Banyak dokter menghindari penggunaan analgesia pada anak oleh karena takut akan efek samping ditimbulkan obat analgesia tersebut, disamping itu dianggap
nyeri tidak akan diingat oleh anak.
9,23
Beberapa halangan dalam pengobatan nyeri pada anak adalah:
12,22
1. Mitos bahwa anak khususnya tidak dapat merasakan nyeri seperti pasien
dewasa. 2.
Kurangnya pemeriksaan tentang keberadaan nyeri pada anak. 3.
Salah pengertian tentang bagaimana menggambarkan pengalaman subjektif rasa nyeri.
4. Kurangnya pengetahuan tentang pengobatan nyeri pada anak.
5. Adanya anggapan bahwa penanganan nyeri pada anak hanya membuang
waktu dan tenaga. 6.
Adanya ketakutan terhadap efek samping obat-obatan analgesia.
2.2. Jaras persepsi nyeri
Mekanisme terjadinya persepsi nyeri pada bayi dan anak memiliki persamaan dengan orang dewasa. Organ sensori untuk nyeri reseptor nosiseptif
adalah ujung saraf bebas yang dijumpai hampir di seluruh jaringan tubuh, terutama pada lapisan permukaan kulit, periosteum, dinding arteri dan permukaan
sendi.
24-26
Impuls nyeri dihantarkan ke sistem saraf pusat oleh dua sistem serabut nosiseptif. Satu sistem serabut kecil bermielin serabut A
δ diameter 2-5 μm yang menghantarkan impuls dengan kecepatan 12-30 meterdetik. Sistem serabut
kedua adalah serabut C yang tidak bermielin diameter 0,4-1,2 μm penghantar
impuls yang lambat dengan kecepatan 0.5-2 meterdetik. Kedua sistem serabut ini A
δ dan C berakhir di kornu posterior dorsal horn
medulla spinalis. Serabut A δ
terutama berakhir pada neuron di lamina I dan V, serabut C berakhir di lamina I
xviii
dan II. Kornu Posterior ini bertindak sebagai pintu gerbang, di sini terdapat Synaptic junction
antara serabut nosiseptif perifer dengan sel-sel kornu posterior.
27
Sebahagian akson dari kornu posterior ini akan berakhir di medulla spinalis dan batang otak, sebahagian lainnya masuk ke sistem anterolateral,
termasuk traktus spinotalamikus lateral. Dan sebahagian kecil lagi naik ke posterolateral medulla, beberapa serabut yang naik diproyeksikan ke nukleus
ventralis posterior di thalamus nukleus khas untuk sensory relay
tempat terjadinya persepsi nyeri.
27,28
Dari sini impuls dipancarkan ke kortek serebri,
25
dan akhirnya menyebabkan aktifasi somatotopikal yang sesuai dari kortek sensori dan
sistem limbik.
24
Secara skematis, jaras persepsi nyeri seperti terlihat pada gambar 1.
Gambar 1. Jaras persepsi nyeri
24
xix
Respon nosiseptif perifer terhadap stimulus berbahaya dapat diatur dengan aplikasi yang berulang-ulang. Lebih lanjut sensitifitasnya akan meningkat oleh
karena faktor-faktor jaringan dan mediator radang yang dilepaskan pada jaringan yang terluka. Pada hewan percobaan respon terhadap stimulus berbahaya terjadi
bifasik. Fase pertama, respon terjadi singkat, nyeri tajam dan terlokalisir. Fase kedua, respon lebih panjang, nyeri tumpul dan menyebar setelah trauma awal.
Fase kedua ini berhubungan dengan berkembangnya daerah yang hipersensitif disekitar titik dimana stimulus berbahaya pertama diberikan. Proses dimana
neuron kornu posterior medulla spinalis menjadi lebih peka oleh karena stimulus berbahaya disebut “
wind-up ” atau “sensitisasi pusat”.
24
Anastesi lokal bekerja pada membran sel untuk mencegah penyebaran impuls saraf, yaitu dengan cara menghambat saluran natrium yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan permeabilitas membran sehingga tidak terjadi depolarisasi. Efek anastesi ini akan meningkatkan ambang nyeri dan menurunkan
kecepatan potensial aksi disertai dengan penurunan konduksi impuls saraf. Serabut A
δ dan C lebih rentan terhadap pengaruh anastesi lokal dibandingkan serabut yang lebih besar oleh karena diblok lebih cepat dan dalam derajat yang
lebih besar, hal ini dimungkinkan oleh karena jarak internodal pada serabut tersebut lebih pendek.
29
2.3. Pemeriksaan intensitas nyeri