnya, dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Pada stadium awal jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan mudah dibawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit sekitarnya.

Tiga partisipan mengatakan bahwa mereka mengalami perubahan pada payudaranya, seperti payudara mengencang, payudara memerah, payudara terasa nyeri dan berdenyut.

b. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara

Dari hasil penelitian di peroleh bahwa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara adalah pengambilan cairan ( biopsy ), melukan USG, dan rongten. Lima partisipan mengatakan bahwa mereka melakukan pemeriksaan dengan pengambilan cairan.

Smart (2010) menyatakan bahwa cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara adalah dengan melakukan operasi kecil unutk mengambil contoh jaringan (biopsi) dari benjolan tersebut. Jaringan tersebut kemudian akan diperiksa melalui mikroskop di laboratorium patologi anatomi. Bila sudah diketahui dan pastikan bahwa benjolan tersebut sadalah kanker payudara, payudara harus diangkat untuk menghindari penyebaran ke bagian tubuh lain.


(63)

c. Upaya menghilangkan kanker payudara

Dari hasil wawancara diketahui bahwa berbagai upaya yang dilakukan partisipan untuk mengatasi dan mengobati kanker payudara mulai dari yang paling sederhana hingga ke penanganan yang lebih serius. Antara lain adalah melakukan pengobatan alternatif, dan mengkonsumsi obat tradisional, menjalani operasi, dan menjalani pengobatan kemoterapi.

Smart (2010) penanganan dan pengobatan kanker payudara tergantung pada tipe stadium dan kanker tersebut. Umumnya, seseorang akan diketahui jika dirinya telah terkena kanker payudara setelah menginjak stadium lanjut dan sudah cukup parah. Ada beberapa cara untuk mengatasi dan mengobati diri dari kanker payudara, mulai dari yang paling sederhana hingga ke penanganan yang lebih serius lagi.

Menurut Wijaya (2009) pengobatan alternatif juga digunakan untuk menyembuhkan kanker payudara. Pengobatan alternatif membantu penderita kanker payudara mengurangi efek samping dari radiasi dan kemoterapi. Dapat juga menurunkan tingkat stress. Pengobatan ini membuat penderita merasa lebih kuat dan bersemangat, karena dengan cara ini mereka bisa memberi penanganan sendiri yang positif daripada hanya sekedar bergantung kepada dokter. Sebagian besar pengobatan pelengkap dan alternatif termasuk ke dalam obat holistik. Artinya, cara untuk mendapatkan kesehatan tubuh dan keseimbangan bagi menyeluruh tidak hanya didapat melalui tubuh tetapi pengobatan ini lebih fokus kepada pikiran, emosi dan spirit atau semangat.

Pengobatan alternatif, merupakan metode pengobatan yang menggunakan pendekatan diluar medis, yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran


(64)

modern. Dalam pengobatan alternatif, segala metode dimungkinkan, dari penggunaan obat-obat tradiosional seperti jamu-jamuan, rempah, yang sudah dikenal seperti jahe, kunyit dan sebagainya. Juga pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses penyembuhan.

d. Efek samping yang dialami selama menjalani pengobatan kemoterapi

Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga sering menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan, Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan mengalami efek samping dari kemoterapi, seperti mual muntah, badan lemas, rambut rontok, kulit kering dan kuku menghitam.

Ranggiasanka (2010) efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya sementara.

e. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi efek samping kemoterapi

Berbagai upaya telah dilakukan partisipan untuk mengurangi efek samping kemoterapi, dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa tiga dari tujuh partisipan melakukan upaya-upaya seperti berdoa, nyanyi, sholat dan berzikir.

f. Dampak yang terjadi selama menderita kanker payudara

Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan mengalami dampak selama menjalani kemoterapi, berbagai perasaan tidak nyaman akan hadir pada partisipan, baik itu psikologi maupun terganggunya aktivitas sehari-hari.


(65)

Smart (2010) terkadang perasaan-perasaan tersebut terus berkembang dan mengubah diri penderita kanker menjadi orang yang pesimis, mudah putus asa dan tidak lagi memiliki semangat dalam hidupnya. Tidak ada gunanya mengobati badan tanpa mengobati pikiran. Badan yang sakit akan memengaruhi pikiran. Ilmu pengetahuan juga membuktikan bahwa kondisi emosional seseorang akan memengaruhi tingkat kekebalan tubuh manusia.

Kondisi emosional yang terburuk yang terjadi pada penderita kanker adalah perasaan takut. Hal ini sangat wajar karena penderita kanker harus menjalani perawatan yang melelahkan dan menyakitkan dengan efek sampingnya, biaya pengobatan yang sangat mahal, dan lain-lain yang membuat penderita kanker semakin merasa rasa takut yang berat.

g. Dukungan yang diberikan anggota keluarga

Dari hasil wawancara yang diperoleh bahwa semua partisipan mendapat dukungan dari keluarga, guna untuk memberikan keyakinan bagi partisipan agar selalu optimis untuk kesembuhannya, dukungan yang diberikan berupa dukungan doa, memberikan semangat, dan dukungan dana.

Menurut Mardiana (2009) seseorang yang mengetahui dengan pasti bahwa dirinya menderita kanker payudara walaupun dalam stadium sangat dini dapat dipastikan dirinya akan mengalami stress berkepanjangan yang berakibat pada gangguan-gangguan emosional dan fisik yang melelahkan. Dukungan moril dan empati dari anggota keluarganya terutama yang berhubungan dekat secara emosional seperti suami, anak, ibu dan bapak akan sangat dibutuhkannya. Dukungan dan perhatian yang diperoleh


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ESTERIA BASANI ARUAN

Tempat/tanggal lahir : Batam, 06 Oktober 1988

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Tombang Aruan

Nama Ibu : Rosdiana Hasibuan

Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat : Bengkong Jaya Blok H No. 17. Batam

Riwayat Pendidikan :

TK Kristen Immanuel Batam : TAHUN 1992-1994

SD Kristen Immanuel Batam : TAHUN 1994-2000

SMP Kristen Immanuel Batam : TAHUN 2000-2003

SMA NEGERI 8 Batam : TAHUN 2003-2006

STIKes Mutiara Indonesia : TAHUN 2006-2009