Desain Penelitian Metode dan Desain Penelitian

a. Hasil PTK kolaboratif dapat dijadikan feedback bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih substansial dan kritis b. Mendorong guru untuk berbagi masalah pembelajaran terhadap pihak- pihak yang terkait c. Dapat memberdayakan potensi guru d. Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam PTK e. Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis, dan logis melalui interaksi terbuka yang bersifat reflektif-evaluatif dalam PTK f. Adanya upaya saling mendorong untuk berubah dalam kerja sama g. Meningkatnya kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan dialogis h. Timbulnya semangat dan motivasi kerja melalui dinamika kelompok. Selain memiliki berbagai kelebihan, metode penelitian tindakan kelas pun memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan PTK menurut Shumsky Sumadayo, 2013: 37 adalah sebagai berikut. a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis b. Rendahnya efisiensi waktu karena anda harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara anda masih harus melakukan tugas rutin c. Konsepsi proses kelompok yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimpin demikian. Meskipun demikian, metode penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Metode PTK ini banyak digunakan oleh guru untuk menyelesaikan masalah pada kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan serta memperbaiki proses belajar mengajar di kelas agar mutu pembelajaran menjadi lebih baik.

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Desain penelitian tindakan kelas ini berbentuk sebuah siklus yang berlangsung lebih dari satu siklus. Desain penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart 1988. Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart menurut Wiriaatmadja 2009: 66 yaitu, „model siklus yang dilakukan searah, berulang-ulang dan berkelanjutan dan diharapkan dalam tiap siklusnya akan dapat meningkatkan perubahan atau pencapaian hasil yang semakin meningkat‟. Model penelitian tindakan ini terdiri dari empat komponen yaitu, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun alasan mengambil model ini karena model ini sederhana dan lebih mudah untuk diimplementasikan. Rancangan desain dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart Wiriaatmadja, 2009: 66 Berdasarkan gambar 3.1 di atas, prosedur dari Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan Plan Menurut Wiriaatmadja 2009: 66 pada kegiatan perencanaan tindakan peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut. 1 Melakukan pengamatan observasi awal. 2 Melakukan wawancara awal dengan objek penelitian. 3 Merancang strategi untuk mengatasi masalah tersebut. b. Pelaksanaan Tindakan Act Pada tahap ini, peneliti melakukan tindakan-tindakan berupa penekanan terhadap pelaksanaan kegiatan atau program yang menjadi tugas sehari-hari. Dalam konteks penelitian ini aktivitas dirancang untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses dan hasil pembelajaran dan praktek pendidikan dalam kondisi kelas. Pada kegiatan pelaksanaan tindakan ini menurut Wiriaatmadja 2009, “Peneliti melakukan kegiatan yang di mulai dari mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka paha mi, dan apa yang mereka minati”. c. Observasi Observe Peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan tersebut yang dilaksanakan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Menurut Wiriaatmadja 2009, “Pada kegiatan observasi ini peneliti mencatat pertanyaan- pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa atau merekamnya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pada kegiatan ini juga peneliti membuat catatan dalam buku hariannya”. d. Refleksi Reflect Refleksi merupakan kegiatan mengulas secara kritis data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Berdasarkan hasil refleksi, guru bersama timnya menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tingkat keberhasilan sesuai dengan indikator dan tujuan yang telah ditentukan atau belum. Refleksi tidak hanya dilakukan di akhir pelaksanaan tindakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiriaatmadja 2009: 67 yang menyatakan bahwa “Apabila kontrol kelas yang dilakukan terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu di perbaiki”. Penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus yang terdiri lebih dari satu siklus. Meskipun pada gambar Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart hanya terdapat dua siklus, namun disana terdapat tanda panah ke bawah yang menandakan bahwa penelitian dapat dilakukan lebih dari dua siklus tergantung ketercapaian dari target penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Dokumen yang terkait

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

2 9 80

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT DI SD.

0 3 31

PENGGUNAAN MEDIA KARTERITASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TRANSPORTASI (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Suci Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon).

0 1 41

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH MENGGUNAKAN MEDIA KARTU SOAL-JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SUMBER DAYA ALAM KELAS IV SDN 2 KARANGREJA KECAMATAN SURANENGGALA KABUPATEN CIREBON.

0 0 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR DAN GAS.

0 0 29

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA PADAT, CAIR DAN GAS.

0 1 24

Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa

0 0 9