Uji Perolehan Kembali Recovery Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

32 Keterangan: 1 X = kadar rata-rata sampel 1 2 X = kadar rata-rata sampel 2 S 1 = Standar deviasi sampel 1 S 2 = Standar deviasi sampel 2 n 1 = jumlah perlakuan sampel 1 n 2 = jumlah perlakuan sampel 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila t o yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya. 3.7.3 Validasi Metode Analisis

3.7.3.1 Uji Perolehan Kembali Recovery

Uji perolehan kembali recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standar additional method. Larutan baku yang ditambahkan yaitu 0,2 mL larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgmL dan 0,2 mL larutan baku magnesium konsentrasi 1000 µgmL. Untuk uji perolehan kembali logam kalsium, sebanyak 50 mL sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 0,2 mL larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgmL. Sedangkan untuk uji perolehan kembali logam magnesium, sebanyak 50 mL sampel dimasukan kedalam erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 0,2 mL larutan baku magnesium konsentrasi 1000 µgmL. Kemudian dilanjutkan dengan prosedur penyiapan sampel seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Kadar bahan baku yang ditambahkan dapat dihitung dengan persamaan: � ∗ � = ��� � ��� �� Keterangan : CA = Kadar baku yang ditambahkan kedalam sampel µgml CLB = Konsentrasi larutan baku µgml VLB = Volume larutan baku yang ditambahkan ml VS = Volume sampel ml 33 Menurut Harmita, 2004 persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: Persen perolehan kembali = � � − � � �∗ � x 100 Keterangan : C A = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku C F = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku C A = Kadar larutan baku yang ditambahkan 3.7.3.2Uji Presisi Menurut Harmita 2004, keseksamaanataupresisidiukursebagaisimpanganbakurelatif ataukoefisienvariasi. Keseksamaanataupresisimerupakanukuran yang menunjukkanderajatkesesuaianantarahasiluji individual ketikasuatumetodedilakukansecaraberulanguntuksampel yang homogen.Nilaisimpanganbakurelatif yang memenuhipersyaratanmenunjukkanadanyakeseksamaanmetode yang dilakukan. Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif sebagai berikut: RSD = 100 × X SD Keterangan: − X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi RSD = Relative Standard Deviation

3.7.3.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. 34 Batas kuantitasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan Gandjar dan Rohman, 2012. Menurut Harmita 2004, batasdeteksidanbataskuantitasi inidapatdihitungdenganrumussebagaiberikut: SimpanganBaku SYX = 2 2 − − ∑ n Yi Y Batas deteksi LOD = 3 X SY X slope Batas kuantitasi LOQ = 10 X SY X slope 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya ion kalsium dan magnesium dalam sampel. Hasil pengamatan reaksi kualitatif dapat dilihat pada Lampiran 27 halaman 100 dan hasil analisis kualitatif mineral dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Analisis kualitatif Mineral dalam Sampel No Mineral yang dianalisis Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan 1 Kalsium Larutan asam sulfat 1 N + etanol 96 Kristal jarum + 2 Magnesium Kuning titan 0,1 bv + NaOH 2N Endapan merah terang + Keterangan: + : Mengandung mineral Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa mengandung ion kalsium dan magnesium. Uji kristal dengan asam sulfat 1 N dan etanol 96 menghasilkan kristal jarum yang menunjukkan adanya ion kalsium. Hasil reaksi dengan kuning titan 0,1 dan NaOH 2N menunjukkan endapan merah terang yang sedikit,hal ini mungkin terjadi karena kadar mineral dalam sampel rendah. Hasil absorbansi dengan spektrofotometri serapan atom menunjukkan adanya absorbansi pada panjang gelombang kalsium yaitu 422,7 nm dan magnesium 285,20 nm. Hal ini turut membuktikan bahwa dengan reaksi warna dan reaksi kristal menunjukkan bahwa sampel mengandung ion kalsium dan magnesium. 4.2 Analisis Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium dan Magnesium

Dokumen yang terkait

Analisis Mineral Kalsium dan Magnesium pada Air Minum PDAM Tirtanadi di Beberapa Lokasi di Kota Medan

2 59 91

Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan

0 0 16

Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan

0 0 2

Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan

0 0 5

Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan

0 0 19

Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan

2 2 3

Analisis Kandungan Mineral Kalsium Dan Magnesium Pada Musim Hujan Di Bulan Desember Dan Musim Kemarau Di Bulan Maret Dalam Beberapa Air Minum Pdam Tirtanadi Di Kota Medan

0 0 48

Analisis Mineral Kalsium dan Magnesium pada Air Minum PDAM Tirtanadi di Beberapa Lokasi di Kota Medan

2 5 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Minum - Analisis Mineral Kalsium dan Magnesium pada Air Minum PDAM Tirtanadi di Beberapa Lokasi di Kota Medan

1 2 16

ANALISIS MINERAL KALSIUM DAN MAGNESIUM PADA AIR MINUM PDAM TIRTANADI DI BEBERAPA LOKASI DI KOTA MEDAN SKRIPSI

0 0 14