Koloidal kitin adalah kitin yang dilarutkan dalam asam klorida pekat Hsu dan Lockwood, 1975. Koloidal kitin merupakan salah satu substrat yang dapat digunakan
untuk menginduksi produksi enzim hidrolitik pada jamur, bakteri, dan actinomycetes. Jenis enzim hidrolitik yang diinduksi seperti N-asetilglukosaminidase, endokitinase
dan kitobiosidase pada Acetobacter caviae Inbar dan Chet, 1991, Enterobacter agglomerans Chernin et al., 1998 dan Bacillus cereus Pleban et al., 1997. Suspensi
koloidal kitin digunakan dalam media agar kitin nutrien untuk isolasi bakteri. Koloidal kitin ini merupakan suatu media selektif untuk mendapatkan mikroorganisme
kitinolitik dari tanah Hsu dan Lockwood, 1975.
Gambar1. Struktur kitin Alexander, 1997
Mikroorganisme kitinolitik dapat diseleksi keberadaannya dengan menumbuhkannya pada media agar kitin yang dapat diketahui dengan adanya zona
bening disekitar bakteri tersebut Ulrike et al., 2000. Media konvensional yang menggunakan koloidal kitin sebagai substrat ditentukan sangat efektif dalam
mendeteksi aktivitas kitinase Guo et al., 2004. Bakteri kitinolitik menggunakan kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen untuk pertumbuhan. Penggunaan sumber karbon
dan nitrogen dapat mendukung kecepatan bakteri dalam menghasilkan enzim kitinase Oku, 1994. Selain sebagai sumber karbon dan nitrogen, kitin juga digunakan dalam
produksi enzim kitinase dari bakteri kitinolitik dalam pertumbuhannya Graham, 1994.
2.2.1 Cangkang kepiting
Kepiting merupakan salah satu organisme yang memiliki sejumlah besar kitin pada cangkangnya. Salah satu bentuk pemanfaatan limbah kepiting ialah diolah menjadi
kitin dan kitosan. Kadar kitin yang terkandung dalam cangkang Crustaceae berada
Universitas Sumatera utara
dalam kadar yang cukup tinggi berkisar 20-60 tergantung spesies, sedangkan cangkang kepiting mengandung 14-35 kitin. Limbah cangkang kepiting yang
mengandung kitin di Indonesia berjumlah sekitar 56.200 tontahun. Cangkang kepiting secara umum mengandung protein 15,60-23,90, kalsium karbonat 53,70-
78,40, dan kitin 18,70-32,20 yang juga tergantung pada jenis kepiting dan tempat
hidupnya Wibowo, 2006.
Kitin dapat dihasilkan dari kulit kepiting secara enzimatik, kimiawi, dan gabungan dari enzimatik dan kimiawi. Proses kimiawi diperoleh dengan
menghilangkan mineral menggunakan asam dan dilanjutkan penghilangan protein menggunakan alkali yang dipanaskan. Proses enzimatik yaitu dilakukan
menggunakan reaksi enzimatik. Proses ini merupakan pilihan yang ideal karena ramah lingkungan dan prosesnya mudah dikontrol. Sedangkan proses kimiawi dan enzimatik
biasanya digunakan untuk mengkonversi kitin menjadi kitosan Alexander, 1997
2.2.2 Ganoderma
Menurut Alexopoulos et al., 1996 Ganoderma termasuk salah satu kelompok jamur kayu kelas Basidiomycetes, ordo Polyporales, famili Polyporaceae, divisi Eumycophyta.
Pada umumnya famili Polyporaceae memiliki tubuh buah berbentuk seperti kipas dan kertas, papan atau payung. Tubuh buah Ganoderma dapat ditemukan di bagian batang
kelapa sawit, merupakan jamur tular tanah, berwarna putih, semakin tua badan buah akan bertambah besar ukurannya dan warnanya menjadi lebih gelap. Tubuh buah pada
Ganoderma mempunyai lapisan kutis lapisan atas yang tebalnya sampai 0,1 mm, terdiri atas benang-benang rapat yang sel-selnya berukuran 20-30 x 4-
10 μm. Pori bergaris tengah 150-
400 μm. Basidiospora berbentuk bulat atau oval, berwarna keemasan, dinding basidiospora berduri jelas, kadang-kadang mempunyai vakuola yang jelas Semangun,
2000.
Ganoderma memiliki dinding sel yang tersusun atas lapisan kitin semi kristalin dan b-glukan. Kitin tersebut mengandung 80-90 polisakarida, 1-15 protein dan 2-
10 lipid Boh, et al., 2000. Berbagai senyawa aktif terkandung dalam jamur
Universitas Sumatera utara
Ganoderma. Senyawa aktif tersebut antara lain: ganoderik 33, lusiderik, ganodermik, ganolusidik, asam aplanosidik 26, asam amino, nukleotida, alkaloid,
steroid, lakton 3, asam lemak, dan enzim Pada umumnya tubuh buah Ganoderma dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, karena mengandung senyawa bioaktif
yang berasal dari hasil metabolisme primer seperti polisakarida, protein, dan lipid, maupun dari metabolisme sekunder seperti flavonoid dan terpenoid Akhdiya, 2003.
2.2.3 Molase