Fase retensi adalah fase pengulangan, menyebutkan sebagai belajar observasi yang berdasarkan kontiguitas, dimana kontiguitas diperlukan perhatian dan
penampilan model dan penyajian simbolik dari penampilan itu dalam memori ja ngka panjang.
Fase reproduksi merupakan proses pembimbingan informasi dari bentuk bayangan ke dalam penampilan perilaku yang sebenarnya. Fase ini membenarkan
model dan instruktur untuk melihat apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai oleh yang belajar.
Fase motivasi merupakan fase terakhir dari proses belajar observasional, siswa meniru model untuk mendapatkan reinforsemen dan mendapatkan informasi
yang akan berguna daam kehidupan kelak, didalam belajar ia berharap prestasinya bagus, nilai tinggi dan naik kelas.
2.1.5. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran Problem Based Learning PBL pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn 1980 pada akhir abad ke 20. Pada awalnya, PBL
dikembangkan dalam dunia pendidikan kedokteran. Akan tetapi, saat ini PBL telah dipakai secara luas pada semua jenjang pendidikan. Menurut Etherington
2011:36 model Problem Based Learning PBL untuk mata pelajaran sains memiliki dampak positif dalam hasil pembelajaran siswa karena dapat memotivasi
untuk mengajarkan ide-ide dalam konteks dunia nyata bagi siswa. Pembelajaran yang dikaitkan dalam dunia nyata dapat memudahkan siswa dalam memahami
pembelajaran karena dekat dengan kehidupan sehari-hari. Esensi PBL berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik
dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Peran guru dalam Problem Based Learning adalah
menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Hal yang terpenting, guru menyediakan scaffolding
perancah atau kerangka pendukung yang meningkatkan inqury penyelidikan dan pertumbuhan intelektual.