Strategi Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi Pariwisata.

(1)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK

SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA

ANDER SRIWI 1312025018

PROGRAM STUDI INDUSTRI PERJALANAN

WISATA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK

SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA

Skripsi ini diajukan sebagaisalah satu syarat untuk memperoleh gelar

Serjana Pariwisata (S.Par)

ANDER SRIWI

1312025018

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

iii ABSTRAK

Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana Laporan Akhir A. Nama : Ander Sriwi

B. Judul : Strategi Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi Pariwisata

C. Jumlah Halaman : xiv + 93 Halaman D. Ringkasan :

Pulau Lombok adalah salah satu pulau yang terdapat di Indonesia yang memiliki luas hanya 5.435 km2 yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kotamadya. Pantai Kuta adalah salah satu destinasi wisata yang berada di Kabupaten Lombok Tengah bagian selatan, pantai Kuta Lombok biasa disebut sebagai pantai Putri Mandalika yang mmemiliki potensi wisata yang cukup tinggi, keindahan alam, sosial budaya serta tradisi masyarakat Kuta Lombok merupakan potensi yang harus dikembangkan sehingga mampu menarik minat wisatawan berkunjung ke Kuta Lombok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengkaji potensi dan daya tarik wisata, serta memformulasikan strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan pariwisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata. Teori yang digunakan adalah teori perencanaan, metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif, dan analisis SWOT. Hasil yang diperoleh dengan analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT bahwa, Kuta Lombok sangat layak untuk dikembangkan. Keindahan alam, laut serta pantainya dengan hamparan pasir putihnya yang eksotis ini merupakan potensi alam yang dimiliki Kuta Lombok, sedangkan potensi sosial budaya terdiri dari keunikan tradisi dan budaya masyarakat setempat seperti; upacara adat sasak,

tradisi “Bau Nyale dan Presean”. Pengembangan potensi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan strategi-strategi berikut; strength–opportunity (S–O) dengan strategi pengembangan destinasi pariwisata dan strategi pengembangan daya tarik wisata, strategi strength–threat (S–T) dengan Strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan, strategi weakness–opportunity (W–O) dengan Strategi promosi destinasi pariwisata dan Strategi peningkatan kualitas lingkungan, weakness–

threat (W–T) dengan strategi pengembangan sumber daya manusia. Hasil

penelitian ini, diharapkan memberikan kontribusi dalam membuat perencanaan dan strategi pengembangan destinasi pariwisata. Pengembangan tersebut nantinya dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat kedepannya, terutama masyarakat setempat.


(4)

iv ABSTRACT

Bachelor Study Program of Travel Tourism Industry Faculty of Tourism

Udayana University Final Assignment

A. Name : Ander Sriwi

B. Title : Development Strategy of Kuta Lombok as Tourism Destination

C. Number of pages : xiv + 93 pages D. Summary :

Lombok Island is one of the islands located in Indonesia, which has an area of only 5,435 m2 consisting of 4 districts and 1 municipality. Kuta Beach is one of the tourist destinations located in southern coast of Central Lombok regency; Kuta Beach Lombok is commonly referred to as the beach Princess Mandalika which has sufficiently high tourism potential, natural beauty, social cultural potential, and traditions of Kuta Lombok community which are the potential to be developed to attract tourists to visit Kuta Lombok. This study aimed to identify, analyze and assess the potential and tourist attractions, and formulate appropriate strategies to be applied in Kuta Lombok tourism development as a tourism destination. The theory used was planning theory; data collection used observation method, in-depth interview, and library research. The data were analyzed using descriptive qualitative, and SWOT analysis. The results obtained with qualitative descriptive analysis and SWOT analysis were that Kuta Lombok was very feasible to develop. The natural beauty, sea and beaches with exotic white sand are a natural potential possessed by Kuta Lombok, while the social-cultural potential consists of unique traditions and culture of the local community such as; Sasak traditional ceremonies, traditions "Bau Nyale and Presean". The development of this potential can be done by implementing the following strategies; strength-opportunity (S-O) with the development strategy of tourism destinations and the development strategy of tourist attraction, strategy strength-threat (S-T) with a strategy for improving the safety and comfort, strategies weakness-opportunity (W-O) with the promotion strategy of tourism destinations and a strategy for improving environmental quality, weakness-threat (W-T) with the human resource development strategy. The results of this study are expected to contribute to the planning and strategy of development of tourism destinations. The development will be a positive impact on the economy of the community in the future, especially local communities.


(5)

v

STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK

SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA

Nama : Ander Sriwi NIM : 1312025018

Skripsi ini telah LULUS dengan predikan MEMUASKAN pada tanggal 03 Februari 2016 di Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par Ni Putu Eka Mahadewi, SE.AK., M.Par NIP. 196503152005011001 NIP. 197501232003122001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

Ketua Program Studi

S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

Drs. I Made Sendra, M.Si I Made Kusuma Negara, S.E.,M.Par


(6)

vi

STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK

SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal 03 Februari 2016 dan dinyatakan LULUS dengan predikat MEMUASKAN

Tim Penguji,

Ketua : Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par (…...…………..) Sekertaris : Ni Putu Eka Mahadewi, SE.AK., M.Par (……….) Anggota : 1. I Made Kusuma Negara, S.E.,M.Par (……….) 2. Dra. Ni Made Oka Kariani, M.Par (……….) 3. Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi.,M.Par (……….)

Mengetahui, Ketua Program Studi

S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

I Made Kusuma Negara, S.E.,M.Par NIP. 197805292003121001


(7)

vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang Bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ander Sriwi

NIM : 1312025018

Program Studi : Industri Perjalanan Wisata

Dengan ini menyatakan bahwa memang benar skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan bukan plagiat hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Februari 2016 Yang Membuat Pernyataan

ANDER SRIWI NIM. 1312025018


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan kuasa-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Strategi Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi Pariwisata”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Pariwisata.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah ikut membantu didalam menyelesaikan skripsi ini, adapun diantaranya:

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si, Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

2. Bapak I Made Kusuma Negara, SE.,M.Par, Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. 3. Bapak Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par. selaku pembimbing I yang

dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran selama menyelesaikan tesis ini.

4. Ibu Ni Putu Eka Mahadewi, SE.AK., M.Par. selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan dari awal sampai selesainya skripsi ini.

5. Bapak I Made Kusuma Negara, S.E.,M.Par. selaku pembimbing akademik penulis.


(9)

ix

6. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta staff tata usaha di Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, atas segala bentuk ilmu pengetahuan dan bantuan yang telah diberikan selama berada di bangku kuliah.

7. Kepada orang tua penulis, Bapak H. Iskandar dan Hj. Miarim. Adik penulis (Dewi Mahyuyani) yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan baik moral maupun material sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman mahasiswa Fakultas Pariwisata Universitas Udayana khususnya teman-teman Program Studi Industri Perjalanan Wisata.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis dengan senang hati menerima dan sangat mengharapkan adanya kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna mencapai suatu kesempurnaan skripsi ini kedepannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 03 Februari 2016


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULIAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Sistematika Penyajian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1Penelitian Sebelumnya ... 9

2.2 Tinjauan Konsep ... 14

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata ... 14

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan ... 16

2.2.3 Tinjauan Tentang Destinasi Pariwisata ... 17

2.2.4 Tinjauan Destinasi Sebagai Produk Wisata ... 18

2.2.5 Tinjauan Tentang Produk Wisata ... 19

2.2.6 Tinjauan Tentang Potensi dan Daya Tarik Wisata ... 21

2.2.7 Tinjauan Tentang Strategi Pengembangan ... 25

2.3 Landasan Teori ... 27

2.3.1 Tinjauan Tentang Siklus Hidup Destinasi ... 27


(11)

xi

2.3.3 Analisis SWOT Dalam Perencanaan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.2.1 Strategi Pengembangan ... 38

3.2.2 Destinasi Pariwisata ... 39

3.2.3 Elemen Destinasi Pariwisata ... 40

3.2.4 Potensi Wisata ... 40

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.3.1 Jenis Data ... 41

3.3.2 Sumber Data ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5 Teknik Penentuan Informan ... 44

3.6 Teknik Analisis Data ... 46

3.6.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ... 46

3.6.2 Analisis Matrik SWOT ... 46

BAB IV PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Kepariwisataan Kuta Lombok ... 48

4.1.1 Aksessibility (akses) ... 49

4.1.2 Fasilitas Pendukung Pariwisata ... 50

4.1.3 Sarana dan Prasarana Pendukung Pariwisata Lainnya ... 52

4.2 Potensi destinasi wisata Kuta Lombok ... 53

4.2.1 Potensi Alam ... 54

4.2.2 Potensi Sosial Budaya ... 57

4.3 Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal Kuta Lombok ... 59

4.3.1 Kondisi Lingkungan Internal ... 59

4.3.2 Kondisi Lingkungan Eksternal ... 69

4.4 Strategi Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Destinasi Pariwisata ... 74

4.5 Program Pengembangan Kuta Lombok Sebagai Dentinasi Pariwisata ... 78


(12)

xii

Strength-Opportunity (S-O) ... 78

4.5.2 Program Pengembangan dari Strategi Strength–Threat (S–T) ... 84

4.5.3 Program Pengembangan dari Strategi Weakness–Opportunity (W–O) ... 86

4.5.4 Program Pengembangan dari Strategi Strategi Weakness–Threat (W–T) ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel: 1.1 Destinasi dan Daya Tarik Wisata (DTW) di Kuta Lombok .. 3 Tabel: 1.2 Kunjungan Wisatawan di Lombok Tengah

Tahun 2011-2015 ... 4 Tabel: 3.1 Matriks Analisis AWOT ... 47 Tabel: 4.1 Kondisi Akses Jalan Menuju Kuta Lombok dari Ibu Kota

Kabupaten Lombok Tengah (Praya) ... 50 Tabel: 4.2 Analisis Matriks SWOT (Strengths, Weakness,

Opportunity and Threats) Pengembangan Kuta Lombok


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran: 1 Pedoman Wawancara

Lampiran: 2 Unsur Pemerintah dan DPRD Kabupaten Lombok Tengah Lampiran: 3 Unsur Pemerintah Kuta dan Tokoh Masyarakat

Lampiran: 4 Unsur Pelaku Pariwisata Lampiran: 5 Unsur Akademisi

Lampiran: 6 Daftar Nama Narasumber / Informan Lampiran: 7 Daftar Gambar


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia khuusnya sebagai penghasil devisa Negara di samping sektor migas, pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal peneriman devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Tujuan pengembangan pariwisaa di Indonesia terlihat dengan jelas dalam instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II Pasal 3,

yang menyebutkan “usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan (industri pariwisata) dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara” (Yoeti, 1996: 151).

Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia adalah untuk meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, selain itu dengan berkembangnya kepariwisataan di Indonesia dapat memperluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan industri-industri sampngan lainnya

(http://bazthoenk.wordpress.com/2015/06/14/perkembangan-pariwisata-di-indonesia/).


(16)

2

Pulau Lombok adalah salah satu pulau yang terdapat di Indonesia yang memiliki berbagai daya tarik wisata seperti wisata alam dan budaya, Lombok merupakan tempat yang sangat pas untuk berwisata karena luas pulau Lombok sendiri hanya 5.435 km2 sehingga tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mengunjungi semua destinasi yang ada. Pulau lombok terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kotamadya yaitu: Kotamadya Mataram dengan ibukota Mataram, Kabupaten Lombok Barat ibukota Gerung, Kabupaten Lombok Tengah ibukota Praya, Kabupaten Lombok Timur ibukota Selong, Kabupaten Lombok Utara ibukota Tanjung.

Kepariwisataan di Lombok secara umum masih belum berkembang jika dibandingkan dengan kepariwisataan di Bali yang merupakan barometer kepariwisataan di Indonesia. Pengembangan kepariwisataan di Lombok sangat perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendukung perkembangan kepariwisataan nasional, mengingat kepariwisataan di Lombok belum berkembang maka sangat perlu untuk dilakukan pengembangan yang lebih baik lagi. Keindahan alam dan sosial budaya di Lombok merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi salah satu daya tarik wisata yang dapat mendukung pengembangannya.

Lombok Tengah adalah salah satu Kabupaten yang ada di Pulau Lombok yang memiliki daya tarik wisata yang cukup berparisi mulai dari wisata pantai, air terjun, pegunungan hungga budaya. Di Lombok Tengah terdapat beberapa destinasi pariwisata yang memiliki potensi dan daya tarik wisata yang cukup tinggi salah satunya adalah pantai Kuta Lombok, dengan keindahan alamnya yang


(17)

3

masih alami dan hijau, keindahan pantainya yang eksotik dengan beragam bentuk pasir dan keunikan tradisi dan budaya masyarakatnya yang mampu menarik minat banyak wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Selain memiliki potensi wisata yang sangat potensial, Kuta Lombok juga memiliki daya tarik wisata (DTW) yang sangat potensial yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung ke Kuta Lombok. Daya tarik wisata di Kuta Lombok terdiri dari daya tarik wisata alam, sosial dan budaya, berikut adalah objek dan daya tarik wisata yang dapat dinikmati wisatawan di Kuta Lombok (Tabel 1.1).

Tabel 1.1.

Destinasi dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Di Kuta Lombok No Destinasi Wisata Daya Tarik Wisata Aktivitas

1 Pantai Kuta Pasir putih, Sunrise,

Sunset, Terubu

Karang, Kampung nelayan.

Photography, Pengamatan

matahari terbit, Pengamatan matahari terbenam, Sunbathing Tour, Surfing, Wind surfing, Fishing, Parasailing, Swimming

Soft trekking.

2 Pantai Seger Perbukitan, Pasir putih, Sunset.

Photography, Pengamatan

matahari terbenam, Soft trekking

Sunbathing, Surfing, Wind surfing, Parasailing 3 Pantai Serenting Perbukitan,

Terumbu Karang, Pasir putih, Sunset.

Photography, Pengamatan

matahari terbenam, Fishing

Sunbathing, Swimming

4 Festival Bau Nyale dan Peresean

Photography

Pengamatan acara tradisional Sumber: Disbudpar Lombok Tengah, 2016.

Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah tahun 2016 menyebutkan bahwa pada tahun 2014 wisatawan yang berkunjung ke Lombok Tengah mengalami peningkatan yang cukup baik. Pada tahun 2013 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lombok Tengah


(18)

4

sebanyak 125.307 wisatawan, dan pada tahun 2014 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lombok Tengah mengalami peningkatan menjadi 855.407 wisatawan. Sedangkan untuk wisatawan domestic meningkat 807,1%, dari 223.265 menjadi 2.025.426 wisatawan.

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lombok Tengah berarti meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di Kuta Lombok karena Kuta Lombok merupakan salah satu destinasi pariwiata utama yang ada di Kabupaten Lombok Tengah dan akomodasi pariwisata serta pendukung kepariwisataan lainnya hanya berpusat di Kuta Lombok sehingga wisatawan lebih memilih kuta sebagai tempat berliburnya terutama wisatawan asing dan yang mau menginap (Disbudpar, 2016).

Tabel 1.2

Kunjungan Wisatawan di Lombok Tengah Tahun 2011 – 2015

Tahun

Wisatawan

Berkunjung Menginap

Domestik (Orang) Mancanegara (Orang) Domestik (Orang) Mancanegara (Orang)

2011 119.337 - 65.421 - 17.289 - 45.509 -

2012 195.456 63,7% 63.118 -3,52% 23.535 36,1% 58.364 28,7%

2013 223.265 14,2% 125.307 98,5% 25.150 6,86% 77.278 32,4% 2014 2.025.426 807,1% 855.403 583,6% 49.766 97,8% 54.954 -28,8% 2015 1.929.516 -4,73% 759.276 -11,2% 53.820 8,14% 46.908 --14,6% Sumber: Disbudpar Lombok Tengah, 2016.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2013 mengeluarkan peraturan daerah (perda) nomor 7 Tahun 2013 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Ripparda) yang menetapkan bahwa Kuta Lombok merupakan Kawasan Strategi Pariwisata Daerah (KSPD). Kemudian Peraturan Daerah (Perda) pemerintah Kabupaten Lombok Tengah


(19)

5

nomor 7 tahun 2011 rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Lombok Tengah tahun 2011-2031 menyebutkan bahwa Kute Lombok merupakan Kawasan Strategi Provinsi (KSP) yang berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah dengan sektor unggula pariwisata dan industri.

Kepariwisataan di Kuta Lombok tentu memerlukan upaya yang serius terutama dari pemerintah maupun pihak terkait lainnya untuk mendorong pengembangan tersebut. Sebab, berkembang atau tidaknya kepariwisataan di Kuta Lombok akan mempengaruhi perkembangan kepariwisataan di pulau Lombok khususnya dan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada umumnya, oleh sebab itu perlu adanya langkah-langkah kongkrit dan strategis untuk mengembangkannya dengan tetap menitik beratkan pada konsep pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata.

Dalam pengembangan Kuta Lombok diperlukan strategi yang tepat, cermat dan tepat sasaran baik itu strategi umum (grand strategy) maupun khusus untuk mengembangkan segala potensi dan daya tarik wisata yang ada guna mendukung pengembangan Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata yang dapat menguntungkan semua pihak terlebih bagi masyarakat lokal setempat.

Penentuan Kuta Lombok sebagai lokasi dalam penelitian ini, dilatarbelakangi oleh belum berkembangnya kepariwisataan di Kuta Lombok yang sangat bertolak belakang dari potensi serta daya tarik wisata yang ada meskipun telah dilakukan upaya pengembangan namun hingga saat ini belum ada yang berhasil. Kondisi tersebut memerlukan beragam penelitian yang diambil dari berbagai sudut pandang (perspektif), dengan demikian, dalam penelitian ini hanya


(20)

6

terfokus pada identifikasi mengenai potensi, serta perumusan strategi yang tepat untuk pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirmuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi wisata yang dimiliki oleh Kuta Lombok

2. Bagaimana strategi pengembangan destinasi pariwisata Kuta Lombok. 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui potensi dan daya tarik wisata yang terdapat Kuta Lombok yang mendukung pengembangannya sebagai destinasi pariwisata.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam pengembangan suatu daerah atau wilayah menjadi suatu destinasi pariwisata tentu memerlukan penelitian terlebih dahulu, maka penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam hal tersebut.

1. Manfaat Akademis


(21)

7

b. Mengetahui bagaimana strategi yang tepat diterapkan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata.

c. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswad/mahasiswi yang sedang menyusun skripsi, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku pariwisata dan nasyarakat Kuta Lombok (Desa Kuta).

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa membantu dalam pengembangan Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata;

a. Bagi pemerintah diharapkan menjadi suatu masukan agar lebih memperhatikan pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata, sehingga tidak menyia-nyiakan potensi yang dimiliki Kuta Lombok.

b. Bagi pelaku wisata, dan masyarakat setempat ( masyarakat Desa Kuta) penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai strategi pengem:bangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata sehingga ikut serta mendukung dalam pengembangannya.

1.5 Sistematika Penyajian

Sistematika pembahasan merupakan suau hal yang dipandang perlu untuk memudahkan pemahaman terhadap isi karya tulis, secara umum penulisan tugas akhir (Skripsi) ini dibagi menjadi lima bab, yang masing-masing akan dimuat sbb: BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian.


(22)

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab tinjauan pustaka yang dibahas adalah mengenai tinjauan sebelumnya yang berkaitan dengan judul serta tinjauan konsep yang fokus pada penulisan ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang lokasi penelitian, definisi operasional variable, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan, dan teknik analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang jawaban dari pembahasan yang sudah diteliti dengan menyajikan hasil analisis data yang sudah diperoleh. Bab ini memuat hasil penelitian yang membahas gambaran umum kepariwisataan Kuta Lombok dan hasil analisis strategi pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari rumusan masalah dan saran sebagai masukan untuk pembaca dan instansi terkait.


(23)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Kajian pustaka merupakan salah satu dari rangkaian penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai potensi dan pengembangan objek wusata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata serta penelitian-peneitian yang berkaitan dengan analisis kendala dan setrategi pengembangan destinasi pariwisata, terutama yang berkaitan dengan potensi dan pengembangan objek wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata.

Beberapa penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi serta relevan dengan penelitian tentang potensi dan pengembangan daya tarik wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryasih (2012) dengan judul ‘’Strategi Pengembangan Pantai

Matahari Terbit Sanur Sebagai Destinasi Pariwisata’’. Hasilnya menyebutkan bahwa, faktor eksternal mampu memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Sedangkan strategi alternatif yang dirumuskan dalam penelitian Aryasih tersebut diantaranya sebagai berikut: pengembangan paket atraksi wisata berbasis kerakyatan dan rancangan pariwisata alternatif, berbasis social kerjasama penataan kawasan berdasarkan kriteria zona-zona peruntukan, penertiban dan pengelolaan kawasan serta meningkatkan dan menjaga citra (image) kawasan, pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) dari masyarakat local, pengembangan sarana pendukung aktivitas pengunjung/wisatawan,


(24)

10

peningkatan mutu lingkungan fisik dan strategi menjadikan tempat outbound bagi wisatawan dan masyarakat (team building. Untuk mempercepat tercapainya tujuan pengembangan pantai matahari terbit sanur sebagai destinasi pariwisata, perlu adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat local dan para pelaku pariwisata lainnya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chiran Dkk (2011) dengan judul ‘’

Strategies For Tourism Development In Northeast Region Of Romania’’ Tujuan

dari penelitian tersebut adalah untuk menyajikan gambaran umum daerah Northeast Region mengenai perkembangan pariwisata. Penelitian tersebut memiliki konseptual, metodologis karakter yang kuat, mengandung argumen yang mendukung pengembangan pariwisata; memiliki nilai praktis bagi para ahli, untuk perusahaan perjalanan dan untuk pengembangan citra positif Rumania di dunia; itu berisi sejumlah kesimpulan dan rekomendasi untuk pengembangan pariwisata Northeast Region di wilayah Rumania sebagai bagian komponen pariwisata Eropa. Tujuan utamanya adalah untuk menarik alternatif pemasaran pariwisata dalam kegiatan pariwisata mengenai tujuan, sasaran pasar dan program bauran pemasaran.

Selain oleh Chiran (2011), penelitian serupa juga dilakukan oleh Zhen Wang (2014) dengan judul ‘’On Strategy of Sustainable Development of Ancient

Village Tourism Resources’’. Dengan perkembangan ekonomi dan peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, tuntutan wisatawan untuk Multi tujuan juga meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata desa kuno yang memiliki karakteristik tradisional paling umumnya dianggap bentuk yang paling


(25)

11

populer dalam kegiatan pariwisata di kalangan wisatawan. Pusat-pusat tesis tentang masalah utama yang ada pada sumber wisata desa kuno saat ini dan melakukan beberapa analisis mendalam. Selanjutnya, strategi untuk pembangunan berkelanjutan dari sumber daya pariwisata desa kuno dibangun dalam artikel ini.

Desa kuno adalah salah satu bentuk tempat tinggal tradisional Cina, dan juga bentuk dasar dalam masyarakat tradisional Cina. Sementara itu adalah esensi dari budaya pertanian Cina selama ribuan tahun sekarang semua sisa-sisa menjaga ciri khas mereka dan gaya dalam aspek geografis, morfologi, dan struktural. Desa kuno belum mencapai standar yang konsisten dalam konsep dan konotasi. Banyak sarjana dan lembaga akademis memberikan definisi dalam berbagai aspek.

Dalam Pengembangan wisata Desa Kuno adalah salah satunya yaitu, Kesadaran perlindungan warga lemah. Warga adalah inti dari desa kuno. Namun, karena keterbatasan pendidikan miskin, warga tidak menyadari pentingnya perlindungan sumber daya alam dan budaya yang berharga. Selain itu, departemen relatif tidak menganggap penting untuk propaganda tentang perlindungan sumber daya budaya warisan. Oleh karena itu, arsitektur kuno dan peninggalan sejarah hancur waktu ke waktu. Banyak sumber menghilang sama sekali dan permanen. Karya mobilisasi yang mendorong warga untuk pindah ke desa-desa baru bertemu begitu banyak kesulitan yang sulit untuk melaksanakan.

Tindakan diambil dalam Pembangunan Wisata Desa Kuno supaya berkembang dan berkelanjutan adalah salah satunya dengan memulihkan lingkungan ekologi asli, meningkatkan tingkat hijau, suplemen dan sempurna rencana baru yang membangun desa baru dari desa kuno dan memperkuat


(26)

12

publisitas. Pindah ke desa-desa baru dapat memenuhi keinginan warga untuk kehidupan modern. Kami harus mendorong penduduk desa untuk pindah ke desa-desa baru secara aktif dan memastikan bahwa penduduk desa-desa dapat menjaga modus hidup asli mereka setelah bergerak dalam, menghindari mengganggu dari luar dunia.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nesci (2014) dengan judul

‘’Sustainable Tourism In The Metropolitan Area’’. Hasil penelitian Nesci, strategi untuk pariwisata berkelanjutan adalah wilayah harus dilihat sebagai produk yang akan dijual, sesuai dengan aturan pemasaran territorial, mendukung pengalaman

terbaik sebagai ‘’Le Renggine Dei Sapori’’ merek territorial diciptakan untuk

memaksimalkan produk agro-makanan, dan ‘’Strada Dei Vini e Dei Sapori Della

Locride’’, yang ternyata wilayah menjadi system yang dibawah pengetahuan dan

tradisi ‘’Magna Graecia’’ dan produk khas, dalam perspektif yang ‘’pembangunan

berkelanjutan adalah pebangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan

mereka sendiri’’.

Perlunya mempersiapkan atau mengatur strategi baru dan lebih efektif untuk pariwisata yang berkelanjutan, dan tetap fokus pada pelayanan yang terbaik, atraksi menarik yang kurang bergantung pada musim, dan pengalaman otentik dengan dampak lingkungan yang rendah, menghubungkan pertanian dan pariwisata bisa mewakili untuk menekankan realitas yang menjaga sistem hidup. Ini berharga untuk melestarikan tradisi dan produk yang akan membuka celah peluang.


(27)

13

Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (Universitas Gajah Mada, 2014) dengan judul ‘’Analisis Karakteristik dan Motivasi Kunjungan Wisaawan Dalam

Upaya Pengembangan Atraksi Wisata Taman Kyai Langgeng Kota Magelang’’.

Dengan banyaknya atraksi wisata dan fasilitas yang ada diharapkan nantinya Kyai Langgeng mampu menjadi salah satu obyek wisata edukasi dan media pelestarian lingkungan hidup yang lebih dinikmati dan dikenal wisatawan, dalam mewujudkan hal tersebut, perlu adanya pengembangan potensi yang dimiliki dengan melakukan sebuah penelitian mengenai karakteristik dan motivasi kunjungan wisatawan agar pengembangan atraksi wisata yang dilakukan nanti dapat sesuai dengan kondisi wisatawan yang datang berkunjung. Dalam penelitiannya penulis menggunakan mix-method, yaitu metode penelitian yang menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara berurutan.

Hasil penelitian-penelitian tersebut di atas, merupakan acuan yang relevan dengan penelitian ini, karena memiliki kesamaan terutama dalam hal mengembangkan suatu daerah tujuan wisata dengan tetap fokus pada prinsip pengembangan pariwisata, karena setiap kawasan ataupun destinasi pariwisata memerlukan pemasaran yang baik tanpa terkeculi Kuta Lombok. Salah satu upaya untuk mewujudkan Kuta Lombok sebagai destinsi pariwisata maka perlu adanya sinergi pemasaran dan pencitraan Kuta Lombok itu sendiri agar dapat menjadi destinasi pariwisata yang terbaik khususnya di Lombok Tengah.


(28)

14

2.2 Tinjauan Konsep

Dalam suatu penelitian perlu penegasan batasan operasional dari setiap istilah atau konsep yang terdapat baik dalam judul penelitian, rumusan masalah penelitian, atau dalam tujuan penelitian. Pemberian definisi atau batasan operasional suatu istilah berguna sebagai sarana komunikasi agar tidak terjadi salah tafsir dan juga mempermudah dalam proses penelitian.

2.2.1 Tinjauan Tentang Pariwisata

Pariwisata bearasal dari bahasa sanskerta, pari = sempurna, lengkap, teringgi, dan wisata yang artinya perjalanan, sehingga pariwisata berarti perjalanan yang lengkap atau sempurna. Keseluruhan dari pada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan tinggalnya orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara dan tidak berhubungan dengan pencarian nafkah (Yoeti, 1985).

Tourism is activities of person travelling to and staying in places outside their usual environment for not more then one consecutive yesr for leasure,

business for purpose. (WTO, World Tourism Organization, 1999:5). Sesuai

definisi itu, pariwisata adalah kegiatan orang-orang melakukan perjalanan ke dan tinggal di suatu tempat di luar lingkungan biasanya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun secara berturut-turut untuk memanfaatkan waktu senggang, urusan bisni dan tujuan lainnya (Arjana, 2015:6).

Dirjen pariwisata (1980) dalam Arjana (1981) merujuk pada berbagai referensi, mengemukakan berbagai jenis pariwisata dilihat dari berbagai aspek, sesuai sifat dan dimensi pariwisata, seperti dikemukakan berikut ini:


(29)

15

a) Pariwisata Lokal (local tourism), perjalanan wisata jarak dekat seperti piknik ke luar kota atau tempat wisata yang dapat ditempuh beberapa jam dengan kendaraan mobil.

b) Pariwisata nasional (national tourism/domestic tourism), adalah dinamika perjalanan wisata dalam suatu Negara.

c) Pariwisata mancanegara (world tourism/foregin tourism), meliputi wisatawan yang masuk dari luar negeri (inbound tourism) dan wisatawan yang berwisata ke luar negeri (outgoing tourism).

2. Jenis Wisata Menurut Waktu Kunjungan

a) Pariwisata musiman (seasional tourism), seperti wsata musim dingin yang bersalju, wisata musim panas untuk mandi matahari atau wisata musim petik buah dan sebagainya.

3. Jenis Pariwisata Menurut Tujuan

a) Pariwisata bisnis (business tourism), perjalanan yang bertujuan menyelesaikan urusan bisnis seperti melakukan meeting, pameran dan lain-lain.

b) Pariwisata liburan (vacancy tourism)

c) Pariwisata pendidikan (educational tourism), seperti study tour atau widya wisata.

d) Pariwisata spiritual atau keagamaan (pilgrim tourism). 4. Jenis Pariwisata Menurut Jumlah Wisatawan

a) Pariwisata individual (individual tourism), seperti wisatawan menggending ransel (backpacker).


(30)

16

b) Pariwisata berombongan (group tourism), seperti yang dilakukan oleh rombongan pelajar, karyawan melalui biro perjalanan dan agen perjalanan (Arjana, 2015:96).

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan

Orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan atau berwisata yang memiliki tujuan tertentu dalam melakukan perjalanan yang dilakukannya. Pada prinsipnya wisatawan melakukan perjalanan untuk mendapatkan kesenangan, bukan dalam rangka mencari nafkah. Kesenangan wisatawan dapat diperoleh melalui kegiatan menikmati keindahan panorama alam, keunikan budaya, event olahraga, bertualang atau menghadiri pertemuan seperti seminar, konsorsium, kongres, dan lainnya (Arjana, 2015:66).

Ada beberapa pengertian wisatawan yang relevan menurut Arjana (2015:11) yaitu :

1) Pengunjung (visitor), adalah seorang yang melakukan kunjungan ke suatu tempat dengan tujuan untuk menikmati dan mendapakan kesenangan dalam kunjungannya itu.

2) Wisatawan (tourist), adalah orang yang melakukan perjalanan sedikitnya 24 jam untuk menikmati perjalanan dan mencari kesenangan serta tidak mencari nafkah atau pekerjaan di daerah tujuan.

3) Pelancong (Excursionist), adalah orang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat atau daerah tujuannya menikmati perjalanan dan mendapatkan kesenangan dari perjalanannya itu namun tidak lebih dari 24 jam sehingga tidak harus bermalam di tempat itu.


(31)

17

Tujuan orang melakukan perjalanan atau kunjungan sangat beraneka ragam tergantung dari tujuan yang direncanakan. Mengetahui tujuan perjalanan seseorang atau sekelompok orang akan dapat dipahami konteksnya dalam pariwisata.

Ismayanti (2010) mengelompokkan tujuan kunjungan wisatawan menjadi tiga yaitu:

1) Leisure and recreation ( vakansi dan rekreasi)

Segala kegiatan yang memiliki tujuan: a) mengunjungi event budaya, b) kunjungan bermotif terapi kesehatan, c) olahraga aktif (amatir), dan d) tujuan berlibur. Semua kegiatan yang bertujuan seperti itu termasuk kegiatan bersenang-senang, bergembira dan bersifat hiburan.

2) Business and professional (bisnis dan professional)

Kegiatan bisnis dan professional bertujuan untuk mengikuti kegiatan rapat

(meeting), misi, perjalanan insentif, bisnis. Kegiatan pertemuan inilah seperti

seminar, kongres atau mengikuti kegiatan rapat kerja dan lain-lain.

3) Other tourism purposes (tuuan wisata lain)

Kunjungan dalam rangka belajar (widya wisata), pemulihan kesehatan, transit dan berbagai tujuan lain yang tidak terkait dengan mencari nafkah dapat digolongkan sebagai wisata tujuan lain.

2.2.3 Tinjauan Tentang Destinasi Pariwisata

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwiataan pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa daerah tujua wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada


(32)

18

dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilita, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

2.2.4 Tinjauan Destinasi Sebagai Produk Wisata

Menurut Pitana (2009), Selama wisatawan berada di daerah tujuan wisata (destinasi wisata), mereka memerlukan pelayanan akomodasi dan tranportasi untuk menjelajahi destinasi tersebut, makanan, took souvenir, dan sesuatu yang akan dilakukan dan yang akan dilihatnya. Singkatnya, mereka akan mengkonsumsi produk. Istilah produk mencakup segala sesuatu yang dibeli atau dikosumsi oleh orang yang disebut pengunjung atau wisaawan. Menurut UN-WTO, produk (pariwisata) didefinisikan sebagai:

‘’any good or service purchaced by, or consumed by, a person defined as

a visitor’’.

Sedangkan pelayanan (service) didefinisikan sebagai:

‘’any activity or benefit one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production

may or may not be tied to a physical product’’(ricardson dan Fluker,

2004:49).

Wisatawan membeli produk yang di produksi khusus untuk mereka (wisatawan) seperti souvenir, tetapi kebanyakan bisnis perjalanan dan bisnis pariwisata lainnya menyediakan pelayanan (service) seperti tiket, nasihat, tranportasi, akomodasi, ur ke tempat tertentu, dan sebagainya. Tidak seperti


(33)

19

produk-produk manufaktur atau yang dihasilkan oleh sebuah pabrik, kta tidak dapat secara nyata dapat melihat pelayanan (service).

Sebagaimana terlihat dalam definisi di atas, pelayanan bersifat tak terlihat

(intangible) dan didapat bukan berdasarkan kepemilikan atas sesuatu yang

mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan suatu produksi tertentu. Sebuah pelayanan (service) mempunyai empat karakteristik sebagai berikut (Ricardson dan Fulker 2004):

1. Intangiblity : Karekteristiknya tidak dapat dibaui, didengar, dilihat,

dirasakandan dicicipi

2. Inseparability : Sebuah pelayanan tidak dapat dipisahkan dari pihak yang

menyediakannya. Jika layanan tidak ada maka pelayanan tidak akan bias dilakukan.

3. Variability : Sebuah produk layanan atau penyedia layanan pariwisata tidak

dapat menstandarisasi output-nya. Bagaimanapun keras usaha sebuah maskapai penerbangan, mereka tidak dapat mejamin akan dapat memberikan kualitas pelayanan yang sama dalam setiap penerbanganya.

4. Perishability : Pelayanan tidak dapat disimpan. Tempat tidur di sebuah hotel

yang tidak terjual selama seminggu berarti tidak ada pendapatan dan tidak dapat diapa-apakan lagi.

2.2.5 Tinjauan Tentang Produk Wisata

Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan bahwa


(34)

20

tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu produk yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, di dalam ilmu ekonomi, dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu production, Marketing, dan

consumption.

1. Production (produksi) adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertalian dengan

penciptaan sesuatu barang atau jasa dalam bentuk yang diinginkan (Form Utility).

2. Marketing (pemasaran) adalah kegiatan dalam rangka penciptaan yang tidak hanya kegunaan tempat (place Utility) dan kegunaan wakt, tetapi juga penciptaan kegunakan pemilikan.

3. Consumption, bias disebut dengan pemakaian, yang tidak lain ialah untuk

memenuhi kebutuhan manusia.

Yang dimaksud dengan Utility adalah kapasitas sesuatu barang atau jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia.

Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi (Suwantoro, 1997:47-48).

Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam.


(35)

21

1. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya.

2. Jasa yang disediaka masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana utilitas umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat istiadat, seni budaya, dan sebagainya.

3. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, goa alam, taman laut, dan sebagainya.

2.2.6 Tinjauan Tentang Potensi dan Daya Tarik Wisata 1. Potensi

Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourism attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya.

Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suuatu daerah tujuan wisata seperti; (a) Atraksi Alam: pemandangan, pemandangan laut, pantai, cuaca dan keadaan geografis destinasi tersebut (Natural attraction: landscape,seascape, beaches, climate and other geographical features of the

destination), (b) Atraksi Budaya: sejarah dan folklore, agama, kesenian dan

kegiatan khusus, (Cultular attraction: history and folklore, religion, art and

apecial events, festivals) (c) Atraksi sosial: tradisi (cara hidup), populasi

penduduk, bahasa, kesempatan berbaur dalam kehidupan sosial (Social attraction: he way of life, the residen populations, languages, opportunities for social


(36)

22

encounters), (d) Atraksi Buatan: gedung bersejarah dan arsitektur modern, taman,

kebun, pelabuhan dan sebagainya (Built attraction: building, historic, and modern

architecture, monument, parks, gardens, marina,etc).

Menurut Suarka (2010:23) potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat disuatu daerah yang dikembangka menjadi daya tarik wisata, potensi tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu;

1. Potensi Budaya

Yang dimaksud dengan potensi budaya merupakan potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat seperti adat – istiadat, mata pencaharian dan kesenian.

2. Potensi Alam

Potensi alamiah merupakan potensi yang ada di masyarakat yang berupa potensi pisik dan geografis alam.

Selain itu, Wisnawa (2011) juga menjelaskan bahwa potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam peneitian tersebut, potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia, sebagaimana yang diuraikan berikut:

1. Potensi Alam

Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lain-lain (keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembakan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya


(37)

23

niscaya akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke obyek (daya tarik wisata) tersebut.

2. Potensi Kebudayaan

Potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat – istiadat, kerajinan tangan, peninggalan nenek moyang berupa banguna, monument, dan lain-lain.

3. Potensi Manusia

Manusia juga punya potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata baik itu potensi yang langsung maupun tidak langsung berdampak pada kepariwisataan.

Oleh sebab itu, potensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah potensi fisik dan potensi non fisik Kuta – Lombok sebagai daya tarik wisata yang dapat menarik perhatian calon wisatawan untuk berkunjung ke Kuta – Lombok.

2. Daya Tarik Wisata

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupakeanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Keadaan alam, flora dan fauna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan keakmuran dan


(38)

24

kesejahteraan rakyat sebagaimana terkandung dalam pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Yoety, 2006 daya taik wisata dibagi menjadi empat (4) bagian yaitu:

1. Daya Tarik Wisata Alam, yang meliputi pemandangan alam, laut, pantai, dan pemandangan alam lainya.

2. Daya Tarik Wisata Dalam Bentuk Bangunan, yang meliputi arsitektur bersejarah dan modern, peninggalan arkeologi, lapangan golf, dan tempat-tempat perbelanjaan lainya.

3. Daya Tarik Wisata Budaya, yang meliputi sejara, foklor, agama, seni, teater, hiburan, dan museum.

4. Daya Tarik Wisata Sosial, yang meliputi cara hidup masyarakat setempat, bahasa, kegiatan sosial masyarakat, fasilits dan pelayanan masyarakat.

Selain empat (4) komponen tersebut, daya tarik wisata juga harus memiliki komponen aksesibilitas dan amenitas (Damanik dan Weber, 2006:12), Aksesibilitas mencakup sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan daya tarik wisatu yang satu dengan daya tarik wisata yang lain di daerah tujuan wisata mulai dari transportasi darat, laut dan udara. Aksesibilitas juga mencakupperaturan atau regulasi pemrintah yang mengatur tentang rute dan 24 ariff angkutan. Amenitas adalah infrastruktur yang menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti fasilitas akomodasi, restoran, bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha penyewaan (rental), olahraga, informasi, dan lain sebagainya.


(39)

25

Menurut Damanik dan Weber (2006:13) daya tarik wisata yang baik sangat terkait dengan empat hal, yakni memiliki keunikan, orijinalitas, otentisitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan yang melekat pada suatu daya tarik wisata. Orijinalitas (keaslian) mencerminkan keaslian dan kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai yang berbeda dngan nilai aslinya. Otentisitas mengacu pada keaslian, bedanya dengan orijinalitas, otentisitas lebih sering dikaitkan dengan tingkat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik wisata. Otentisitas merupakan kategori nilai yangmemadukan sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja.

2.2.7Tinjuan Tentang Strategi Pengembangan

Mernurut Marpaung (2000) strategi merupakan suatu peroses penentuan nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan. Sama halnya dengan

Chandler dalam Rangkuti (2001:3) bahwa strategi merupakan alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam jangka panjang, program tindak lanjut serta perioritas alokasi sumber daya. Strategi dapat pula diartikan sebagai rencana umum yang integratif yang dirancang untuk memberdayakan organisasi pariwisata untuk mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya dengan tepat walaupun menemukan banyak rintangan dari pihak pesaing (Puspa, 2006:18).

Pengembangan merupakan suatu proses, cara, pembuatan menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna. Pengembangan


(40)

26

merupakan suatu peroses/aktivitas menjadikan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi lebih menarik dan berkembang (Alwi, et al, dalam kamus besar bahasa Indonesia, 2005:538).

Gunn, 1994 menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata harus melibatkan tiga sector, yaitu bussines sector (sector bisnis) Non-profit sector (sector non profit) dan Goverumental sector (sector pemerintahan), dan semakin baik pemahaman dan keterlibatan tiga sector tersebut maka pengembangan pariwisata akan semakin baik. Bussines sector adalah sector usaha yang menyediakan segala keperluan wisatawan seperti jasa tranportasi, perhotelan, makanan dan minuman, laundry, hiburan dan sebagainya. Non-profit sector merupakan organisasi seperti organisasi pemuda, organisasi profesi, etnis yang tidak beriontasi pada keuntungan namun memiliki peran dan perhatian besar terhadap pengembangan pariwisata. Goverumental sector adalah sektor yang berperan untuk mngeluarkan dan menerapkan undang-undang dan peraturan. Dalam bidang pariwisata sektor pemerintah telah melakukan banyak peran penting slain regulasi. Dalam penandaan taman nasional, disamping melindungi alam dan budaya juga telah banyak menarik kunjungan wisatawan.

Besdasarkan beberapa konsep tersebut, maka yang dimaksud dengan strategi pengembangan dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana yang sifatnya konperhensip dan terpadu dari unsur pemerintah, swasta, masyarakat dan akademis untuk mengkaji potensi, serta kondisi lingkungan intenal dan eksternal Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata sehingga dapat menformuasikan


(41)

27

strategi yang tepat untuk mewujudkan Kuta Lombok menjadi destinasi pariwisata yang berdaya saing tinggi.

2.3 Landasan Teori

Dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan penelitian poensi dan pengembangan objek wisata Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata diperlukan teori yang ada relevansinya dengan penelitian tersebut, adapun teori yang diperlukan dalam penelitian ini adalah teori perencanaan.

2.3.1 Tinjauan Tentang Siklus Hidup Desinasi

Siklus hidup destinasi terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pengenalan

(introduction) hingga peremajaan (rejuvenation). Richardson dan Fluker

(2004:51) mengemukakan bahwa;

“A model that characterises each stage in the lifecycle of a destination (and destination areas and resort area) including introduction, growth, maturity, and decline and/ or rejuvenation”

Destinasi berjalan menurut siklus evolusi yang terdiri dari tahap pengenalan

(introduction), pertumbuhan (growth), pendewasaan (maturity), penurunan

(decline) dan atau peremajaan (rejuvenation). Tujuan utama dari penggunaan

model siklus hidup destinasi (destination lifecycle model) adalah sebagai alat untuk memahami evolusi dari produk dan destinasi pariwisata sekaligus untuk mengetahui tahapan pengembangan destinasi pariwisata itu sendiri.

Butler (1980) mengemukakan bahwa terdapat 6 (enam) tahapan pengembangan pariwisata yang membawa implikasi serta dampak yang berbeda terhadap pariwisata sebagai berikut:


(42)

28

Pada tahap ini jumlah wisatawan masih relatif kecil. Mereka cenderung dihadapkan pada kondisi alam yang masih alami dan budaya masyarakat yang masih alami pada daerah tujuan wisata. Atraksi wisata belum berubah dan kontak masyarkat relative tinggi.

2 Tahap Keterlibatan (Involment)

Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat lokal untuk menyediakan fasilitas wisata, kemudian promosi daerah wisata dimulai yang dibantu oleh pemerintah derah setempat. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

3 Tahap Pengembangan dan Pembangunan (Development)

Pada tahap ini jumlah kunjungan wisatawan meningkat tajam, pada musim puncak wisatawan biasanya menyamai bahkan melebihi jumlah penduduk lokal. Investor luar berdatangan memperbaharui fasilitas. sejalan dengan meningkatnya jumlah dan pupularitas daerah wisata, masalah-masalah rusaknya fasilitas mulai terjadi. Perencanaan dan kontrol secara nasional dan regional dibutuhkan , bukan hanya untuk memecahkan masalah yang terjadi, tetapi juga untuk pemasaran internasional.

4 Tahap Konsolidasi (Consolidation)

Pada tahap ini tingkat pertumbuhan wisatawan mulai menurun, wlaupun total jumlah wisatawan masih relative meningkat. Daerah pariwisata belum berpengalaman mengatasi masalah dan kecendrungan terjadinya monopoli yang sangat kuat.


(43)

29

5 Tahap Ketidakstabilan (Stagnation)

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang pada puncaknya, wisatawan sudah tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan wisata. Ini didasari bahawa kunjungan ulang wisatawan dan pemamfaatan bisnis dan komponen-komponen pendukungnya adalah dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung. Daerah tujuan wisata mungkin mengalami masalah-masalah lingkungan, sosial dan budaya serta ekonomi.

6 Tahap Penurunan Kualitas (Decline) dan Kelahiran Baru (Rejuvenation) Pada tahap Decline, pengunjung kehilangan daerah tujuan wisata yang diketahui semula menjadi “resort” baru. Resort menjadi tergantung pada sebuah daerah tangkapan secara geografi lebih kecil untuk perjalanan harian dan kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan berpeluang kuat untuk berubah dan fasilitas–fasilitas pariwisata, seperti akomodasi dan akan berubah pemamfaatanya. Akhirnya pengambilan kebijakan mengakui

tingkatan ini dan memutuskan untuk dikembangkan sebagai”kelahiran baru”. Selanjutnya terjadinya kebijaksanaan baru dalam berbagai bidang, seperti pemafaatan, pemasaran, saluran distribusi dan meninjau kembali posisi daerah tujuan wisata (destinasi pariwisata) tersebut.


(44)

30

Gambar; A Tourism Area Cycle Of Evolution Sumber: Butler, 1980

Selain itu, sebagai penjelasan tambahan dalam siklus hidup destinasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Butler (1980) dalam siklus hidup destinasi

(destination life cycle), pada siklus ke-6 (enam) yaitu tahap yang disebut juga

sebagai tahap Post-stagnation selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 lagi yaitu; tahap Decline dan Rejuvenation (Pitana dan Diarta, 2009: 132-133).

Pada tahap Decline, wisatawan tertarik dengan destinasi lain yang baru. Fasilitas pariwisata digantikan oleh fasilitas non-pariwisata. Atraksi wisata menjadi semakin kurang menarik dan fasilitas pariwisata menjadi kurang bermanfaat. Keterlibatan masyarakat lokal mungkin meningkat seiring penurunan harga fasilitas pariwisata dan penurunan pasar wisatawan. Daerah destinasi menjadi terdegradasi kualitasnya, kumuh dan fasilitasnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebagai penunjang aktivitas pariwisata.

Sedangkan pada tahap Rejuvenation, terjadi perubahan dramatis dalam penggunaan dan pemanfaatan sumber daya pariwisata. Terjadi penciptaan


(45)

31

seperangkat atraksi wisata artifisial baru atau penggunaan sumber daya alam yang tidak tereksploitasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa tahapan siklus hidup destinas tersebut (destination

life cycle) posisi Kuta Lombok berada pada tahap keterlibatan (involment) artinya

bahwa kepariwisataan di Kuta Lombok masih belum berkembang. Pada keterlibatan tersebut ditandai dengan adanya inisiatif masyarakat lokal untuk menyediakan fasilitas pariwisata dan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan meskipun hal tersebut tidak signifikan.

2.3.2 Tinjaun Tentang Teori Perencanaan

Menurut Gunn (1994:60) ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan dalam perencanaan daya tarik wisata, diantaranya:

1. Penciptaan dan pengelolaan daya tarik wisata

Suatu kesalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan daya tarik wisata adalah penetapan daya tarik wisata yang terlalu prematur. Sebelum adapengelolaan yang baik daya tarik wisata belum dapat difungsikan dan dipromosikan karena dengan kunjungan wisatawan yang membludak akan dapat merusak sumber-sumber daya yang ada. Selain daya tarik wisata, perlu juga diperhitungkan pengelolaan terhadap sarana pariwisata yang lain seperti tempat parkir, tour dan interpretasi.

2. Pengelompokan daya tarik wisata

Sebuah data tarik wisata yang lokasinya jauh memerlukan banyak waktu dan biaya untuk mencapainya sehingga menjadi kurang diminati wisatawan. Sistem pariwisata masal seperti kereta api cepat dan transportasi


(46)

32

udara mengharuskan wisatawan berhenti dan melanjutkan perjalanan sebelum puas menikmati daya tarik wisata yang sedang dikunjungi dengan baik. Alat-alat transportasi ini juga mendorong perencanaan beberapa daya tarik wisata harus berdekatan. Karena itu kunjungan ke daya tarik wisata utama sebaiknya dikelompokkan atau digabung dengan daya tarik wisata pelengkap yang lain. Contoh: kunjungan ke taman nasional sebagai atraksi utama, menawarkan banyak atraksi wisata alam pelengkap seperti pemandangan, hiking, konservasi kehidupan liar, topografi yang menantang dan tempat rekreasi di luar ruangan.

3. Gabungan atraksi dan pelayanan

Meskipun daya tarik wisata merupakan porsi utama dalam sebuah pengalaman perjalanan, tetapi daya tarik wisata tetap memerlukan dukungan pelayanan. Misalnya, dalam perencanaan sebuah taman terasa kurang lengkap apabila tidak memperhitungkan pelayanan pendukung seperti akomodasi dan restoran, dan pelayanan pelengkap seperti penjualan film, obat-obatan dan cinderamata. Karena itu, daya tarik wisata yang agak jauh atau terpencil minimal menyediakan pelayanan makanan, toilet dan pusat-pusat pelayanan pengunjung (visitor centers).

4. Lokasi daya tarik wisata ada di daerah pedesaan dan perkotaan

Daerah terpencil dan kota-kota kecil memiliki aset yang dapat mendukung pengembangan daya tarik wisata karena beberapa segmen pasar ada yang lebih menyukai suasana kedamaian dan ketenangan di daerah pedesaan, karena itu ke depan perlu dilakukan perencanaan dan kontrol


(47)

33

terhadap daya tarik wisata yang masih alami seperti perkebunan dan jalan-jalan pelosok pedesaan yang masih alami. Tempat-tempat ini cocok untuk pengembangan pariwisata alam maupun budaya, selain itu perlu penggabungan daya tarik wisata perkotaan dan pedesaan menjadi sebuah paket perjalanan. Teori perencanaan tersebut digunakan untuk merumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata budaya di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan.

Suatu perencanaan memiliki syarat-syarat sebagai berikut; (a) Logis, yaitu bias dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku, (b) Luwes, yaitu dapat mengikuti perkembangan, dan (c) Obyektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah (apsturusi, 2008). Selain itu juga Paturusi (2008) mengemukakan orientasi perencanaan ada dua yaitu;

1. Perencanaan berdasarkan pada kecendrungan yang ada (trend oriented

planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di masa

yang akan dating, dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini.

2. Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning) yaitu suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai di masa yang akan dating merupakan factor penentua.

Proses perencanaan adalah sebgai berikut; (a) Atraksi wisata dan aktivitasnya, (b) Fasilitas akomodasi dan pelayanan, (c) Fasilitas wisatawan lainnya dan jasa seperti : operasi perjalanan wisata, tourism information, retail


(48)

34

shopping, bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos,

(d) Fasilitas dan pelayanan tranportasi, (e) Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air, listrik, pembuangan limbah dan telekomunikasi, dan (f) Elemen kelembagaan yang meliputi prigram pemasaran, pendidikan dan pelatihan, perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta, organisasi structural private dan pulic serta prigram social ekonomi dan lingkungan.

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu daeah tujuan wisata atau atraksi wisata yang merupakan suatu proses yang dinamis penentuan tujuan, yang secar sistematis mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, social, politik) sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan yang lainnya (Paturusi, 2008).

Menurut Ridwan (2012:39-52) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) pendekantan perencanaan pengembangan pariwisata yang perlu diketahui dan diaplikasikan dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata, yaitu; (1) pendekaan pemberdayaan masyarakat local, (2) pendekatak berkelanjutan, (3) pendekatan kesisteman, (4) pendekatan kewilayahan, (5) pendekatan dari sisi penawaran (supplay) dan permintaan (demand).

Salah satu pendekatan yang perlu dilaplikasikan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata adalah pendekatan penawaran dan permintaan (supplay and demand) selain beberapa pendekatan seperti yang


(49)

35

diuraikan diatas. Pendekatan tersebut diprlukan untuk menunjang perkembangannya. Sebab, dalam pengembangan destinasi pariwisata pada dasarnya adalah mencari titik temu antara permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan dalam pengembangan destinasi pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk wisata (penawaran) yang ada di destinasi dan pasar wisatawan (permintaan), baik yang actual maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut, sehingga titik temu dari kedua aspek tersebut tercapai. Maka dengan demikian produk wisata yang akan dijual sesuai dengan permintaan (kebutuhan dan keinginan wisatawan). 2.3.3Analisis SWOT Dalam Perencanaan

Damanik dan Waber (2006) mengemukakan, dalam pengembangan organisasi dalam menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran dikenal suatu kegiatan analisis yang dikenal sebagai SWOT Analysisyakni menganalisis kekuatan

(strong), kelemahan (weaknes), peluang (opportunity), dan aancaman

(threat).Pelaksanaan analisis SWOT ini untuk melengkapi studi kelayakan.

Unsur-unsur SWOT analysis untuk mengetahui berbagai factor yang menjadi kekuatan, kelamahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor itu jika dikaji dapat bersumber dari dalam sebagai sumber internal maupun bersumber dari luar sebagai sumber eksternal.

Hasil yang dilakukan secara baik akan memberi informasi tentang factor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam suatu objek atau kawasan wisata, jika kekuatan lebih tinggi sekornya tentu dapat memberi sinyal untuk ditindaklanjuti perencanaanya. Di sisi lain jika peluang sekornya tinggi dan


(50)

36

ancaman lebih kecil tentu juga merupakan isyarat untuk pengembangannya ditindaklanjuti. Jika kondisi sebaliknya terjadi dimana skor tantangan an ancaman lebih tinggi tentu menjadi penghambat dalam pengembangan pariwisata (Arjana, 2015).


(1)

seperangkat atraksi wisata artifisial baru atau penggunaan sumber daya alam yang tidak tereksploitasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa tahapan siklus hidup destinas tersebut (destination life cycle) posisi Kuta Lombok berada pada tahap keterlibatan (involment) artinya bahwa kepariwisataan di Kuta Lombok masih belum berkembang. Pada keterlibatan tersebut ditandai dengan adanya inisiatif masyarakat lokal untuk menyediakan fasilitas pariwisata dan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan meskipun hal tersebut tidak signifikan.

2.3.2 Tinjaun Tentang Teori Perencanaan

Menurut Gunn (1994:60) ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan dalam perencanaan daya tarik wisata, diantaranya:

1. Penciptaan dan pengelolaan daya tarik wisata

Suatu kesalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan daya tarik wisata adalah penetapan daya tarik wisata yang terlalu prematur. Sebelum adapengelolaan yang baik daya tarik wisata belum dapat difungsikan dan dipromosikan karena dengan kunjungan wisatawan yang membludak akan dapat merusak sumber-sumber daya yang ada. Selain daya tarik wisata, perlu juga diperhitungkan pengelolaan terhadap sarana pariwisata yang lain seperti tempat parkir, tour dan interpretasi.

2. Pengelompokan daya tarik wisata

Sebuah data tarik wisata yang lokasinya jauh memerlukan banyak waktu dan biaya untuk mencapainya sehingga menjadi kurang diminati wisatawan. Sistem pariwisata masal seperti kereta api cepat dan transportasi


(2)

udara mengharuskan wisatawan berhenti dan melanjutkan perjalanan sebelum puas menikmati daya tarik wisata yang sedang dikunjungi dengan baik. Alat-alat transportasi ini juga mendorong perencanaan beberapa daya tarik wisata harus berdekatan. Karena itu kunjungan ke daya tarik wisata utama sebaiknya dikelompokkan atau digabung dengan daya tarik wisata pelengkap yang lain. Contoh: kunjungan ke taman nasional sebagai atraksi utama, menawarkan banyak atraksi wisata alam pelengkap seperti pemandangan, hiking, konservasi kehidupan liar, topografi yang menantang dan tempat rekreasi di luar ruangan.

3. Gabungan atraksi dan pelayanan

Meskipun daya tarik wisata merupakan porsi utama dalam sebuah pengalaman perjalanan, tetapi daya tarik wisata tetap memerlukan dukungan pelayanan. Misalnya, dalam perencanaan sebuah taman terasa kurang lengkap apabila tidak memperhitungkan pelayanan pendukung seperti akomodasi dan restoran, dan pelayanan pelengkap seperti penjualan film, obat-obatan dan cinderamata. Karena itu, daya tarik wisata yang agak jauh atau terpencil minimal menyediakan pelayanan makanan, toilet dan pusat-pusat pelayanan pengunjung (visitor centers).

4. Lokasi daya tarik wisata ada di daerah pedesaan dan perkotaan

Daerah terpencil dan kota-kota kecil memiliki aset yang dapat mendukung pengembangan daya tarik wisata karena beberapa segmen pasar ada yang lebih menyukai suasana kedamaian dan ketenangan di daerah pedesaan, karena itu ke depan perlu dilakukan perencanaan dan kontrol


(3)

terhadap daya tarik wisata yang masih alami seperti perkebunan dan jalan-jalan pelosok pedesaan yang masih alami. Tempat-tempat ini cocok untuk pengembangan pariwisata alam maupun budaya, selain itu perlu penggabungan daya tarik wisata perkotaan dan pedesaan menjadi sebuah paket perjalanan. Teori perencanaan tersebut digunakan untuk merumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata budaya di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan.

Suatu perencanaan memiliki syarat-syarat sebagai berikut; (a) Logis, yaitu bias dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku, (b) Luwes, yaitu dapat mengikuti perkembangan, dan (c) Obyektif, yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah (apsturusi, 2008). Selain itu juga Paturusi (2008) mengemukakan orientasi perencanaan ada dua yaitu;

1. Perencanaan berdasarkan pada kecendrungan yang ada (trend oriented planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran di masa yang akan dating, dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini.

2. Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning) yaitu suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai di masa yang akan dating merupakan factor penentua.

Proses perencanaan adalah sebgai berikut; (a) Atraksi wisata dan aktivitasnya, (b) Fasilitas akomodasi dan pelayanan, (c) Fasilitas wisatawan lainnya dan jasa seperti : operasi perjalanan wisata, tourism information, retail


(4)

shopping, bank, money changer, medical care, public safety dan pelayanan pos, (d) Fasilitas dan pelayanan tranportasi, (e) Infrastruktur lainnya meliputi persediaan air, listrik, pembuangan limbah dan telekomunikasi, dan (f) Elemen kelembagaan yang meliputi prigram pemasaran, pendidikan dan pelatihan, perundang-undangan dan peraturan, kebijakan investasi sektor swasta, organisasi structural private dan pulic serta prigram social ekonomi dan lingkungan.

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu daeah tujuan wisata atau atraksi wisata yang merupakan suatu proses yang dinamis penentuan tujuan, yang secar sistematis mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi. Proses perencanaan pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, social, politik) sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan yang lainnya (Paturusi, 2008).

Menurut Ridwan (2012:39-52) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) pendekantan perencanaan pengembangan pariwisata yang perlu diketahui dan diaplikasikan dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata, yaitu; (1) pendekaan pemberdayaan masyarakat local, (2) pendekatak berkelanjutan, (3) pendekatan kesisteman, (4) pendekatan kewilayahan, (5) pendekatan dari sisi penawaran (supplay) dan permintaan (demand).

Salah satu pendekatan yang perlu dilaplikasikan dalam pengembangan Kuta Lombok sebagai destinasi pariwisata adalah pendekatan penawaran dan permintaan (supplay and demand) selain beberapa pendekatan seperti yang


(5)

diuraikan diatas. Pendekatan tersebut diprlukan untuk menunjang perkembangannya. Sebab, dalam pengembangan destinasi pariwisata pada dasarnya adalah mencari titik temu antara permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan dalam pengembangan destinasi pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk wisata (penawaran) yang ada di destinasi dan pasar wisatawan (permintaan), baik yang actual maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut, sehingga titik temu dari kedua aspek tersebut tercapai. Maka dengan demikian produk wisata yang akan dijual sesuai dengan permintaan (kebutuhan dan keinginan wisatawan).

2.3.3Analisis SWOT Dalam Perencanaan

Damanik dan Waber (2006) mengemukakan, dalam pengembangan organisasi dalam menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran dikenal suatu kegiatan analisis yang dikenal sebagai SWOT Analysisyakni menganalisis kekuatan (strong), kelemahan (weaknes), peluang (opportunity), dan aancaman (threat).Pelaksanaan analisis SWOT ini untuk melengkapi studi kelayakan.

Unsur-unsur SWOT analysis untuk mengetahui berbagai factor yang menjadi kekuatan, kelamahan, peluang dan ancaman. Faktor-faktor itu jika dikaji dapat bersumber dari dalam sebagai sumber internal maupun bersumber dari luar sebagai sumber eksternal.

Hasil yang dilakukan secara baik akan memberi informasi tentang factor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada dalam suatu objek atau kawasan wisata, jika kekuatan lebih tinggi sekornya tentu dapat memberi sinyal untuk ditindaklanjuti perencanaanya. Di sisi lain jika peluang sekornya tinggi dan


(6)

ancaman lebih kecil tentu juga merupakan isyarat untuk pengembangannya ditindaklanjuti. Jika kondisi sebaliknya terjadi dimana skor tantangan an ancaman lebih tinggi tentu menjadi penghambat dalam pengembangan pariwisata (Arjana, 2015).