Solusi dari Pengurus KOPMA UNPAS

Belinda Suryani Agustine, 2014 STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed lagi kita sedang mau ujian atau saat temen-temen udah pulang...udah pulang ke kampung gitu...paling solusinya betul-betul kita tuh KOPMA sesuai dengan aturan koperasinya...tapi di sisi lain kita juga UKM...” Pengurus KOPMA UNPAD mengharapkan pemerintah lebih sering melakukan sosialisasi serta memebrikan penjelasan yang detail mengenai UU No. 17 Tahun 2012. Waktu sosialisasi pun diharapkan bisa disesuaikan dengan waktu pengurus KOPMA karena waktu pengurus KOPMA terbagi dengan waktu kuliah, ujian, dll yang berhubungan dengan kewajibannya sebagai mahasiswa. Selain sosialisasi, pemerintah diminta memberikan pelatihan.

4.4.8 Solusi dari Pengurus KOPMA UNPAS

Setiap kendala yang dihadapi selalu ada solusi untuk menemukan jalan keluarnya. Solusi yang diungkapkan oleh pengurus KOPMA UNPAS untuk mengurangi kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan UU Perkoperasian No. 17 Tahun yaitu lebih digencarkan lagi sosialisasi dari pemerintah atau dinas terkait. UU perkoperasian ini sudah disahkan pada bulan Oktober 2012, namun hingga saat ini masih banyak pengurus koperasi yang pengetahuan serta pemahamannya masih rendah termasuk pengurus KOPMA UNPAS. Rendahnya pemahaman pengurus koperasi disebabkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah, selama ini pengurus KOPMA UNPAS hanya mempelajari dari buku saja yang penjelasannya kurang dimengerti. “Hmm...solusinya jika memang undang-undang ini memang sudah...memang sudah di sahkan ya teh...harapan saya untuk pemerintah itu lebih sosialisasikan tentang undang-undang ini supaya masyarakat juga lebih tahu gitu...jadi tidak....kan kalau misalnya...lebih dijelaskan sama pemerintah kitanya juga lebih ngerti daripada kita baca sendiri...udah paling gitu aja...” Penjelasan dari pemerintah sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi dalam pengimplementasian UU No. 17 Tahun 2012. Pencarian informasi yang terus mengandalkan buku masih menemui banyak kebingungan karena penjelasan dari buku masih sangat kurang. Saat ini pengurus KOPMA UNPAS khususnya bidang keuangan masih kebingungan mengenai mekanisme perubahan simpanan menjadi sertifikat, perubahan keanggotaan, serta kepengawasan. Sosialisasi yang Belinda Suryani Agustine, 2014 STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed diadakan oleh pemerintah diharapkan berbentuk pelatihan, agar pengurus yang ikut pelatihan bisa mempraktekan langsung perubahan mekanisme dala koperasi. “Kalau...untuk keuangan kan harus lebih banyak sosialisasi dengan rencana pemindahan itunya aja beda...pengalihan dari simpanan ke sertifikat seperti apa...jadi nah keanggotaan itu kita tidak pusing gitu kalau kaya gini kan masih pusing gitu...sedangkan untuk kepengawasan juga kalau mereka udah punya Sertifikat Modal Koperasi itu boleh ikut jadi kepengawasan gitu...jadi...harus lebih banyak...apa ya...hmm...dari dinasnya juga harus lebih banyak pelatihan...pelatihan- pelatihan pada koperasi gitu...” Sosialisasi yang masih sangat kurang membuat pengurus KOPMA UNPAS mencari informasi langsung ke dinas. Pengurus KOPMA UNPAS sering melakukam sharing dengan pihak dinas untuk mengurangi ketidakpahaman dan ketidaktahuan mengenai UU perkoperasian yang baru khususnya aspek permodalan yang banyak mengalami perubahan. Telah ada rencana untuk dilakukannya audiensi antara pihak dinas kota maupun dinas provisi dengan pengurus koperasi di Kota Bandung termasuk dengan pengurus KOPMA untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di koperasi. permasalahan utama di KOPMA UNPAS yaitu masih kurangnya pemahaman para pengurusnya mengenai perubahan mekanisme yang terjadi dalam UU No. 17 Tahun 2012. “Paling kita juga sering sharing teh ke dinas...kemarin juga...insya allah kita mau ada audensi dengan dinas kota...dinas provinsi juga bulan depan...jadi kita juga sekalian apa ya...ikut sharing lah soalnya kita juga ada permasalahan untuk undang- undang yang baru” Audiensi yang baru akan dilakukan bulan depan, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di koperasi khususnya KOPMA UNPAS. Setelah diadakannya audiensi ini, pemahaman pengurus KOPMA UNPAS diharapkan dapat meningkat dan KOPMA UNPAS dapat mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 dengan baik dan sesuia dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan solusi yang diberikan pengurus KOPMA di Kota Bandung dapat terlihat dalam tabel berikut. Tabel 4.5 Belinda Suryani Agustine, 2014 STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed Solusi Pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai UU No. 17 Tahun 2012 dari Hasil Wawancara No Jawaban Pengurus Kesimpulan 1 KOPMA BS UPI - “...kalau kami pengennya ada loka karya...” Dari jawaban respoden dapat disimpulkan bahwa solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung yaitu pemerintah lebih sering lagi mensosialisasikan UU tersebut. 2 Ekuitas - “...dari saya sih lebih gencar dari pihak dinasnya...” 3 KOKESMA ITB - “...harusnya sebelum undang-undang di iniin gitu ya harusnya nanya-nanya dulu ke koperasi- koperasi lainnya...” 4 KOPMA ITENAS - “...pengennya sih maksudnya juga pemerintahnya juga ngeliat situasi dari tiap kampus gimana kan beda-beda gitu kan... ” 5 KOPMA STT TEKSTIL - “...solusinya paling ya.. mencari permodalan juga ke dinas..” 6 KOPMA UNISBA - “...cuma dalam masalah teknisnya ya harusnya pemerintah juga mengawasi ya tidak hanya me..melihat dari satu sisi..” 7 KOPMA UNPAD - “......lebih disosialisasiin lagi...” 8 KOPMA UNPAS - “...harapan saya untuk pemerintah itu lebih sosialisasikan tentang undang- undang ini...” Semua KOPMA di Kota Bandung mengatakan bahwa penjelasan maupun sosialisasi dari pemerintah sangat kurang. Sebelumnya pihak dinas sempat mengadakan sosialisasi, namun dalam sosialisasi tersebut kuota pengurus dibatasi sehingga tidak semua pengurus dapat mengikuti sosialisasi tersebut juga penjelasan yang dilakukan hanya sebagian besar saja tidak secara detail. Pengurus KOPMA se-Kota Bandung menginginkan dari pihak Dinas Koperasi melakukan Belinda Suryani Agustine, 2014 STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed sosialisasi baik dalam bentuk pelatihan maupun lokakarya namun dalam segi penjelasannya detail atau secara menyeluruh sehingga pengurus KOPMA dapat mengetahui dan memahami UU No. 17 Tahun 2012 ini secara menyeluruh. Sosialisasi yang dilakukan pihak terkait diharapkan dapat dilakukan di setiap KOPMA agar penjelasannya lebih mudah dipahami oleh semua pengurus. Pihak dinas diharapkan dapat membimbing serta mengawasi KOPMA dalam melakukan persiapan mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Pemerintah juga diminta agar peraturan yang dibuat tidak disama ratakan namun melihat kondisi koperasi secara nyata di lapangan. Sistem SMK dinilai sangat memberatkan jika diimplementasian di Koperasi Mahasiswa yang perkembangan koperasinya bergantung pada anggota yang tidak selalu meningkat, serta sistem keanggotaan yang pendek sesuai dengan lamanya studi menjadikan sistem tersebut teras berat untuk diimplementasikan. Secara keseluruhan UU Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 tersebut memiliki sisi negatif maupun sisi positif. Perbandingan mengenai UU No. 17 Tahun 2012 tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.6 Perbandingan sisi negatif dan sisi positif UU No. 17 Tahun 2012 Sisi Negatif Sisi Positif  Koperasi terkesan seperti PT  Mengkapitalisasi Koperasi  Memperlemah daya saing koperasi  Menghilangkan jati diri Koperasi  Banyak Koperasi yang membubarkan diri  Mempertegas kededukan Koperasi sebagai badan hukum  Mempertegas legalitas koperasi  Adanya penjamin dalam Koperasi Simpan Pinjam  Pengelolaan yang profesional Berdasarkan tabel di atas, sisi negatif dari UU No. 17 tahun 2012 yaitu koperasi terkesan seperti PT, mengakapitalisasi Koperasi, memperlemah daya saing Koperasi dan menghilangkan jadi diri Koperasi. UU No. 17 Tahun 2012 oleh sebagian orang diibaratkan seperti PT karena adanya Sertifikat Modal Belinda Suryani Agustine, 2014 STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed Koperasi yang sistem pemberlakuannya seperti saham di PT yang bisa diperjualkan belikan dengan nominal yang berbeda sesuai dengan kemampuan anggota koperasi. Permodalan koperasi dalam UU No. 17 Tahun 2012 terlihat seperti sistem kapitalis yang merubah citra koperasi dari awalnya kumpulan orang menjadi kumpulan modal. Istilah simpanan diganti jadi setoran, tidak bisa dikembalikan dan hanya sebagai tiket masuk jadi anggota. hal tersebut dinilai memberatkan anggota. Bagi strategi penggalangan modal koperasi, jelas hal ini tidak menguntungkan, pertumbuhan modal koperasi dari unsur swadaya keanggotaan tak mungkin bisa bertumbuh selamanya, sebaliknya justru mendorong bank atau pemilik modal melalui kekuatan modalnya mampu mengambil alih koperasi, menguasai sumber-sumber produksi koperasi, dan lain- lain. Surplus atau profit sebuah koperasi sudah sewajarnya dibagikan kepada Anggota, namun UU tersebut mengatur koperasi dilarang membagikan profit apabila diperoleh dari hasil transaksi usaha dengan non-anggota. Selain permodalan koperasi yang seakan berbentuk PT, administrasi pendirian Koperasi dalam UU tersebut pun seperti pendirian PT mulai dari tata cara pendirian anggaran dasar dan perubahan anggaran dasar. Administrasi pendirian Koperasi memerlukan biaya yang tidak murah. Koperasi yang tidak mampu mengikuti aturan yang terdapat dalam UU No. 17 Tahun 2012 terancam akan membubarkan diri. Aturan tersebut dirasa sangat memberatkan Koperasi khususnya bagi Koperasi yang belum mempunyai badan hukum Koperasi. Selain sisi negitif, UU No. 17 Tahun 2012 mempunyai sisi positif berdasarkan sudut pandang yang berbeda. UU Perkoperasian No. 17 Tahun 2012 mempertegas kedudukan koperasi sebagai badan hukum dan badan usaha atau perusahaan dengan memisahkan kekayaan anggota sebagai modal Koperasi dan adanya tanggungjawab terbatas dari anggota, serta mempertegas pelayanan pada Koperasi Simpan Pinjam KSP hanya kepada anggota. Legalitas Koperasi pun dipertegas, pendirian koperasi harus melalui akta otentik. Pemberian status dan pengesahan perubahan anggaran dasar merupakan wewenang dan tanggungjawab Belinda Suryani Agustine, 2014 STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed Menteri. UU tersebut juga mengatur ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam KSP mencakup pengelolaan maupun penjaminannya. KSP ke depan hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman kepada anggota. Koperasi Simpan Pinjam harus berorientasi pada pelayanan pada anggota, sehingga tidak lagi dapat disalahgunakan pemodal yang berbisnis dengan badan hukum Koperasi. Selain itu, untuk menjamin simpanan anggota KSP diwajibkan menjaminkan simpanan anggota. Dalam kaitan ini pemerintah diamanatkan membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Anggota Koperasi Simpan Pinjam LPS - KSP melalui Peraturan Pemerintah PP. Kemajuan lain yang dibawa oleh UU No. 17 Tahun 2012 adalah penegasan atas persyaratan kompetensi para pengurus dan pengawas KSP. Pengurus dan pengawas KSP wajib mempunyai kompetensi dan profesionalisme. Hal ini tentunya secara langsung juga akan menjadi jaminan bagi para anggota yang mempercayakan dananya kepada KSP bahwa dana mereka memang dikelola secara professional oleh orang yang tepat. Hadirnya UU No. 17 Tahun 2012 merupakan penyediaan fasilitas payung hukum oleh pemerintah bagi gerakan koperasi Indonesia untuk dapat berapresiasi dalam kegiatan usaha secara nyaman, aman, professional dan berskala global. Belinda Suryani Agustine, 2014 STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi UU No. 17 Tahun 2012 khususnya aspek permodalan pada KOPMA se-Kota Bandung. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang implementasi UU No. 17 Tahun 2012 khususnya aspek permodalan maka didapat kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA se-Kota Bandung mengenai UU No. 17 Tahun 2012 sudah cukup namun masih ragu-ragu. Pengurus KOPMA hanya tahu saja mengenai perubahan UU No. 17 Tahun 2012 tanpa mengetahui mekanisme perubahan yang terjadi. Khususnya aspek permodalam, pengurus KOPMA masih belum mengetahui secara jelas mengenai mekanisme Sertifikat Modal Koperasi SMK serta iuran pokok. Sejauh ini pengurus KOPMA memahami bahwa SMK sistemya sama seperti saham yang diperjual belikan di perusahaan-perusahaan yang tujuannya mencari keuntungan. Sementara, iuran wajib tidak dapat dikembalikan kepada anggota namun menjadi modal bagi koperasi. 2. Persiapan yang dilakukan oleh masing-masing KOPMA beragam, mulai dari pencarian informasi kepada Dinas Koperasi, KOPMA lain di Kota Bandung, serta pihak terkait mengenai UU No. 17 Tahun 2012 khususnya mengenai sistem perubahan SMK. Persiapan yang dilakukan oleh pengurus KOPMA masih terhambat dengan belum dikeluarkannya peraturan dari pemerintah mengenai UU No. 17 Tahun 2012 ini, sehingga pengurus KOPMA khawatir persiapan yang telah dilakukan tidak sesuai dengan peraturan dari pemerintah. Sebagian pengurus KOPMA di Kota Bandung telah membentuk tim ADHOC yang bertugas menyesuaikan ADART koperasinya dengan UU No. 17 Tahun 2012. Tidak semua KOPMA di Kota Bandung telah berbadan hukum, KOPMA yang belum berbadan hukum belum melakukan persiapan

Dokumen yang terkait

Keberadaan SKB 5 Menteri Dibandingkan Dengan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Dan UU Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999

7 207 98

Aspek Perpajakan (PPH Badan) Pada koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung

0 5 1

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH Studi tentang Aspek-Aspek Yuridis Permodalan di BMT Al Fallah Klaten Koperasi Jasa Keuangan Syariah Studi tentang Aspek-aspek Yuridis Permodalan di BMT Al Fallah Klaten.

0 2 14

SKRIPSI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH Koperasi Jasa Keuangan Syariah Studi tentang Aspek-aspek Yuridis Permodalan di BMT Al Fallah Klaten.

0 3 12

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) DI KABUPATEN SUBANG.

1 7 62

PERANAN KOPERASI MAHASISWA DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER KEMANDIRIAN WARGA NEGARA: Studi Deskriptif Analitis pada Koperasi Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

3 11 42

UU Koperasi nomor 17 tahun 2012

0 0 73

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) DI KABUPATEN SUBANG - repository UPI S PEK 1001734 Title

0 0 3

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG - repository UPI S PE 1005761 Title

0 0 3

BAB II PERMODALAN PERSEROAN TERBATAS DAN PERMODALAN DALAM KOPERASI A. Kedudukan PT sebagai Badan Hukum - Peralihan Saham Pt.Tertutup Kepada Koperasi Ditinjau Dari Undang – Undang No.40 Tahun 2007 Dan Undang – Undang No.17 Tahun 2012

0 0 33