Tinjuan Tentang Strategi Pengembangan

Menurut Damanik dan Weber 2006:13 daya tarik wisata yang baik sangat terkait dengan empat hal, yakni memiliki keunikan, orijinalitas, otentisitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan yang melekat pada suatu daya tarik wisata. Orijinalitas keaslian mencerminkan keaslian dan kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai yang berbeda dngan nilai aslinya. Otentisitas mengacu pada keaslian, bedanya dengan orijinalitas, otentisitas lebih sering dikaitkan dengan tingkat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik wisata. Otentisitas merupakan kategori nilai yangmemadukan sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja.

2.2.7 Tinjuan Tentang Strategi Pengembangan

Mernurut Marpaung 2000 strategi merupakan suatu peroses penentuan nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan. Sama halnya dengan Chandler dalam Rangkuti 2001:3 bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang, program tindak lanjut serta perioritas alokasi sumber daya. Strategi dapat pula diartikan sebagai rencana umum yang integratif yang dirancang untuk memberdayakan organisasi pariwisata untuk mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak rintangan dari pihak pesaing Puspa, 2006:18. Pengembangan merupakan suatu proses, cara, pembuatan menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna. Pengembangan merupakan suatu perosesaktivitas menjadikan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi lebih menarik dan berkembang Alwi, et al, dalam kamus besar bahasa Indonesia, 2005:538. Gunn, 1994 menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata harus melibatkan tiga sector, yaitu bussines sector sector bisnis Non-profit sector sector non profit dan Goverumental sector sector pemerintahan, dan semakin baik pemahaman dan keterlibatan tiga sector tersebut maka pengembangan pariwisata akan semakin baik. Bussines sector adalah sector usaha yang menyediakan segala keperluan wisatawan seperti jasa tranportasi, perhotelan, makanan dan minuman, laundry, hiburan dan sebagainya. Non-profit sector merupakan organisasi seperti organisasi pemuda, organisasi profesi, etnis yang tidak beriontasi pada keuntungan namun memiliki peran dan perhatian besar terhadap pengembangan pariwisata. Goverumental sector adalah sektor yang berperan untuk mngeluarkan dan menerapkan undang-undang dan peraturan. Dalam bidang pariwisata sektor pemerintah telah melakukan banyak peran penting slain regulasi. Dalam penandaan taman nasional, disamping melindungi alam dan budaya juga telah banyak menarik kunjungan wisatawan. Besdasarkan beberapa konsep tersebut, maka yang dimaksud dengan strategi pengembangan dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana yang sifatnya konperhensip dan terpadu dari unsur pemerintah, swasta, masyarakat dan akademis untuk mengkaji potensi, serta kondisi lingkungan intenal dan eksternal Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata sehingga dapat menformuasikan strategi yang tepat untuk mewujudkan Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata yang berdaya saing tinggi.

2.3 Landasan Teori

Dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan penelitian poensi dan pengembangan objek wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata diperlukan teori yang ada relevansinya dengan penelitian tersebut, adapun teori yang diperlukan dalam penelitian ini adalah teori perencanaan.

2.3.1 Tinjauan Tentang Siklus Hidup Desinasi

Siklus hidup destinasi terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan introduction hingga peremajaan rejuvenation. Richardson dan Fluker 2004:51 mengemukakan bahwa; “A model that characterises each stage in the lifecycle of a destination and destination areas and resort area including introduction, growth, maturity, and decline and or rejuvenation” Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahap pengenalan introduction, pertumbuhan growth, pendewasaan maturity, penurunan decline dan atau peremajaan rejuvenation. Tujuan utama dari penggunaan model siklus hidup destinasi destination lifecycle model adalah sebagai alat untuk memahami evolusi dari produk dan destinasi pariwisata sekaligus untuk mengetahui tahapan pengembangan destinasi pariwisata itu sendiri. Butler 1980 mengemukakan bahwa terdapat 6 enam tahapan pengembangan pariwisata yang membawa implikasi serta dampak yang berbeda terhadap pariwisata sebagai berikut: 1 Tahap Explorasi , pertumbuhan spontan dan penjajakan Exploration