EKSISTENSI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-

penghapusan Hak Veto itu secara konsisten termasuk mendesak kelima negara pemilik Hak Veto agar bersedia melepaskan Hak Vetonya.

BAB III EKSISTENSI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-

BANGSA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA PERDAMAIAN DUNIA A. Peranan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Proses Penyelesaian Konflik Internasional Untuk menganalisa peran Dewan Keamanan PBB maka penulis menggunakan kerangka konseptual yang dikemukakan pada Summit tahun 1992, oleh Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros Ghali sebagai pondasi konseptual untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia yang disebut “An Agenda for Peace”. Agenda untuk perdamaian ini berisi lima konsep yaitu: preventive diplomacy, peace enforment, peace making, peace keeping, postconflict peacebuilding. 34 Preventive diplomacy adalah langkah yang dilakukan untuk mencegah perselisihan atau permusuhan yang timbul diantara negara-negara anggota PBB agar tidak berubah menjadi sebuah konflik terbuka, dalam preventive diplomacyjuga dilakukan cara-cara untuk mencegah terjadinya konflik akibat dari perselisihan atau permusuhan tersebut serta mengupayakan agar konflik tidak 34 http:djangka.com20130116peran-dewan-keamanan-pbb-united-nations-security- council-studi-kasus-resolusi-konflik-libyadiakses tanggal 19 februari 2014 Universitas Sumatera Utara semakin meluas. 35 Peace Enforcement adalah tindakan yang dilakukan oleh pasukan perdamaian dibawah mandat dari untuk menghentikan gencatan senjata baik dengan maupun tanpa persetujuan dari para pihak yang bermusuhan. Pasukan perdamaian yang dikirimkan oleh ini adalah pasukan yang berasal dari tentara nasional negara anggota PBB. Pasukan Perdamaian PBB yang dikirim melalui misi peace enforcement ini telah dipersenjatai dengan senjata atau peralatan militer yang berat dengan tujuan untuk menghentikan gencatan senjata antara para pihak yang berkonflik. Pasukan perdamaian ini bekerja dengan perintah langsung dari Sekretaris Jenderal PBB. Preventive diplomacy dilakukan dengan melibatkan upaya confidence-building measures, fact finding, peringatan dini dan memungkinkan PBB untuk mengirimkan pasukan perdamaian. Preventive diplomacy ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya konflik dan mengupayakan penyelesaian konflik atau masalah secara damai tanpa adanya tindakan militer. Dalam preventive diplomacydapat digunakan cara-cara seperti dalam konsep multi track diplomasi, baik diplomasi secara terbuka maupun secret diplomacy. 36 Peace Makingadalah upaya yang dilakukan dengan membawa para pihak untuk melalukan perjanjian perdamaian dengan bantuan dari pihak ketiga sebagai penegah atau mediator. Konsep dari perjanjian perdamaian ini seperti yang ada dalam BAB VI Piagam PBB. Upaya peace making dapat dilakukan melalui penyelesaian secara hukum, mediasi, kompromi atau upaya-upaya negosiasi yang 35 http:myworldempires.blogspot.com201012diplomasi-preventif.html diakses pada tanggal 12 Oktober 2011diakses tanggal 19 februari 2014 36 http:amalchips.blogspot.com201102post-settlement-peacebuilding- create.htmldiakses tanggal 19 februari 2014 Universitas Sumatera Utara lain. Tetapi, peran dalam melakukan upaya perdamaian melalui mekanisme perjanjian perdamaian antar para pihak memiliki porsi yang berbeda. memiliki pertimbangan dalam memilih pihak ketiga atau mediator. Pihak-pihak yang dapat menjadi mediator selain PBB sebagai organisasi internasional, negara-negara anggota PBB juga dapat menjadi mediator. Pada umumnya, negara yang ditunjuk menjadi mediator adalah negara yang memilki hubungan baik dengan kedua belah pihak yang bersengketa sehingga diharapkan mampu membantu untuk menyelesaikan konflik atau masalah yang terjadi antara para pihak tersebut melalui jalan damai. Peace keepingadalah tindakan lebih lanjut apabila upaya peace making gagal dilakukan. Dewan Keamanan PBB kemudian akan mengirimkan pasukan perdamaian seperti dalam upaya peace enforcement tetapi bedanya adalah pasukan perdamaian ini dikirim hanya untuk menjaga warga sipil serta memonitor genjatan senjata antara para pihak yang sedang bermusuhan atau berperang. Namun disisi lain, Dewan Keamanan PBB melalui para diplomat tetap mengupayakan negosiasi untuk menciptakan perdamaian. Pasukan perdamaian yang dikirim dalam misi peace keeping ini juga dapat melakukan tindakan meliter terukur. Tindakan militer terukur ini bukan merupakan bentuk peace enforcement tetapi pasukan militer ini dapat melakukan tindakan militer hanya untuk melindungi warga sipil apabila pertikaian yang terjadi antar kedua belah pihak telah melanggar prinsip-prinsip kemanusian. Maka, pasukan perdamaian dalam misi peace keeping tersebut diperbolehkan untuk melakukan tindakan militer terukur dibawah mandat PBB. Universitas Sumatera Utara Postconflict peacebuildingadalah tindakan yang dilakukan Dewan Keamanan PBB dalam upaya untuk membantu proses pemulihan atau perkembangan suatu negara yang baru terjadi konflik. Akibat dari konflik atau perang yang menghancurkan suprastuktur dan infrastruktur yang ada di suatu negara, maka peran Dewan Keamanan PBB dalam tahap ini adalah membantu negara tersebut untuk membangun kembali sosial, ekonomi, dan politiknya. Dewan Keamanan PBB juga dapat membentuk badan subsider yang bertugas untuk membentuk pemerintahan baru atau membantu membentuk pemerintahan baru pada negara yang tadinya telah hancur akibat konflik yang terjadi. 37 Postconflict peacebuildingadalah tahap yang membutuhkan perhatian yang lebih khusus karena Dewan Keamanan PBB harus memastikan bahwa tidak akan ada lagi perang atau konflik di negara tersebut pada masa yang akan datang. Sehingga, Dewan Keamanan PBB biasanya membuat dasar atau landasan hukum untuk upaya tercapainya perdamaian yang sesungguhnya yaitu perdamaian yang panjang lasting peace. Pada dasarnya, Postconflict peacebuildingdilakukan untuk mencapai perdamaian abadi lasting peace. Wujud yang lebih konkret dari perdamian abadi adalah terwujudnya konsep perdamaian dengan jalur peacebuilding process untuk mewujudkan perdamaian positif positive peace. Pada tahap ini situasi tidak saja didefinisikan sebagai keadaan tanpa konflik kekerasan atau perang tetapi juga keadaan yang ditandai dengan adanya berbagai bentuk mekanisme penyelesaian konflik, adanya keadilan, kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi, sehingga 37 Ibid Universitas Sumatera Utara kerjasama yang baik dapat tercipta demi masa depan yang lebih damai. Sehingga, setelah para pihak berhenti bermusuhan maka upaya Postconflict peacebuilding harus segara dilaksanakan baik dengan cara-cara formal maupun informal sebagai landasan dasar untuk menciptakan perdamaian. Lima konsep perdamaian tersebut adalah landasan utama yang digunakan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai badan yang bertanggungjawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Dewan Keamanan PBB selalu mendasari semua tindakannya dengan kelima konsep perdamaian tersebut. Namun, dalam prakteknya tidak semua konsep perdamaian tersebut dapat diimplementasikan atau dilaksanakan. Perbedaan situasi, masalah, serta variabel- variabel lain yang berbeda dalam setiap konflik juga mempengaruhi setiap tindakan yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai Dewan Keamanan. Tetapi pada umumnya Dewan Keamanan PBB selalu melandaskan semua tindakan perdamaian yang dilakukannya berdasarkan kelima konsep perdamaian tersebut. Lima konsep perdamaian yang berisi langkah-langkah untuk menciptakan perdamaian serta menjaga keamanan dunia secara konsisten terus dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB sampai sekarang. Tujuan utama pembentukan PBB adalah memelihara perdamaian dan keamanan internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, PBB mengambil langkah-langkah bersama secara efektif dalam mencegah dan menghindari ancaman agresi atau pelanggaran lain terhadap perdamaian dan mengusahakan penyelesaian melalui cara-cara damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional Pasal 1 ayat 1 piagam PBB . Dalam kaitan dengan usaha- Universitas Sumatera Utara usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, PBB telah meletakkan lima prinsip dasar dalam piagamnya, yaitu 1. Prinsip untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara damai pasal 2 ayat 3 jo. Bab VI dan VII Piagam. 2. Prinsip untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan Pasal 2 ayat 4 Piagam. 3. Prinsip mengenai tanggung jawab untuk menentukan adanya ancaman Pasal 39. 4. Prinsip mengenai pengaturan persenjataan Pasal 26 Piagam. 5. Prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional Pasal 11 ayat 1 Piagam. 38 Dalam hal ini, jika terjadi sengketa yang mengancam perdamaian dunia, maka, badan-badan PBB yang terlibat dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional turut serta dalam menyelesaikan sengketa tersebut.Dewan Keamanan mempunyai tanggung jawab utama Primary responsibility dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional Pasal 24 ayat 1 Piagam.Wewenang Dewan Keamanan berdasarkan piagam dianggap cukup ekstensif memberi peluang bagi organisasi tersebut.Lebih jauh lagi, hal ini berguna untuk merumuskan dan membedakan kewenangannya dengan wewenang Majelis Umum yang lebih umum dan kurang bersifat paksaan. Wewenang Dewan Keamanan dalam mencapai tujuan utama, khususnya dalam memelihara 38 Suryokusumo, Sumaryo. 1987. Organisasi Internasional. Jakarta: Universitas Indonesiahal 8 Universitas Sumatera Utara perdamaian dan keamanan internasional dilakukan dengan dua cara, yaitu usaha penyelesaian sengketa secara damai Bab VI Piagam dan penyelesaian sengketa secara paksa berupa tindakan terhadap adanya ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi. Bab VII Piagam. Pada hakikatnya wewenang Dewan Keamanan tersebut merupakan konsekuensi logis dari tanggung jawab utama Dewan Keamanan. Bab VI Piagam, mengatur penyelesaian sengketa secara damai, member wewenang Dewan Keamanan untuk membuat rekomendasi prosedur dan syarat-syarat penyelesaian sengketa.Langkah-langkah yang dapat diambil Dewan Keamanan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan penyelidikan terhadap sengketa atau situasi untuk menentukan apakah perdamaian dan keamanan internasional berbahaya. 2. Dapat meminta semua pihak untuk menggunakan cara-cara damai jika situasi membahayakan perdamaian internasional. 3. Merekomendasikan prosedur-prosedur atau metode-metode yang layak untuk penyelesaian, contohnya menyerahkan sengketa hukum ke ICJ. 4. Merekomendasikan syarat-syarat penyelesaian sengketa. Hal yang perlu diperhatikan adalah wewenang untuk meminta pihak- pihak yang terlibat agar menyelesaian sengketa dengan cara damai atau merekomendasi prosedur-prosedur atau metode-metode penyelesaian,serta merekomendasikan syarat-syarat penyelesaian sengketa pada hal-hal yang bersifat Universitas Sumatera Utara menganjurkan recommendatory dan terbatas pada sengketa yang kemungkinan membahayakan perdamaian dan keamanan. Walau demikian, Dewan Keamanan tidak memiliki wewenang berkenaan dengan segala macam sengketa. Tetapi, Dewan Keamanan juga dapat menyelidiki suatu sengketa untuk mengetahui sampai sejauh mana hal tersebut membahayakan perdamaian dan keamanan Negara-negara PBB telah melimpahkan tanggung jawab utama kepada Dewan Keamanan dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.Tanggung jawab Dewan Keamanan tercermin dalam beberapa hal. 1. Meski Dewan Keamanan hanya terdiri dari anggota PBB yang jumlahnya terbatas, tindakan-tindakan yang dilakukan adalah atas nama seluruh anggota PBB. 2. Dewan Keamanan mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan yang mengikat tidak saja pada anggotanya tetapi juga mengikat semua negara anggota PBB dan negara bukan anggota Pasal 2 ayat 6. 3. Hak untuk memutuskan itu dibatasi oleh aturan untuk kebulatan suara rule of unanimity atau yang lazim disebut “Veto”, sehingga kelima anggota DK mempunyai hak untuk memblokir usul-usul yang bersifat non prosedural yang diajukan di Dewan Keamanan termasuk amandemen terhadap piagam. 4. Dewan Keamanan harus dapat berfungsi setiap waktu. 5. Piagam juga memberikan hak kepada Dewan Keamanan untuk menentukan sendiri aturan tata caranya. Universitas Sumatera Utara Badan-badan PBB lain yang berhubungan dengan masalah perdamaian dan keamanan internasional adalah Majelis Umum dan Sekertaris Jenderal. Peranan Majelis Umum menurut pasal 10 Piagam PBB: “Majelis umum dapat membahas semua persoalan atau hal-hal yang termasuk dalam kerangka piagam atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi salah satu organ yang tercantum dalam piagam ...dan membuat rekomendasi-rekomendasi kepada anggota-anggota PBB atau ke Dewan Keamanan” Peranan Majelis dalam pemeliharaan perdamaian terdapat dalam pasal 11 ayat 2 yang menyatakan bahwa.“Majelis dapat membahas dan membuat rekomendasi-rekomendasi mengenai semua persoalan yang berhubungan dengan pemeliharaan keamanan internasional yang diajukan oleh salah satu anggota PBB atau Dewan Keamanan atau oleh satu negara bukan anggota PBB”. Berdasarkan pasal di atas, Majelis Umum berwenang atas berbagai persoalan baik terhadap negara anggotanya maupun bukan. Majelis Umum juga mempunyai kekuasaan untuk intervensi langsung dalam dua hal yakni; Pertama, menurut pasal 11 ayat 3, Majelis dapat menarik perhatian Dewan Keamanan terhadap semua keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan keamanan internasional. Selanjutnya, menurut pasal 14; “Majelis dapat mengusulkan tindakan-tindakan untuk penyelesaian secara damai semua keadaan, tanpa memandang asal-usul yang mengganggu kesejahteraan umum atau membahayakan hubungan baik antar bangsa”. Kekuasaan Majelis ini pun memiliki batas.Pembatasan Majelis Umum terdapat dalam pasal 2 ayat 7, yang melarang semua organ PBB untuk membahas Universitas Sumatera Utara dan membuat rekomendasi-rekomendasi mengenai masalah-masalah yang berada dalam wewenang nasional negara-negara anggota, kecuali dalam melaksanakan tindakan kekerasan yang diambil oleh Dewan Keamanan.Pembatasan khusus diatur dalam pasal 12 Piagam dan 11 ayat 2.Dalam pasal 12, Majelis Umum tidak boleh membuat rekomendasi-rekomendasi terhadap persoalan-persoalan atau keadaan-keadaan yang sedang dibahas Dewan Keamanan.Atas dasar tanggung jawab Dewan Keamanan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perdamaian. Seandainya, Dewan Keamanan gagal mengambil langkah-langkah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional karena Veto dari negara anggota tetapnya, maka, Dewan Keamanan dapat melimpahkan kepada Majelis Umum atas tanggung jawab residual residual responsibility. Akan tetapi, hal ini dianggap kurang efektif karena keputusan yang diambil hanya bersifat rekomendatif.Harapan agar Dewan Keamanan mengambil keputusan dengan cepat dalam menghadapi masalah genting sering tidak dapat dipenuhi.Dewan sering kali tidak dapat mengambil keputusan karena diveto oleh salah satu anggota tetapnya.Dengan memperhatikan kenyataan itu, maka, Majelis Umum berkali-kali mengajukan appeal kepada Dewan Keamanan agar melaksanakan kewajibannya dengan lebih baik. Salah satu appeal yang terpenting adalah resolusi Majelis Umum pada 13 November 1950, kemudian dikenal dengan sebutan Uniting for peace Resolution. Resolusi ini menyatakan, berhubung Dewan Keamanan tidak dapat mencapai suatu kesepakatan di antara negara-negara anggota tetapnya dan gagal dalam menunaikan tugas sebagai penanggungjawab utama dalam perdamaian dunia, Universitas Sumatera Utara maka, Majelis Umum akan segera membicarakan masalah tersebut agar dapat memberikan rekomendasi kepada semua anggota untuk mengambil tindakan kolektif. Termasuk penggunaan kekerasan senjata jika dianggap perlu. Meski sebagian besar keputusan Majelis Umum hanya bersifat rekomendatif, tetapi karena mayoritas anggota PBB hadir dalam sidang majelis, maka, kecenderungan negara anggota PBB seolah-olah menghormati keputusan itu mengikat secara hukum. Sekretaris Jenderal juga mempunyai hak untuk meminta perhatian Dewan Keamanan yang menurutnya dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional Pasal 99 Piagam PBB.Ketentuan ini adalah hal baru bagi para pendiri PBB dan tidak ingin mengulangi kesalahan PBB yang tidak memberikan wewenang kepada Sekretaris Jenderalnya untuk mengambil prakarsa atas keadaan yang dapat mengancam perdamaian. 39 Dalam kaitannya dengan pasal 99 Piagam, pada 1960 Sekretaris Jenderal pernah meminta perhatian Dewan Keamanan mengenai krisis Kongo, dan pada 1961 untuk melaporkan situasi di Tunisia atas tuduhannya terhadap Prancis. Pada 1979, Sekretaris Jenderal meminta Dewan Keamanan untuk bersidang Sekretaris Jenderal dalam sistem PBB dapat melancarkan tanda bahaya dan memainkan peranan penting dalam masalah yang menyangkut kepentingan masyarakat dunia pada umumnya. Dalam beberapa hal, Dewan Keamanan juga meminta Sekretaris Jenderal PBB untuk memberikan jasa-jasa baiknya dalam mencari penyelesaian sengketa secara damai. 39 http:journal.unas.ac.idindex.phpilmu-budayaarticledownload3928diakses tanggal 18 februari 2014 Universitas Sumatera Utara membicarakan penahanan staf diplomatik Amerika Serikat di Teheran.Hal ini menunjukkan Sekjen turut mengambil inisiatif terhadap masalah-masalah yang mengganggu perdamaian dan keamanan internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB memiliki 6 badan-badan utama.Salah satunya adalah Dewan Keamanan.Dewan Keamanan memiliki wewenang yang diberikan oleh anggota-anggota PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.Dan selaku penerima mandat, Dewan Keamanan PBB harus mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional seperti yang tertuang dalam pasal 24 ayat 1 Piagam. Hal ini menunjukkan walaupun Dewan Keamanan hanya beranggotakan 15 negara, tetapi setiap tindakan yang dilakukannya adalah atas nama seluruh anggota PBB. Demi terciptanya perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan PBB menempuh dua pendekatan, yakni penyelesaian sengketa internasional secara damai dan penyelesaian sengketa secara paksa. Cara- cara penyelesaian sengketa secara damai meliputi: perundingan negotiation, arbitrase arbitration, penyelesaian yudisial judicial settlement, penyelidikan inquiry, dan penyelesaian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa Pasal 33 Piagam. Sementara, penyelesaian sengketa secara paksa meliputi: perang, retorsi retorsion, tindakan-tindakan pembalasan reprisals, blockade secara damai pacific blockade, dan intervensi intervention Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai yang bersifat tradisional seperti disusun dalam pasal 33 Piagam, merupakan upaya dasar bagi proses Universitas Sumatera Utara penyelesaian. Beberapa ragam dan penyempurnaan cara-cara tradisional telah dikembangkan oleh PBB, antara lain 40 1. Perundingan, merupakan cara yang paling umum untuk menyelesaikan sengketa. Cara ini melibatkan pada pembicaraan secara langsung diantara pihak-pihak yang bersengketa dengan tujuan untuk mencapaisuatu persetujuan. 2. Jasa-jasa baik, merupakan satu-satunya upaya penyelesaian sengketa yang tidak termuat dalam pasal 33 Piagam, tetapi sering digunakan oleh badan badan PBB. Jasa-jasa baik melibatkan bantuan dari pihak ketiga atau negara yang bukan menjadi pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dalam memberikan jasa baiknya hanya dapat menawarkan suatu saluran komunikasi atau kemudahan bagi pihak-pihak yang bersangkutan tetapi tidak menawarkan saran apapun bagi bagi syarat-syarat penyelesaian. 3. Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga yang bias berupa negara, organisasi internasional atau individu. Pihak ketiga ikut pula dalam negosiasi yang dilangsungkan para pihak yang bersengketa. 4. Konsiliasi yaitu cara penyelesaian sengketa secara damai oleh suatu organ yang telah dibentuk sebelumnya atau kemudian atas kesepakatan pihak yang bersengketa. 5. Penyelidikan adalah suatu proses pembentukan misi perdamaian yang terdiri dari kelompok penyelidik yang netral. 40 Merrils.J,G. 1986. Penyelesaian Sengketa internasional. Bandung: Tarsito.hal 72 Universitas Sumatera Utara 6. Arbitrase adalah penyerahan sukarela kepada pihak ketiga yang netral serta putusan yang dikeluarkan sifatnya final dan mengikat. 7. Penyelesaian sengketa di bawah pengawasan PBB ditentukan oleh tujuan dasar dari PBB dan kewajiban-kewajiban anggota-anggotanya. Salah satu tujuan dasar pembentukan PBB adalah penyelesaian sengketa secara damai atas sengketa antar negara. Adapun salah satu kewajiban anggota PBB adalah mereka harus menahan diri untuk mengancam perang atau menggunakan kekerasan. Peranan PBB dalam penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan melalui penyelesaian secara politik dan hukum. Penyelesaian sengketa secara politik dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan sedang penyelesaian sengketa secara hukum dilakukan oleh Mahkamah Internasional. 8. Penyelesaian Hukum merupakan proses untuk menyampaikan perselisihan kepada Mahkamah Internasional untuk memperoleh keputusan Apabila negara-negara yang bersengketa tidak mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa secara damai, mungkin, cara pemecahannya dengan melalui cara-cara kekerasan. Masing-masing sarana kekerasan itu adalah sebagai berikut. 1. Perang dan tindakan bersenjata non perang. Perang dan tindakan non perang bertujuan untuk menaklukan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat penyelesaian dan negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternatif selain mematuhinya. Tidak Universitas Sumatera Utara setiap pertikaian bersenjata disebut sebagai perang. Suatu sengketa dianggap sebagai perang dan dapat diterapkan hukum perang ditentukan oleh hal sebagai berikut: 1 besarnya konflik, 2 tujuan para pihak yang bersengketa, 3 sikap dan reaksi pihak ketiga. Jadi, perang adalah pertikaian senjata yang memenuhi persyaratan tertentu, yakni pihak yang bersengketa adalah negara dan disertai dengan pernyataan perang. Sedang pertikaian bersenjata bukan perang adalah pertikaian bersenjata yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan bagi perang. 2. Retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan yang tidak pantas atau tidak patut dari negara lain. Balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di dalam konferensi kehormatan negara yang kehormatannya dihina, misalnya merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan previlege-previlege diplomatik. 3. Tindakan-tindakan pembalasan adalah metode yang dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan. Perbedaan antara tindakan pembalasan dan retorsi adalah pembalasan mencakup tindakan yang pada umumnya boleh dikatakan sebagai perbuatan ilegal sedang retorsi meliputi tindakan yang sifatnya balas dendam yang dibenarkan oleh hukum. Universitas Sumatera Utara 4. Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai. Kadang-kadang digolongkan sebagai suatu pembalasan, pada umumnya tindakan itu ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara yang memblokade. 5. Intervensi adalah campur tangan secara diktator oleh suatu negara terhadap urusan dalam negeri lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah keadaan, situasi atau barang di negara tersebut. Dalam dokumen-dokumen internasional, kata intervensi terdapat dalam pasal 2 7 dan pasal 2 4 Piagam PBB.Pasal ini mensyaratkan bahwa organisasi PBB dilarang untuk ikut campur tangan dalam urusan domestik suatu negara, kecuali dalam rangka memelihara perdamaian menurut Bab VII Piagam. Kata intervensi dalam pasal 2 7 ini mengandung dua pandangan yang berbeda.Pandangan yang pertama berpendapat bahwa kata intervensi harus diintepretasikan dalam arti teknis hukum internasional yang berarti suatu penggerogotan kedaulatan atau “intervensi diktator”.Pandangan yang kedua berpendapat bahwa kata intervensi dalam pasal tersebut hanya merupakan pengertian “kamus” saja.Yaitu intervensi biasa.Untuk mendukung pendapatnya, pandangan ini mengemukakan bahwa hanya Dewan Keamanan saja yang mempunyai kemampuan untuk bertindak sehingga dapat menimbulkan akibat hukum. Universitas Sumatera Utara Menurut Starke hanya ada empat macam jenis intervensi yang diperkenankan, yaitu. 1. Kolektif intervensi menurut piagam PBB. Dalam kaitan ini intervensi yang dimaksud adalah tindakan penegakan yang dilaksanakan menurut keputusan Dewan Keamanan PBB sesuai dengan Bab VII atau setiap tindakan yang disetujui oleh Majelis Umum berdasarkan Uniting For Peace Resolution. 2. Dalam rangka melindungi hak-hak, kepentingan dan keselamatan warga negaranya di luar negeri. 3. Dalam rangka melindungi negara protektorat. 4. Jika negara yang melakukan intervensi itu disalahkan karena melanggar hukum internasional. Cara-cara penyelesaian sengketa di atas, baik dilakukan secara damai maupun secara paksa merupakan upaya menghindari terjadinya konflik lebih luas yang memungkinkan terganggunya perdamaian dan keamanan internasional. Namun, jika upaya-upaya penyelesaian sengketa secara damai gagal dan pihak yang berkonflik tidak mematuhi Piagam PBB, khususnya Bab IV yakni mengadakan tindakan-tindakan yang mengancam perdamaian, melanggar perdamaian, dan negara tersebut tetap melancarkan agresi terhadap negara lain, maka, Dewan Keamanan dapat menjatuhkan sanksi kepada negara tersebut melalui sebuah resolusi. Sanksi yang dapat dikenakan kepada negara yang tidak mematuhi Piagam PBB tersebut berupa sanksi ekonomi, pemutusan hubungan Universitas Sumatera Utara ekonomi,komunikasiudara, laut, kereta api, ptt, radio dan komunikasi lainnya, baik sebagian maupun seluruhnya serta memutuskan hubungan diplomatik. 41 B. Efektivitas Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menjaga dan Memelihara Perdamaian Dunia Dengan sanksi ekonomi tersebut diharapkan agar negara yang melakukan agresi segera menghentikan agresinya.Namun, jika sanksi ekonomi dirasakan tidak memadai, kurang efektif dan masih tetap tidak ditaati, maka, Dewan Keamanan dapat menerapkan sanksi militer. Tindakan-tindakan tersebut meliputi demonstrasi, blokade, dan operasi militer melalui udara, laut dan darat yang dilakukan oleh negara-negara anggota sesuai dengan pasal 42 Piagam PBB.Sanksi-Sanksi tersebut pernah dijatuhkan kepada Libya, Irak, dan beberapa negara lainnya. Dengan demikian, sanksi ekonomi yang dikenakan pada sesuatu negara, dimaksudkan agar negara tersebut tidak lagi memperoleh kebutuhan-kebutuhan strategis, sehingga tidak lagi ada lagi pilihan lain kecuali mentaati keputusan Dewan Keamanan PBB. Selama Bertahun-tahun sudah sering diperdebatkan bahwa efektivitas Dewan Keamanan sedang dirusak oleh penggunaan veto yang berlebihan. Dalam tahun-tahun belakangan ini penggunaan veto sudah sangat berkurang. Dalam banyak kejadian Dewan Keamanan masih belum dapat mengambil keputusan- atau sekurang-kurangnya mengambil suatu keputusan yang oleh banyak negara 41 Suryokusumo, Sumaryo. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional. Bandung: Alumni.Hal 21 Universitas Sumatera Utara dianggap memadai untuk situasi saat itu oleh karena tidak adanya Konsensus yang diperlukan di antara para anggotanya. Bahkan ketika Dewan Keamanan telah mengambil suatu keputusan, sebagaimana halnya dengan resolusi tanggal 22 November 1967, yang menggariskan cara-cara penyelesaian Timur Tengah, Dewan Keamanan masih belum mungkin untuk menjamin pemenuhan keputusan tersebut. Oleh pihak- pihak yang berkepentingan ketidakefektifan relatif Dewan Keamanan ini didalam melaksanakan tanggungjawabnya-tanggungjawabnya telah merupakan sumber perhatian yang utama bagi negara-negara anggota dan bagi seluruh rakyat yang berkepentingan dalam apa yang seharusnya dicapai oleh PBB. 42 Fungsi-Fungsi Dewan Keamanan secara kasar dapat digolongkan kedalam 2 kategori, Pertama, fungsi-fungsi konstituante yang berhubungan dengan masalah-masalah seperti keanggotaan, perujudan Sekretariat Jenderal, pemilihan Ini juga sangat kontras dengan pernyataan-pernyataan yang dibuat pada mulanya yang mengatasnamakan Perserikatan Bangsa-Bangsa pengganti dari Liga Bangsa-Bangsa.Kemudian ditekankan bahwa organisasi baru ini mempunyai “gizi” yang tidak dimiliki oleh Liga Bangsa-Bangsa, Sebagai alat yang membantu menguatkan keputusan-keputusannya. Tanpa tujuan umum dan alat yang dimufakati itu, Dewan Keamanan sering kali tidak lebih dari sebuah organ diskusi belaka. Tetapi meskipun kadang-kadang tidak ada pemufakatan diantara para anggotanya, Dewan Keamanan telah melaksanakan tanggungjawab- tanggungjawabnya dengan agak berhasil daripada yang telah diakui. 42 James Barros,PBB dulu kini dan esok,Bumi Aksara,Jakarta,1984 Hal 40 Universitas Sumatera Utara hakim-hakim, dan pembentukan organ-organ subside ; dan yang kedua, fungsi- fungsi substantif, dalam pemeliharaan-pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, yang berhubungan dengan penanganan perselisihan-perselisihan dan situasi-situasi tertentu dan perluasan rencana-rencana yang mungkin untuk pengaturan persenjataan. Kefektifan pekerjaan Dewan Keamanan dapat kita tinjau dari kedua kategori pokok ini. Menurut piagam, sebuah negara disahkan menjadi anggota PBB dengan keputusan Majelis Umum dan berdasarkan rekomendasi Dewan Keamanan.Dewan Keamanan dihubungkan dengan Majelis Umum dalam pengesahan para anggota baru karena tanggungjawab utamanya untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional sebagai salah satu tujuan organisasi tersebut. Oleh karena telah diputuskan di San Fransisco bahwa keanggotaan PBB tidaklah bersifat otomatis dan ada beberapa persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, termasuk kemauan dan kesanggupan menjalankan kewajiban-kewajiban keanggotaan PBB tidak bersifat otomatis dan ada beberapa persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, termasuk kemauan dan kesanggupan menjalankan kewajiba- kewajiban keanggotaan, agaknya beralasan bahwa dewan keamanan harus mengambil bagian tersebut. Menurut Piagam, fungsi Dewan Keamanan dalam proses tertentu tersebut berfungsi membuat keputusan awal tentang apakah sebuah calon anggota memenuhi syarat dan kemudian memberikan kepada Majelis Umum tanggungjawab untuk membuat keputusan akhir. 43 43 Ibid, hal 42 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian secara tiba-tiba Dewan Keamanan perpindah dari pengekangan yang berlebihan kepada sikap serta boleh sangat longgar.Hanya yang berkenaan dengan negara-negara terbagi dua saja keberatan-keberatan pengakuan kadang masih dipertahankan. Kasus khusus negara-negara terbagi para penganjur universalitas hanya mempunyai sedikit alasan untuk menganjurkan keluhan terhadap tingkah laku Dewan Keamanan. Pelaksanaan tanggungjawab-tanggungjawab Dewan Keamanan secara penuh dalam berurusan dengan perselisihan-perselisihan dan situasi-situasi internasional sejak dari mula diketahui tergantung pada penyelesaian rencana rencana tertentu yang diuraikan dalam Piagam yang menyaratkan tindakan berikutnya dari Dewan Keamanan itu sendiri. Dalam satu hal, Piagam dengan implikasi yang ada didalamnya menetapkan, dan ini secara jelas telah dipahami di San Fransisco, bahwa kekuasaan Dewan Keamanan untuk mengambil keputusan- keputusan yang mengikat para anggota dalam hal penggunaan kekuatan-kekuatan bersenjata akan tergantung pada kesimpulan atas persetujuan-persetujuan khusus dengan mana para anggota akan berusaha menempatkan pasukan-pasukan dan fasilitas-fasilitas yang membantu dewan keamanan. Artikel 43 dari piagam mempersiapkan pencapaian kesimpulan atas persetujuan-persetujuan itu antara dewan keamanan dan anggota. Beberapa hal tertentu yang berkaitan dengan pengembalian perdamaian- perdamaian setelah Perang Dunia II telah dikeluarkan dari Dewan Keamanan oleh ketetapan Piagam dan persetujuan anggota-anggota tetap. Contohnya serangan Universitas Sumatera Utara Korea Utara terhadap Korea Selatan yang dibawakan ke depan Dewan Keamanan sebagai suatu yang dinyatakan merupakan pelanggaran dan tindakan agresi. 44 Dalam keadaan-keadaan dimana suatu konflik bersenjata sesungguhnya terjadi atau dimana terdapat suatu gerakan pasukan militer melintasi perbatasan- perbatasan nasional, sebagai langkah pertama Dewan Keamanan biasanya meminta pihak-pihak yang bersangkutan untuk menarik pasukan-pasukan mereka dan menghentikan permusuhan-permusuhan yang timbul. 45 Dalam berurusan dengan situasi palestina 1948, Dewan Keamanan meminta pihak-pihak yang bersengketa untuk mengusahakan kesepakatan gencatan senjata dengan perundingan-perundingan yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui penengah sementara acting mediator.untuk membantu pelaksanaan penghentian pertempuran atau gencatan senjata, Dewan Keamanan dapat memutuskan untuk mengirim peninjau PBB agar melaporkan pelangaran- pelanggaran yang dilakukan oleh pihak yang bersengketa dan mengadakan diskusi-diskusi dengan penguasa setempat untuk menyelesaikan pelanggaran- pelanggaran kecil. Dalam masalah-masalah persetujuan gencatan senjata Timur- Kemudian Dewan Keamanan dapat membentuk suatu komisi penyelidik dengan kekuasaan sebagai perantara atau penawar jasa-jasa baik untuk datang ketempat persengketaan dan memberi informasi yang berkenaan dengan kenyataan-kenyataan dari situasi tersebut kepada Dewan Keamanan dan berdasarkan tangungjawab sendiri berusaha mengadakan diskusi dengan tujuan mencapai kesepakatan dalam cara- cara pengehentian pertempuran dan gencatan senjata. 44 http:id.wikipedia.orgwikiPerang_Koreadiakses tanggal 22 februari 2014 45 Barros, PBB dulu kini,Op.Cit., hal 49 Universitas Sumatera Utara Tengah, Dewan Keamanan member kuasa kepada Personil Truce Supervision Organization organisasi pengawas gencatan senjata untuk membantu pihak- pihak yang bersengketa dalam mencapai penyelesaian dan meminta kepada staf- nya melaporkan hasil peninjauannya. 46 Efektifitas kinerja Dewan Keamanan terkini dapat dilihat dari krisis politik dan kemanusiaan terus di Suriah. Sebagaimana diketahui, sejak Januari 2011 Presiden Suriah Bashar al-Assad berperang melawan pemberontak sipil Suriah yang menuntut pembaharuan politik dan meminta Presiden Bashar mundur dari kursi kekuasaan. Sebagai lembaga pemelihara perdamainan dan keamananan internasional,Dewan Keamanan PBB kemudian mengajukan rancangan resolusi untuk mengecam kekerasan yang dilakukan oleh rezim Bashar terhadap rakyat sipil di Suriah. Akan tetapi, resolusi itu gagal terwujud lantaran Rusia dan China sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB terus memveto rancangan resolusi tersebut hingga tiga kali. 47 46 Barros, PBB dulu kini,Op.Cit., hal 51 Resolusi itu sendiri dirancang untuk menekan Presiden Suriah Bashar al- Assad dan menghentikan konflik yang telah menewaskan ribuan orang.Dewan Keamanan PBB lebih memfokuskan pada upaya menciptakan perdamaian di Suriah, bukan malah mempermasalahkan kedudukan Presiden Suriah Bashar al- Assad. Jika Dewan Keamanan PBB menitikberatkan fokus perhatian pada kedudukan Presiden Suriah Bashar al-Assad niscaya kesamaan sikap dan suara bulat tidak akan dapat tercapai. 47 http:budisansblog.blogspot.com201209krisis-suriah-dan-peran-dk-pbb.html diakses tanggal 21 februari 2014 Universitas Sumatera Utara Bahkan, Kegagalan Dewan Keamanan untuk bersuara bulat dalam mengeluarkan resolusi guna mengatasi krisis di Suriah menyiratkan pesan penting kepada dunia internasional bahwa ada sesuatu yang salah something wrong di internal Dewan Keamanan. Kegagalan Dewan Keamanan itu juga sekaligus sebagai bentuk konfirmasi mengenai perlunya pembaharuan komposisi keanggotaan Dewan Keamanan. 48 C. Intervensi Terhadap Konflik Internal Yang Mengancam Perdamaian Dunia Keberhasilan Dewan Keamanan yang terbatas itu tidak menandakan adanya kesalahan dalam pemikiran dasar piagam yang menyatakan bahwa kekuasaan harus menyaratkan persetujuan kekuatan-kekuatan besar.Sangatlah sukar untuk membayangkan bagaimana Dewan Keamanan dapat menjadi lebih efektif jika Dewan Keamanan tersebut dapat mengambil keputusan-keputusan dengan pemilihan suara mayoritas atau sederhana tanpa mensyaratkan persetujuan anggota tetap.Kenyataan dalam hubungan-hubungan internasional dalam periode setelah perang dunia II lah yang bertanggung jawab atas keberhasilan- keberhasilan yang terbatas ini bukan struktur dan prosedur pemilihan suara dalam Dewan Keamanan. Intervensi humanitarian berasal dari bahasa Inggris “humanitarian intervention” yang berarti langsung intervensi kemanusiaan atau intervensi humanitarian. Intervensi humanitarian berarti tindakan ikut campur atau 48 Barros, PBB dulu kini,Op.Cit., hal 57 Universitas Sumatera Utara menengahi masalah dalam negeri sebuah negara, yang dilakukan oleh 1 atau beberapa negara, yang tergabung ataupun tidak, dalam sebuah komunitas internasional atas nama kemanusiaan. Dalam definisi ini, dapat dilihat bahwa tujuan utama intervensi humanitarian adalah penghentian pelanggaran hak asasi manusia dalam segala bentuk. 49 1. Just cause: intervensi militer boleh dilakukan bila negara sasaran perang itu benar-benar dalam kondisi bencana kemanusiaan; bila ada realitas ‘kehilangan jiwa dalam skala besar’ atau ‘pembersihan etnis dalam skala besar’. bahwa pada dasarnya, Hukum Internasional memiliki itikad baik untuk melindungi umat manusia dari pelanggaran HAM berat yang dilakukan pemerintah suatu negara. Hukum Internasional dianggap sah bila memenuhi empat kriteria berikut ini: 2. Just intention: intervensi militer harus dilakukan dengan tujuan yang benar, yaitu untuk menghentikan penderitaan manusia. 3. Just authority: keputusan intervensi militer harus diambil oleh otoritas yang paling berhak yaitu PBB 4. Last resort: intervensi militer hanya boleh dilakukan ‘jika dan hanya jika’ semua upaya damai lain sudah dilakukan dan tidak menemui hasil. 50 49 http:repository.unhas.ac.idbitstreamhandle1234567896630skripsi20full.pdf?sequ ence=2 diakses tanggal 23 februari 2014 50 http:indonesian.irib.irwacana-asset_publishermkD7contentdisertasi-tentang- hipokritas-humanitarian-intervention diakses tanggal 23 februari 2014 Universitas Sumatera Utara Intervensi kemanusiaan telah lama menjadi praktek dalam masyarakat internasional. Hal ini telah dilakukan oleh negara-negara secara individual atau kolektif, misalnya intervensi kemanusiaan yang dilakukan oleh Rusia di Turkiatas nama kaum nasionalis Bulgaria Tahun 1877, intervensi Amerika Serikat di Kuba Tahun 1898, Prancis melakukan intervensi di Syria Tahun 1860, dan Negara- negara besar Eropa ditambah Jepang melakukan intervensi di China Tahun 1900. 51 Praktek ini terus berlanjut hingga dewasa ini.Hal ini dapat dilihat dariintervensi-intervensi kemanusiaan yang dilakukan di Somalia Tahun 1992, diRwanda tahun 1994, di Haiti Tahun 1994, di Boznia-Herzegovina Tahun 1992- 1995, di Kosovo Tahun 1998-1999, di Siere Leone Tahun 1999, 52 Dewan Keamanan PBB bahkan mulai menilai pelanggaran hak asasi manusia secara besar-besaran dan konflik sipil sebagai ancaman terhadap dan di Libya Tahun 2011.Pelaksanaan intervensi kemanusiaan di berbagai tempat tersebut selalu diikuti dengan pro dan kontra.Bagi yang pro atas tindakan intervensi kemanusiaan, tindakan tersebut dipandang sebagai jalan keluar yang tepat untuk membebaskanorang-orang yang mengalami tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM berat dari penindasan yang dialami di dalam wilayah suatu negara.Sedangkan bagi mereka yang kontra dengan tindakan intervensi kemanusiaan berpendapat bahwa pelaksanaan tindakan tersebut melemahkan kedaulatan negara, berpotensi merusak aturan yang ada di dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. 51 http:www.academia.edu4459095INTERVENSI_KEMANUSIAAN_DALAM_KER ANGKA_PIAGAM_PBBdiakses tanggal 24 februari 2014 52 http:kopiitunikmat.blogspot.com201208operation-uphold-democracy-di- haiti.htmldiakses tanggal 24 februari 2014 Universitas Sumatera Utara keamanan internasional, yang mana menjadi salah satu syarat utama diizinkannya penggunaan kekuatan militer untuk melakukan intervensi.Di era ini juga, kebanyakan intervensi humanitarian dilakukan beberapa negara, yang diotorisasi oleh Dewan Keamanan PBB.Ini memperlihatkan bukti transparan bahwa PBB telah mulai menerima adanya intervensi humanitarian.Hal ini dapat dilihat juga pada jumlah intervensi kemanusiaan yang diotorisasi Dewan Keamanan PBB melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB.Sejak 1989, PBB telah mengotorisasi intervensi humanitarian dalam bentuk penjatuhan embargo sebanyak 14 kali dan intervensi militer sebanyak 11 kali hingga 2001. 53 Kategori yang ke-2 adalah intervensi yang bersifat memaksa. Intervensi inilah yang dikenal sebagai intervensi militer. Intervensi dengan menggunakan kekuatan militer ini dijadikan pilihan terakhir untuk mengatasi konflik dalam suatu negara apabila upaya damai dan persuasif menemui jalan buntu. Contoh penerapan intervensi ini adalah intervensi NATO ke Kosovo dan Libya. Intervensi dengan menggunakan aset-aset militer NATO utamanya kekuatan udara dilakukan setelah berbagai upaya damai yang dilakukan sebelumnya gagal. Dalam kasus di Libya, beberapa upaya dan intervensi non-militer telah dilakukan oleh beberapa negara seperti Amerika Serikat, Swiss, dan beberapa negara lainnya berupa pembekuan aset Moammar Khadafy yang ada di negara mereka. PBB pun juga telah berusaha melalui himbauan, seruan, dan penjatuhan embargo melalui beberapa Resolusi Dewan Keamanan PBB atas Libya agar Khadafy mau menghentikan penggunaan kekuatan militer terhadap rakyatnya sendiri. Tetapi 53 http:sam.gov.trwp-contentuploads201202SabanKardas2.pdf diakses tanggal 24 februari 2014 Universitas Sumatera Utara karena tidak berhasil, PBB melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1973 mengotorisasi pelaksanaan operasi militer ke Libya oleh pasukan koalisi di bawah pimpinan NATO. Dalam kasus di Libya, dikeluarkannya Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1970 dan No. 1973 mengenai penjatuhan sanksi dan pengesahan intervensi militer sebagai upaya penghentian kekerasan yang terjadi di Libya dilakukan berdasarkan voting dalam Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara yang terdiri atas 5 negara anggota tetap Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, dan Cina dan 10 negara anggota tidak tetap Bosnia Herzegovina, Kolombia, Libanon, Nigeria, Portugal, India, Jerman, Brazil, Gabon, dan Afrika Selatan. 10 dari negara-negara tersebut menyetujui dilakukannya intervensi dan 5 lainnya yaitu Cina, India, Rusia, Jerman, dan Brazil menyatakan abstain. Dewan Keamanan PBB segera mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1973 segera setelah pemungutan suara tersebut mengeluarkan hasil. Resolusi ini sebagai bentuk otorisasi dilakukaknnya intervensi militer oleh negara-negara anggota PBB di Libya sebagai upaya terakhir menghentikan pelanggaran hak asasi manusia di negara tersebut, dengan bekerjasama penuh dengan Dewan Keamanan PBB sebagai akibat sikap cuek pemerintah Libya atas sanksi embargo melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1970 terhadap mereka. 54 Dilema masyarakat internasional saat ini adalah penghormatan atas kesucian kedaulatan suatu negara di satu pihak, di pihak lain moralitas 54 http:kendesdesdotcom.wordpress.com20110507libya diakses tanggal 23 februari 2014 Universitas Sumatera Utara internasional menghendaki PBB melakukan intervensi atas pelanggaran HKI dan HAM besar-besaran dalam konflik suatu negara. Semua negara anggota PBB terikat pada Piagam PBB.Pada pasal 1 ayat 7 dikatakan, PBB tidak mempunyai hak untuk intervensi terhadap masalah dalam negeri suatu negara.Namun, Dewan Keamanan DK, yang bertanggung jawab untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional pasal 24, boleh melakukan intervensi guna memaksakan perdamaian, termasuk melalui kekuatan militer. Mandat ini dikandung dalam Bab VII Piagam tentang tindakan terhadap ancaman perdamaian, pelanggaran perdamaian dan agresi action with respect to threats to peace, breaches of peace, and acts of aggression. Pada era Perang Dingin, hak itu digunakan di Perang Korea dan Perang Teluk awal 1990-an saat Presiden George Bush dari AS mendeklarasikan the New International Order. Kini Bab VII juga digunakan untuk konflik internal lewat operasi perdamaian.Seringkali penggelaran operasi perdamaian atas dasar Bab VII dilakukan dalam situasi yang bukan merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.Kasus Timtim umpamanya, bagaimanapun kehancuran dan kekejian yang terjadi, bukanlah ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Di lain pihak, untuk kasus-kasus yang jelas merupakan ancaman, misalnya konflik di Bosnia, Kosovo, dan terakhir di Kongo yang amat berbahaya karena keterlibatan pasukan banyak negara Afrika, Dewan Keamanan PBB justru enggan memaksakan perdamaian. Bisa dimaklumi jika sejak Kosovo dan Timtim negara-negara Afrika protes di berbagai forum PBB karena operasi perdamaian di Afrika justru sangat Universitas Sumatera Utara lemah untuk memaksakan perdamaian terhadap berbagai konflik parah di Benua Hitam itu. Tindakan-tindakan Dewan Keamanan itu lebih mencerminkan kepentingan beberapa anggota tetap, terutama AS, Inggris, dan Perancis.Hal ini terjadi karena komposisi DK yang anakronistik, yakni berubah hanya satu kali sejak PBB berdiri tahun 1945, dan dianggap tidak mewakili seluruh masyarakat internasional maupun kepentingannya. Waktu PBB berdiri, anggotanya adalah 51 negara, sebelas di antaranya duduk di Dewan Keamanan lima anggota tetap dan enam anggota tidak tetap. Kini anggota PBB berjumlah 188 negara, tetapi Dewan Keamanan hanya 15. Inggris dan Perancis semakin kehilangan legitimasinya menjadi anggota tetap dengan berbagai prerogatifnya, seperti Hak Veto, sementara telah tumbuh negara-negara penting yang tidak duduk sebagai anggota tetap, misalnya Jepang dan Jerman.Upaya pembaharuan dan perluasan keanggotaan Dewan Keamanan PBB telah berjalan sejak Januari 1994, namun sampai sekarang belum mendapatkan titik temu.Selain itu, perubahan komposisi itu harus dilakukan melalui perubahan Piagam PBB, yang harus disetujui dan diratifikasi kelima anggota tetap. Universitas Sumatera Utara

BAB IV RESTRUKTURISASI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-