69
Panitia pengadaan tanah harus melaksanakan tugasnya secara maksimal untuk meminimalisasi permasalahan dan mengurangi penolakan ganti rugi keputusan
panitia tentang besarnya nilai ganti rugi dan bentuk ganti rugi harga tanah.
60
Dalam hal ini Abdurrahman menyatakan, tugas panitia yang terpenting adalah mengadakan
penelitian dan inventarisasi atas tanah, tanaman, bangunan, tanaman dan benda- benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang hak atasnya akan dilepaskan atau
diserahkan, sebab jika inventarisasi tidak sesuai dengan keadaan hukum reacht toestand, maka akibatnya akan menimbulkan keruwetan hukum.
61
Konsekuensinya yaitu adanya pemegang hak atas tanah yang keberatan dan menolak kinerja panitia
karena terjadinya tumpang tindih nama pemilik pada satu lokasi yang sama, luas tanah yang kurang atau macam hak atas tanah atau status penguasaan tanah yang
keliru ditetapkan.
2. Tanggung Jawab Panitia Penaksir Harga Tanah Untuk Kepentingan Umum
Penunjukan Tim PenaksirPenilai Harga Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dalam Wilayah Kabupaten Aceh Besar
dilakukan berdasarkan Keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 136 Tahun 2007, dengan susunan panitia seperti tercantum dalam Tabel 5.
60
Sudaryo Saimin, Status Hak dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hal. 86.
61
Abdurrahman, 1991, Op. Cit, hal. 94.
70
Tabel 5. Susunan Tim PenilaiPenaksir Harga Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Dalam Wilayah Kabupaten
Aceh Besar
No. Nama
Unsur Kedudukan Dalam Tim
1. H. M. Sufi Ismail
Tokoh Masyarakat KetuaMerangkap Anggota
2. Drs. H. M. Nasir Thaib
Tokoh Masyarakat KetuaMerangkap Anggota
3. Eddy Nur Ilyas, M.Hum
Akademisi SekretarisAnggota
4. Muchsin, SH
Notaris Anggota
5. Drs.Tgk.H.Cut Iskandar
MPU Aceh Besar Anggota
6. Imum Mukim Wilayah
setempat Lembaga Mukim
Anggota 7. Unsur
DesaTokoh Masyarakat Wilayah
setempat Perwakilan Desa
Anggota
Tugas panitia penaksir ganti rugi harga atas tanah, yaitu mengusul dan
merekomendasikan kepada Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Aceh Besar terhadap nilai harga tanah yang akan dibebaskan. Adapun panitia penaksir yang diangkat
berdasarkan Keputusan Bupati Aceh Besar merupakan unsur tokoh masyarakat, akademisi, notaris, MPU Aceh Besar dan Perwakilan Desa. Mencermati unsur-unsur
panitia penaksir ganti rugi harga atas tanah dapat dikatakan kurang profesional dan tidak memiliki kemampuan yang memadai, terutama mewakili perwakilan desa,
lembaga mukim, dan dua orang tokoh masyarakat. Dengan demikian tugas panitia penaksir merupakan pelengkap dan nyata-
nyata telah mengeleminir tugas yang sebenarnya sebagaimana diatur dalam Pasal 15
71
ayat 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Adapun tugas panitia penaksir yaitu melakukan penaksiran tentang ganti kerugian mengenai tanah dan atau benda-benda yang haknya akan dicabut
berdasarkan ketentuan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961. Untuk menaksir ganti kerugian maka panitia penaksir memakai sebagai dasar, nilai
nyata atau sebenarnya dari tanah dan atau benda-benda di atasnya. Penaksiran didasarkan pada faktor yang turut mempengaruhinya dan fungsi tanah sebagai
maksud Undang-Undang Pokok Agraria, bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
62
Adapun penunjukan Tim PenaksirPenilai Harga dilakukan untuk memenuhi maksud Pasal 15 ayat 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum. Menurut Sudaryo Saimin, dimana dengan ganti rugi yang layak dapat saja
panitia penaksir melihat perkembangan akan harga tanah, sehingga pembayaran ganti rugi akan diterima oleh semua pihak dengan tanpa paksaan.
63
Tentunya hal tidak terjadi bilamana berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.1 Tahun 1994 sebagai pelaksana Keputusan Presiden
62
Surat Keputusan Menteri Agraria Nomor Sk.XIIKa1962, Tanggal 6 Janurai 1962 didalam Pasal 5.
63
Sudaryo Saimin, 1994, Op. Cit, hal. 79
72
Republik Indonesia dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005, maka akan seminimum mungkin kasus-kasus pengadaan tanah berujung di
Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Untuk itu panitia pengadaan tanah harus peka terhadap hak-hak milik
masyarakat dan memperhatikan hak-hak mereka yang terkena pengadaan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada di atasnya dengan mendengar hati
nurani masyarakat di dalam tata cara pengadaan tanah sebagai perwujudan kebijaksanaan pemerintah.
B. Proses Pelaksanaan Ganti Rugi Tanah Untuk Kepentingan Umum