132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum Bandara Internasional
Sultan Iskandar Muda Provinsi Aceh belum sesuai peraturan yang berlaku, karena :
a. Musyawarah dilakukan sebagai formalitas semata tanpa memberi kesempatan
kepada pemegang hak atas tanah untuk mengemukakan pendapatnya secara terbuka, hanya menandatangani daftar hadir, mendengar penjelasan, diminta
persetujuan untuk melepaskan hak atas tanahnya dengan harga ganti rugi yang telah ditetapkan. Maka hal ini bertentangan dengan Pasal 1 butir 5
Keppres Nomor 55 Tahun 1993, Pasal 16 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 Tahun 1994, Pasal 8 dan 9
Perpres Nomor 36 Tahun 2005 dan Pasal 3 Perpres Nomor 65 Tahun 2006. b.
Bentuk ganti rugi hanya diberikan dalam bentuk uang tanpa proses musyawarah terlebih dahulu dalam penentuan bentuk ganti rugi berdasarkan
Pasal 13 Perpres No. 36 Tahun 2005. c.
Panitia pengadaan tanah tidak melaksanakan pendataan dengan baik dan benar, terhadap tanah-tanah masyarakat yang terkena lokasi pengadaan tanah
sesuai dengan lokasi tanahbidang tanah, macam hak atas tanah, letak tanah dan harga taksiran bangunan, tanaman dan benda yang berada diatasnya
133
sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Keppres No. 55 Tahun 1993, Pasal 7 dan 15 Perpres Nomor 65 Tahun 2006.
2. Faktor yang menyebabkan adanya penolakan penetapan harga ganti rugi dari
pemegang hak atas tanah, diantaranya : a.
Faktor sosial ekonomi pemegang hak atas tanah meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, luas penguasaan tanah, lamanya penguasaan hak atas tanah, dan
macam hak atas tanah. Dengan demikian tingkat pendidikan, pekerjaan, luas penguasaan tanah, lamanya penguasaan hak atas tanah, dan macam hak atas
tanah berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat pemegang hak atas tanah dalam pembebasan tanah untuk kepentingan umum.
b. Panitia Pengadaan Tanah Tidak Melaksanakan Tanggung Jawab Sesuai
Ketentuan Yang Berlaku. c.
Proses musyawarah yang dilaksanakan tidak berjalan secara demokratis dan masyarakat pemegang hak atas tanah berada dipihak yang lemah dan dipaksa
menerima semua hasil musyawarah untuk menjaga perdamaian di Provinsi Aceh.
3. Beberapa upaya yang ditempuh dalam menangani penolakan harga ganti rugi
oleh pemegang hak atas tanah, diantaranya : a.
Upaya penyelesaian secara musyawarah dalam mengatasi penetapan ganti rugi untuk kepentingan umum dalam rangka menghindari konflik antar masyarakat
dan terpenuhi rasa keadilan publik sehingga memulihkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah Kabupaten Aceh Besar.
134
b. Upaya penyelesaian melalui pengukuhan keputusan panitia pengadaan tanah
untuk kepentingan umum yaitu dengan adanya surat Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 592.225122 tanggal 11 Juli 2008 meminta Bupati
Aceh Besar untuk mempertimbangkan harga ganti rugi tanah di Blang Bintang.
c. Upaya penyelesaian ganti rugi karena terbatasnya anggaran pada APBK dan
APBA Nanggroe Aceh Darussalam, yang dilakukan penyelesaian ganti rugi harga tanah selama 3 tiga tahun sejak tahun 2005, 2006 dan 2007. Agar
dapat dilaksanakan penyelesaian ganti rugi yang memerlukan biaya yang cukup besar dalam pembebasan tanah dengan luas seluruhnya mencapai
237.739 M
2
.
D. Saran