Viabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Viabilitas

sel bakteri kitinolitik pada suhu ruang Viabilitas dari kedua isolat bakteri Bacillus sp. BK17 dan Enterobacter sp. BK15 pada suhu ruang menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif dari hari ke-0 sampai hari ke- 40 Gambar 3 dan 4. Pada media dengan sumber karbon molase dengan sumber nitrogen sodium nitrat media MS dan media molase dengan sumber nitrogen urea MU, pertumbuhan kedua bakteri lebih baik dibandingkan pada jenis media lainnya. Pertumbuhan yang paling rendah terjadi pada media dengan sumber karbon cangkang kepiting CS dan serbuk tubuh buah jamur Ganoderma dengan sumber nitrogen sodium nitrat JS. Selain itu jumlah sel bakteri pada suhu kamar dan suhu 4 C juga mengalami perbedaan jumlah sel. Dimana pada suhu ruang jumlah sel yang optimum sebesar 3,7x10 8 cfuml pada hari ke-25 inkubasi sedangkan pada suhu 4 C jumlah sel 3,3x10 8 cfuml setelah hari ke-45 inkubasi. Hal ini dikarenakan suhu juga berpengaruh terhadap jumlah sel bakteri. Pertumbuhan Bacillus sp. BK17 dan Enterobacter sp. BK15 dari beberapa jenis media yang divariasikan sumber karbon dan nitrogen pada suhu ruang menunjukkan jumlah sel yang bervariasi. Gambar 3 dan 4 menunjukan bahwa jumlah sel yang optimum pada Bacillus sp BK17 didapatkan pada media MU sebesar 3.6x10 8 cfuml dan Enterobacter sp. BK15 didapatkan pada MS sebesar 3.7x10 8 cfuml. Sedangkan jumlah sel kedua bakteri pada hari ke-0 sebesar 1x10 8 , hal ini karena kandungan molase kaya akan polisakarida yang baik bagi pertumbuhan. Sedangkan jumlah sel terendah pada Enterobacter sp. BK15 didapatkan pada media JS sebesar 3x10 8 cfuml, sedangkan pada Bacillus sp. BK17 didapatkan pada media CS sebesar 2.4x10 8 cfuml dengan waktu inkubasi pada hari ke-25, penurunan jumlah sel ini terjadi karena isolat bakteri yang ditumbuhkan tidak di aerasi secara terus menerus melainkan hanya dikocok saja, maka pertubuhan bakteri akan terhambat. Universitas Sumatera utara Gambar 3. Grafik jumlah sel bakteri kitinolitik Enterobacter sp. BK15 pada suhu ruang Gambar 4. Grafik jumlah sel bakteri kitinolitik Bacillus sp. Bk17 pada suhu ruang Universitas Sumatera utara 4.2 Viabilitas sel bakteri kitinolitik pada suhu 4 C Viabilitas dari kedua isolat Bacillus sp. BK17 dan Enterobacter sp. BK15 pada suhu 4 C menunjukkan jumlah sel yang bervariasi. Dari data yang diperoleh Gambar 5 dan 6, pertumbuhan kedua isolat bakteri pada suhu 4 C menunjukkan pertumbuhan yang fluktuatif pada awal inkubasi sampai hari ke-60 inkubasi dengan media yang terlah divariasikan sumber karbon dan nitrogennya. Kedua isolat bakteri ini ditumbuhkan pada suhu 4 C untuk mengetahui viabilitas dan ketahanan tumbuh bakteri pada media pembawa, yang nantinya kedua isolat ini dapat digunakan sebagai bakteri agen pengandali hayati jamur patogen dengan media pembawa yang baik. Pertumbuhan Bacillus sp. BK17 dan Enterobacter sp. BK15 dari beberapa jenis media yang telah divariasikan sumber karbon dan nitrogennya yang ditumbuhkan pada suhu menunjukkan pertumbuhan yang jumlah selnya bervariasi, seperti pada Gambar 5 dan 6 jumlah sel Enterobacter sp. BK15 yang optimum didapatkan pada media NB sebesar 3,3x10 8 cfuml sedangkan pada Bacillus sp. BK17 juga sebesar 3.3x10 8 cfuml pada media MS hal ini terjadi karena media NB merupakan media cair yang biasa digunakan untuk media pertumbuhan bakteri. Sedangkan media MS mengandung polisakarida sebagai sumber karbon dan juga mengandung fosfor dan sulfur sebagai sumber nitrogen. Sedangkan jumlah sel terendah pada Enterobacter sp. BK15 didapatkan pada media media CU sebesar 1.3x10 8 cfuml, sedangkan untuk Bacillus sp. BK17 pertumbuhan terendah ditemukan pada media CU sebesar 1.2x10 8 cfuml pada hari ke-45 inkubasi. Hal ini mungkin karena pada serbuk cangkang kepiting yang digunakan belum terlalu halus, sehingga kitin yang digunakan sebagai sumber karbon sulit digunakan dan membutuhkan waktu yang lama dalam mendegradasi kitin sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan bakteri dalam memperbanyak jumlah sel. Pada pH 6,5-7, pertumbuhan sel bakteri Bacillus sp. BK17 dan Enterobacter sp. BK15 akan baik, karena kedua isolat adalah bakteri mesofil yang menyukai lingkungan yang dengan tingkat pH optimal yaitu 6,8-8 untuk pertumbuhan Hirano, 1990. Universitas Sumatera utara Gambar 5. Grafik jumlah sel bakteri kitinolitik Enterobacter sp. BK15 pada suhu 4 C Gambar 6. Grafik jumlah sel bakteri kitinolitik Bacillus sp. BK17 pada suhu 4 o C Universitas Sumatera utara Pada penelitian yang di lakukan oleh Kaushish et al., 2009 menggunakan sumber karbon minyak mentah bagi pertumbuhan Bacillus subtilis strain BMT4i yang diinkubasi pada suhu 30 C selama 10 hari jumlah sel sangat tinggi sebesar 5x10 10 cfuml, hal ini terjadi karena isolat bakteri digoyang pada 200 rpm setiap hari sebelum menumbuhkan pada media plate count. Pertumbuhan yang optimum apabila kandungan nutrisi yang ada pada media terpenuhi, seperti adanya sumber karbon dan nitrogen. Nutrisi yang ada apada media tersebut akan digunakan sebagai energi, dan apabila jika sumber karbon dan nitrogen terpenuhi maka pembentukkan dinding sel bakteri akan lebih baik dan komposisi media harus mengandung polisakarida Paturau, 1996. Bacillus sp. dan Enterobacter sp. merupakan bakteri yang menghasilkan enzim kitinase dan kitin digunakan sebagai sumber karbon, bakteri ini nantinya akan menghasilkan kitinase yang digunakan untuk menghidrolisis kitin menjadi sumber karbon bagi pertumbuhan dan memperbanyak jumlah sel wang dan Chang, 1997. Kitin merupakan polisakarida yang tidak larut di dalam air Suryanto et al ., 2008. Perbedaan pertumbuhan pada tiap media dimungkinkan karena adanya perbedaan dari kemampuan masing-masing jenis bakteri dalam menggunakan nutrisi pada media untuk proses pertumbuhan dan metabolismenya Rodriques et al.,2006 ., Menurut Lay 1994, perbedaan laju pertumbuhan disebabkan oleh banyak faktor antara lain tipe dan jenis bakteri itu sendiri maupun kemampuan bakteri tersebut dalam menggunakan nutrisi yang ada pada media serta aktivitas enzim yang dihasilkan. Menurut penelitian Ridha 2010, pertumbuhan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya adalah pH. Menurut Imas et al ., 1989 bakteri kitinolitik tidak dapat tumbuh pada pH 4-5,5 karena aktivitas pertumbuhannya menurun dan terhambat, karena bakteri ini hanya dapat hidup dengan baik pada pH yang netral yaitu pH 6,8-8, karena apabila pH yang rendah, maka membran sel menjadi jenuh oleh ion hidrogen sehingga membatasi transport membran sehinnga dapat menyebabkan keracunan Ambarsari, 1999. Universitas Sumatera utara

4.3. Asai Keriap