musibah yang menimpanya sebagai takdir dan karenanya tidak akan menuntut terdakwa, sebaliknya terdakwa dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa tanpa paksaan
siapapun dan dengan rela hati menyerahkan santunan untuk meringankan penderitaan si korban atau ahli warisnya.pemberian santunan tersebut oleh si terdakwa dimaksudkan
agar dapat meringankan hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya, sedang bagi si korban atau ahli warisnya, santunan tersebut merupakan jalan pintas untuk dapat
secepatnya memperoleh pergantian atas kerugian yang dideritanya sekalipun jumlah yang diterimanya berdasarkan perjanjian tersebut jauh daripada memadai.
85
Dalam KUHP, perdamaian dalam kecelakaan lalu lintas baik berupa maaf, pembayaran ganti kerugian, biaya perobatan, biaya pemakaman dan berbagai bentuk
perdamaian lainnya yang diberikan oleh pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas kepada korban tidak dapat dijadikan sebagai alasan menggugurkan tuntutan. Proses
peradilan pidana harus tetap dijalani. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, pengaturan kecelakaan lalu lintas dalam
KUHP ini tetap wajib diproses sampai ke Pengadilan dan mendapatkan putusan Majelis Hakim. Dengan kata lain, kesepakatan damai antara para korban dengan maupun pihak
pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas tidaklah serta merta dapat menghapuskan tanggungjawab pidana dari si pelaku.
a. Perdamaian dalam Kecelakaan Lalu Lintas Tidak Menghapus Tuntutan Pidana
Perdamaian dalam kecelakaan lalu lintas tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk menghapus penuntutan terhadap pelaku. Dalam KUHP telah diatur beberapa
alasan penghapus penuntutan, yakni: 1.
Pasal 76 KUHP.
85
Marianna Sutadi,
Op. Cit
. halaman 3
Universitas Sumatera Utara
Pasal ini mengatur Nebis In Idem sebagai alasan penghapus penuntutan. Nebis In Idem artinya seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang
sama.
2. Pasal 77 KUHP.
Pasal ini menyatakan bahwa hak menuntut hilang karena terdakwa meninggal dunia. Menurut Vos, memang tepat isi pasal ini karena hukuman hanyya diberikan kepada
pelakunya, maka apabila pelakunya meninggal dunia, maka tidak ada yang menjalani hukuman.
3. Pasal 78 KUHP.
Pasal ini mengatur tentang hak menuntut menjadi hilang karena lewat waktu kadaluarsa.
4. Pasal 82 KUHP.
Pasal ini mengatur penyelesaian perkara di luar pengadilan atau afdoening buiten process,
atau menurut Barda Nawawi Arief, sebagai Lembaga Hukum Afkoop penebusan atau sering disebut sebagai schikking perdamaian.
86
Menurut Satochid Kartanegara, pasal ini hanya berlaku untuk pelanggaran tertentu yang diancam dengan
hukuman denda dan tidak terhadap pelanggaran yang diancam dengan hukuman alternatif, seperti pidana kurungan pengganti. Jadi lembaga ini tidak berlaku untuk
kategori kejahatan, hanya untuk pelanggaran.
87
Dari pasal-pasal tersebut diatas, kesepakatan damai antara korban dengan pelaku berupa pemberian ganti kerugian, biaya perobatan, biaya pemakaman maupun hal-hal
86
Barda Nawawi Arief,
Sari Kuliah Hukum Pidana II, Badan Penyedia Bahan Kuliah FH Undip, Semarang
, 1999, halaman 63.
87
Satochid Kartanegara,
Hukum Pidana Kumpulan kuliah, bagian kedua, Balai Lektur Mahasiswa
, Jakarta, 2008, halaman 224.
Universitas Sumatera Utara
lainnya dalam kecelakaan lalu lintas tidak dapat dijadikan sebagai alasan penghapus penuntutan terhadap pelaku tindak pidana tersebut.
b. Perdamaian dalam Kecelakaan Lalu Lintas Tidak Menghapuskan Pidana.