memanfaatkan bahan ajar yang temanya disesuaikan dengan hasil identifikasi.
d Kegiatan pembelajaran praktis berupa latihan praktik membaca, menulis,
berhitung, mendengarkan dan berbicara untuk mengomunikasikan teks lisan dan tulis dengan menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia.
e Tutor dapat memfungsikan sarana dan prasarana pembelajaran dan daya
dukung masyarakat. Misalnya, penyediaan tempat belajar, materi ajar, media pembelajaran yang dapat diperoleh dari masyarakat dan lingkungan sekitar.
f Metode-metode lain dapat dipergunakan sepanjang relevan dan dikuasai
oleh tutor dan dianggap efektif untuk mencapai kompetensi minimal. c.
Penilaian Hasil Pembelajaran 1
Penilaian proses pembelajaran dilakukan dengan cara tutor mengadakan penilaian terhadap peserta didik secara periodik untuk mengetahui
perkembangan kemampuan peserta didik dalam hal mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan berhitung dengan menggunakan berbagai
cara seperti kuis, tes tulis, hasil karya, portofolio kumpulan kerja dan penugasan.
2 Penilaian akhir dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi
peserta didik terhadap standar kompetensi keaksaraan dasar yang harus diselesaikan selama mengikuti program.
3 Peserta didik yang telah dinyatakan mencapai kompetensi minimal
sebagaimana yang dipersyaratkan dinyatakan sudah lulusselesai dan diberikan Surat Keterangan Melek Aksara SUKMA.
2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat
Menurut Ife dalam Adi 2013:207 “pemberdayaan sebagai upaya untuk
meningkatkan daya dari kelompok yang kurang beruntung disadvantaged people atas pilihan pribadi dan kehidupan mereka personal choices and life;
kesempatan chances; definisi kebutuhan need definition; gagasan ideas; institusi institutions; sumber-sumber daya resources; aktivitas ekonomi
economic activity dan reproduksi reproduction dengan melakukan intervensi
melalui pembuatan perencanaan dan kebijakan policy and planning; aksi politik dan sosial social and political action; serta pendidikan education
.” Pengertian pemberdayaan di atas menjelaskan bahwa dalam melaksanakan suatu
pemberdayaan masyarakat harus melihat dari seluruh kondisi sasaran penerima manfaat pemberdayaan, dari melihat kebutuhannya hingga hasil yang diharapkan
output. Pemberdayaan dilakukan dengan sasaran kelompok masyarakat dan tujuan yang berbeda-beda sesuai bidang permasalahan di lingkungan masyarakat
itu sendiri. Misal, tujuan pemberdayaan bidang pendidikan dan bidang sosial berbeda. Tujuan bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat lewat pendidikan dan sedangkan sosial contohnya membantu para penyandang cacat menjalankan fungsi sosialnya sesuai dengan peran dan tugas
sosialnya. Namun, bila dikaitkan dengan program Keaksaraan Fungsional sebagai program pemberdayaan dibidang pendidikan orang dewasa ini memiliki
keterkaitan dengan bidang ekonomi karena dengan berhasilnya kelompok sasaran warga belajar belajar calistung diharapkan pula mereka dapat memotivasi dan
memberdayakan dirinya, meningkatkan taraf hidupnya dan mandiri. Di samping dapat dilihat dari bidang-bidang yang terlibat dalam suatu
pemberdayaan masyarakat, upaya pemberdayaan masyarakat juga dapat dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sabagai suatu proses.
Pemberdayaan sebagai suatu program, di mana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah
ditentukan jangka waktunya. Konsekuensi dari hal ini, bila program itu dianggap selesai, dianggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan Adi, 2008:83-84.
Sedangkan pemberdayaan sebagai proses sebagaimana menurut Hogan dalam Adi 2008:85 menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan
sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu: 1.
Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan recall depoweringempowering experiences;
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan
discuss reasons for depowermentempowerment;
3. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek identify one problem or
project; 4.
Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan identify useful power bases; dan
5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya
develop amd implement action plans. Program Keaksaraan Fungsional adalah salah satu bentuk pemberdayaan
sebagai program di mana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang sudah ditentukan jangka waktunya.
Pembentukan program Keaksaraan Fungsional memiliki tujuan utama yaitu, memberantas buta huruf yang ada di Indonesia sehingga dapat meningkatkan taraf
hidup para buta huruf tersebut. Program tersebut sudah memiliki tahapan-tahapan kegiatan yang telah direncanakan dan sasaran lokasi daerah-daerah yang memiliki
angka buta huruf. Serta telah menentukan jangka waktu pelaksanaan program. Dalam hal ini peneliti memilih lokasi di Kabupaten Jember di Kecamatan
Sukorambi di Desa Karangpring. Menurut Adi 2013:213 keberadaan pandangan yang melihat pemberdayaan
sebagai suatu program dan sebagai suatu proses memberikan sumbangan tersendiri terhadap pemahaman tentang pemberdayaan, terutama dalam kaitannya
dengan diskursus komunitas. Dalam diskursus komunitas, peran yang harus dijalankan oleh pelaku perubahan adalah sebagai pemercepat pengubahan ataupun
fasilitator. Sebagai fasilitator, keberadaan agen pengubah tidak mutlak harus hadir terus-menerus pada suatu kelompok sasaran. Fasilitator lebih berfungsi untuk
membuat agar kelompok sasaran menjadi lebih pandai sehingga nantinya mengembangkan kelompok mereka sendiri bila sudah tiba masanya program
selesai. Dalam pelaksanaan program Keaksaraan Fungsional di Desa Karangpring itu
sendiri, penyelenggara program yaitu, YPPI Nurul Wajid adalah sebagai pelaku perubahan yang melakukan pemberdayaan masyarakat khususnya pada
masyarakat buta huruf di Desa Karangpring. Namun, di sini penyelenggara beserta tutor program Keaksaraan Fungsional lebih terus hadir dalam kelompok
sasaran karena kegiatan program yang berupa mengajarkan belajar calistung, maka mereka terus berada hadir dalam kegiatan rutin belajar mengajar tetapi
selanjutnya juga harus menciptakan masyarakat yang mandiri. Partisipasi masyarakat adalah bagian yang tidak lepas dari pemberdayaan
masyarakat. Makna dari partisipasi banyak namun di sini peneliti memfokuskan arti dari konsep partisipasi adalah konsep pengembangan masyarakat dalam suatu
program pemberdayaan yang melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan mereka sendiri agar terciptanya keaktifan dari masyarakat atau
penerima manfaat program itu sendiri sehingga program berjalan sesuai tujuan hasilnya. Uphoff dan Cohen dalam Ife 20
08:296 “menekankan pada rakyat memiliki peran dalam pembuatan keputusan”. Menurut Oakley dalam Ife
2008:296: “Partisipasi merupakan suatu upaya pemanfaatan sumber daya yang ada
untuk mencapai tujuan program atau proyek. Tujuannya untuk berupaya memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan
mereka sendiri secara lebih berarti dan menjamin peningkatan peran rakyat dalam inisiatif-
inisiatif pembangunan.” Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan program. Program
Keaksaraan Fungsional melibatkan masyarakat warga belajar dalam pengambilan keputusan. Istilah partisipasi dan partisipatoris, menurut Mikkelsen
dalam Adi 2013:228 biasanya digunakan di masyarakat dalam berbagai makna umum, seperti berikut:
1. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam
perubahan yang yang ditentukan sendiri oleh masyarakat Participation is the voluntary involvement of people in self-determined change; dan
2. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan
lingkungan, kehidupan, dan diri mereka sendiri Participation is involvement in people’s development of themselves, their lives, their
environment.
2.4 Keaksaraan Fungsional sebagai Sarana Pemberdayaan Masyarakat