Kondisi Normal Kondisi Beban dan Modulus Standard Kondisi Beban Berlebih

114

IV.4 Pembahasan Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi berupa tabulasi dari respon struktur perkerasan dan repetisi serta grafik-grafik yang bertujuan untuk memperjelas tabulasi yang dihasilkan. Pada subbab ini akan dibahas hasil evaluasi dari salah satu desain struktur perkerasan sebagai acuan dasar untuk melihat hasil evaluasi yang disajikan pada subbab sebelumnya. Desain struktur perkersan yang akan dibahas adalah hasil evaluasi dari desain struktur perkerasan f3 pada halaman 90-92. Pada hasil evaluasi selain table dan grafik disajikan juga tebal perkerasan cm dan properties material tiap lapis perkerasan. Pada lapisan timbunan pilihan struktur perkerasan f3 terdapat 3 ketebalan yaitu 25,20,15 cm dan pada subgrade terdapat 5 kondisi tanah dasar yaitu 25, 30, 40, 50, 60 Mpa. Makna dari hal ini yaitu, subgrade dengan 25 Mpa tebal timbunan pilihannya sebesar 25 cm, 30 Mpa sebesar 20 cm, 40 Mpa sebesar 15 cm sedangkan 50 dan 60 Mpa tidak memerlukan lapis timbunan pilihan.

IV.4.1 Kondisi Normal Kondisi Beban dan Modulus Standard

Evaluasi pada kondisi normal ini dapat menjabarkan tujuan pertama pada bab 1 yaitu evaluasi desain perkerasan terhadap beban standard dan repetisi yang disyaratkan. Pada evaluasi kondisi normal ini disajikan grafik renggangan dalam microstrain dan grafik CBR perkeraan terhadap repetisi Nf dan Nd yang dihasilkan dari metode mekanistik yang menjadi umur perkerasan pavement life. Dari grafik 4.9 dan grafik 4.10 dapat dilihat bahwa semakin besar nilai regangangan yang terjadi pada suatu bagian desain perkerasan maka repetisi pavement life perkerasan tersebut semakin kecil. 115 Grafik 4.10 memperlihatkan desain perkerasan dengan variasi CBR tanah dasar pada sumbu horizontal dan pavement live pada sumbu vertikal. Desain perkerasan f3 dengan CBR 2.5 dan 3 persen memiliki umur retak dibawah repetisi minimum yang disyaratkan oleh Bina Marga tetapi memiliki umur alur diatas repetisi maksimum yang disyaratkan. Desain perkerasan f3 dengan CBR 4 dan 5 persen umur retak dan alur berada dalam batas minimum dan maksimum repetisi yang disyaratkan, tetapi tidak dapat mencapai repetisi maksimum. Sedangkan desain perkerasan f3 dengan CBR 6 mencapai repetisi maksimum yang disyaratkan pada umur retak dan umur alur tercapai masih didalam batas minimum dan maksimum repetisi yang disyaratkan.

IV.4.2 Kondisi Beban Berlebih

Grafik yang disajikan pada pembebanan dapat menjabarkan tujuan kedua dan keempat pada bab 1. Grafik 4.11 memperlihatkan efek beban berlebih terhadap umur retak dan alur juga umur rencana. Dengan membuat grafik evaluasi desain mekanistik perkerasan terhadap pembebanan dapat ditentukan kontrol terhadap pembebanan berlebih tergantung dengan struktur perkerasan yang akan didesain. Pembebanan 125 Psi mengakibatkan penurunan umur perkerasan 88 pada retak dan 83 pada alur, sedangkan pembebanan 200 Psi menyebabkan pengurangan 99 umur retak dan 97 alur dari repetisi yang dihasilkan pembebanan 70 Psi. 116 Selain persentase penurunan, grafik pengaruh pembebanan berlebih terhadap umur retak dan alur juga dapat dijadikan kontrol dalam perencanaan perkerasan. Kontol yang dimaksud adalah control toleransi beban berlebih terhadap repetisi rencana yang akan dilimpahkan pada desain perkerasan. Contoh pada grafik 4.11 perkerasan f3 dengan CBR tanah dasar 6 berbeda kemampuannya dalam kasus beban berlbih dengan desain perkerasan CBR 4. Grafik 4.35 Contoh Kontol Toleransi Beban Berlebih Grafik diatas menjelaskan bahwa pada repetisi minimum yang disajikan Bina Marga yaitu 2 juta CESA, perkerasan f3 dengan CBR 4 dimungkinkan untuk menahan beban melebihi beban desain sebesar 80.4 Psi sedangkan desain dengan CBR 6 dapat menahan beban melebihi beban desain sebesar 90.8 Psi 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000 5,000,000 70 120 170 220 Fa tif gu e lif e Tire PressurePSi cbr2.5 cbr3 cbr4 cbr5 cbr6 Batas bawah Batas Atas 80.4 90.8 117 IV.4,3 Kondisi Perubahan Modulus Dalam grafik 4.12, untuk perkerasan f3 perubahan modulus berpengaruh besar pada umur alur rutting dan tidak banyak berpengaruh pada umur retak fatigue. Besar perubahan umur akibat perubahan penurunan dan penaikan modulus pada retak secara berurut sebesar 24 dan 30 , sedangkan pada alur sebesar 20 dan 23 Grafik 4.12 juga menunjukkan bahwa penurunan modulus menyebabkan berkurangnya umur retak dan alur pada desain perkerasan f3, sedangkan naiknya modulus akan meningkatkan umur retak dan alur desain perkerasan f3. Besarnya pengaruh perubahan modulus berbeda tiap- tiap struktur dan desain perkerasan dapat dilihat pada grafik yang disajikan pada subbab hasil evaluasi. Grafik pengaruh perubahan modulus terhadap umur retak dan alur juga dapat dijadikan control dalam desain perkerasan apabila terjadi perbedaan modulus laboraturium dengan modulus lapangan. Penurunan modulus sebesar 10 tidak menyebabkan umur alur pada perkerasan f3 melewati batas bawah repetisi rencana, tetapi pada umur retak CBR 2.5 dan 3 telah melewati batas bawah repetisi rencana.

IV.4.3 Sensitifitas terhadap Tebal Lapisan Tertentu